Tingkatan yang paling tinggi dalam bhakti Marga disebut

Dalam ajaran Agama Hindu, Catur Marga merupakan sebuah konsep ajaran yang termasuk bagian dari aspek Tattwa dalam kerangka dasar agama Hindu. Catur Marga berasal dari kata "catur" yang berarti empat dan "marga" yang berarti jalan. Catur Marga juga sering dikenal dengan sebutan Catur Marga Yoga. Catur Marga umumnya didefinisikan sebagai empat jalan untuk mencapai moksa dan membangun jagaddhita.[1] Catur Marga adalah empat tahapan berjenjang dalam mencapai pemahaman akan hakikat Tuhan, hakikat kesemestaan, hakikat bertingkah laku, ritual, dan pemahaman-pemahaman tentang pengetahuan hakiki lainnya.[2]

Catur Marga terdiri dari empat bagian, yakni:

Bhakti Marga Yoga

Bhakti Marga Yoga merupakan perpaduan antara kata Bhakti Marga dan Bhakti Yoga. Kata Bhakti berarti menyalurkan, mencurahkan, mempersembahkan, cinta yang tulus dan luhur kepada Tuhan, kesetiaan kepada-Nya, pelayanan, perhatian yang sungguh-sunggah untuk memuja-Nya, penyerahan diri seutuhnya pada Sang Pencipta. Kata Marga berarti jalan atau usaha dan kegiatan. Yoga berarti usaha untuk menghubungkan diri dengan Tuhan. Bhakti Marga Yoga adalah jalan menuju Tuhan dengan cara menunjukkan bhakti kepada-Nya.

Bhakti Yoga adalah proses atau cara mempersatukan atman dengan Brahman dengan berlandaskan atas dasar cinta kasih yang mendalam kepada Ida Sang Hyang Widhi dan segala ciptaan-Nya.

Karma Marga Yoga

Karma Marga Yoga berasal dari akar kata “karma” yang artinya melakukan kegiatan atau kerja, demikianlah karma dalam hal ini berarti aktivitas/kegiatan untuk suatu tujuan. Karma Marga Yoga berarti usaha atau jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan melalui tindakan kerja yang tulus ikhlas. Karma Marga Yoga menekankan kerja sebagai bentuk pengabdian dan bhakti kepada Tuhan di dalam usaha mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan batin.

Landasan filosofis untuk melakukan karma marga untuk mencapai kebebasan adalah ketekunan melakukan kerja, keikhlasan, dan tidak terikat dengan hasil pekerjaan. Setiap perbuatan akan mendatangkan hasil sebagai hukum dari kerja, maka dengan perbuatan baik dan  melakukan kerja sesuai dengan swadarma maka seseorang akan memperoleh kebebasan. Hal yang penting untuk memahami Karma Marga Yoga adalah pengertian terhadap hakikat kerja. Seseorang dapat melepaskan diri dari keterikatan kerja hanya melalui keyakinan bahwa kerja yang dilakukan itu sebagai perwujudan bhakti kepada Tuhan maupun pengabdian kepada kemanusiaan, tanpa kesadaran itu seseorang tidak dapat melepaskan diri.

Jnana Marga Yoga

Jnana artinya pengetahuan sehingga Jnana Marga Yoga artinya usaha untuk menghubungkan diri dengan Tuhan melalui jalan pengetahuan. Pengetahuan yang ditekankan yaitu pengetahuan spiritual, yakni pengetahuan yang dapat membebaskan umat manusia dari belenggu penderitaan, lahir, dan kematian.

Jnana atau ilmu pengetahuan suci menuntun manusia untu bekerja tidak terikat oleh hawa nafsu, tanpa motif kepentingan pribadi, rela melepaskan hak milik, sadar bahwa badan bukan atma yang bersifat abadi. Walaupun banyak cara untuk mendekatkan diri dengan Tuhan seperti melalui persembahan harta benda, melalui tapa brata, melalui yoga, dsb. Namun dengan jalan ilmu pengetahuan (kerohanian) lautan dosa dapat diseberangi, dengan pikiran terpusat pada ilmu pengetahuan dan melaksanakan kerja dengan penuh keyakinan (sradha) seseorang mencapai kesempurnaan.

Raja Marga Yoga

Raja Marga Yoga adalah jalan atau usaha tertinggi untuk menghubungkan diri dengan Tuhan melalui jalan melakukan Yoga. Raja Marga memerlukan pengendalian diri, disiplin diri, pengekangan dan penyangkalan terhadap hal-hal yang bersifat keduniawian. Raja Marga Yoga adalah suatu jalan mistik (rohani) untuk mencapai kelepasan atau moksa. Melalui jalan ini seseorang akan lebih cepat mencapai moksa, tetapi tantangan yang dihadapinya pun lebih berat, orang yang mencapai moksa dengan jalan ini diwajibkan mempunyai seorang guru kerohanian yang sempurna untuk dapat menuntun dirinya ke arah tersebut.

  1. ^ Nala, Dr. I. Gst. Ngurah; Wiratmadja, Drs. I. G. K. Adia (1991). Murddha Agama Hindu. Denpasar: PT. Upada Sastra. hlm. 150.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  2. ^ Jayendra, Putu Sabda (2017). "AJARAN CATUR MARGA DALAM TINJAUAN KONSTRUKTIVISME DAN RELEVANSINYA DENGAN EMPAT PILAR PENDIDIKAN UNESCO". Jurnal Penelitian Agama. III (1): 73.  line feed character di |title= pada posisi 50 (bantuan)[pranala nonaktif permanen]
  3. ^ Sutarti, Titin (2019). "Menghayati Ajaran Hindu Ke Dalam Diri". Widya Aksara Jurnal Agama Hindu. 24 (1): 9–10. 

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Catur_Marga&oldid=19490091"

Bhakti artinya cinta kasih. bhakti merupakan bagian dari Catur marga Yoga dimana jalan ini menonjolkan rasa kasih sayang yang mendalam kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang merupakan jalan kepatuhan atau bhakti. Kata bhakti ini digunakan untuk menunjukkan kasih kepada objek yang lebih tinggi atau lebih luas cakupannya. contoh: kepada orang tua, para leluhur, para dewa, Tuhan Yang Maha Esa. Kata cinta kasih digunakan untuk menunjukkan cinta kepada sesama manusia atau mahluk di bawah mansuia baik kepada kawan, keluarga, pacar, tetangga, rekan kerja, binatang, tumbuh-tumbuhan, alam samesta ini. 


Jalan Bhakti Marga Yoga merupakan salah satu jalan untuk menuju Tuhan Yang Maha Kuasa dengan menggunakan sarana RASA. dalam weda dijelaskan bahwa Bhakti Marga Yoga merupakan berbhakti kepada tuhan dengan Bhakti ( cinta kasih ) terhadap semua mahkluk, Negara dan kepada Tuhan. Bhakti Marga adalah usaha untuk mencapai Jagadhita dan Moksa dengan jalan sujud bakti kepada Tuhan. Dengan sujud dan cinta kepada Tuhan Pelindung dan Pemelihara semua makhluk, maka Tuhan akan menuntun seorang Bhakta, yakni orang yang cinta, bakti dan sujud kepada-Nya untuk mencapai kesempurnaan. Orang yang melakukan jalan bhakti disebtu Bhakta.

Bhaktiyoga disenangi oleh sebagian besar umat manusia. Tuhan merupakan pengejawantahan dari kasih sayang, dan dapat diwujudkan melalui cinta kasih seperti cinta suami kepada istrinya yang mengelora dan menyerap segalanya. Cinta kepada Tuhan harus selalu diusahakan. Mereka yang mencintai Tuhan tak memiliki keinginan ataupun kesedihan. Ia tak pernah membenci mahluk hidup atau benda apapun, dan tak pernah tertarik dengan objek-objek duniawi. Ia merangkul semuanya dalam dekapan tingkat kasih sayangnya.

Kama (keinginan duniawi) dan trisna (kerinduan) merupakan musuh dari rasa bhakti.

Pemahaman yang terdapat dalam Bhakti Marga (jalan bhakti) adalah melakukan sesuatu yang dilandasi oleh keikhlasan total sebagai perwujudan dari rasa hormat seseorang kepada sesuatu yang diyakininya untuk patut dihormati. contohnya: bhakti kepada orang tua, bhakti kepada negara, bhakti kepada guru dan bhakti kepada Yang Maha Pencipta.

Bhakti kepada orang tua patut dilakukan oleh seorang anak, karena tanpa orang tua, kita tidak akan ada lahir ke dunia. Inilah bhakti kita kepada sang guru rupaka.
Bhakti kepada negara, kita juga wajib berbhakti, wajib membela dan mempertahankan tanah air, karena tanpa adanya negara yang merdeka, kita akan sulit untuk bisa hidup tenteram dan damai.
Bhakti kepada guru pengajian, guru yang mengajarkan kita ilmu pengetahuan sehingga kita menjadi pintar harus dilakukan. Karena tanpa adanya rasa hormat kepada sang guru, maka ilmu yang diberikan kepada kita tidak akan bisa kita serap. 
Itulah sedikit pemahaman tentang bhakti dan diantara semua bhakti, yang akan kita bahas lebih jauh adalah bhakti kita terhadap Tuhan Yang Maha Pencipta. Dalam pelaksanaan bhakti kita kepada Tuhan, sehari-hari kita malaksanakan apa yang disebut sembahyang. Pada hari-hari besar agama hindu, masyarakat hindu di Bali malaksanakan upacara ritual keagamaan dengan membuat dan mempersembahkan beraneka bentuk sesaji, mempersembahkan aneka tari-tarian, memuja dan menyembah sebagai ungkapan rasa bhakti mereka kepada Tuhan. Yang masih perlu kita pertanyakan lebih jauh adalah
  • apakah pelaksanaan sembah dan bhakti dari umat hindu sudah sesuai dengan ajaran Weda? 
  • apakah paradigma “menyembah Tuhan melalui dewa, bhatara dan leluhur” sesuai dengan dengan ajaran weda dan masih perlu dipertahankan? 
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, diperlukan kajian yang lebih mendalam terhadap sastra-satra weda, sehingga yang tersiratlah yang dilaksanakan bukan yang tersurat dalam ayat-ayat ataupun sloka suci weda. kenapa tidak dengan salah satu jalan yang lain yang ada dalam Catur Marga? dengan Karma atau Jnana misalnya?

Karena Bhakti dalam Catur Marga apabila diandaikan sebuah rumah, Bhakti adalah pondasinya. Bhakti berasal dari bahasa sanskerta yaitu dari urat kata ‘Bhaj’ yang artinya hormat, sujud. Kemudian Bhakti ini mengalami perluasan arti Bhakti juga berarti kesucian, ketulus ikhlasan, olas asih, menyayangi, mencintai karena unsur-unsur ini include di dalamnya.

Sekarang coba mari kita renungi, mengapa Bhakti itu adalah pondasi dari Catur Marga itu? Seorang di jalan Karma, Jnana, dan Raja, tidak akan berhasil dalam jalan itu tanpa ada rasa Bhakti dalam dirinya. Sebenarnya seorang mau ber-Karma, menekuni Jnana, dan menekuni Raja Marga, karena paling tidak orang itu punya rasa Bhakti terhadap dirinya baik untuk kebutuhan sekarang maupun persiapan untuk dimasa yang akan datang. Bhakti Marga adalah salah satu dari ajaran Catur Marga. Catur Marga adalah empat jalan untuk membangun keharmonisan untuk menuju kebahagiaan baik secara vertikal maupun horizontal. Secara vertikal untuk membangun keharmonisan antara manusia dengan Tuhan-nya, sehingga apabila ini dapat dibangun maka akan muncul cahaya-cahaya ke-Ilahian dalam diri (divine man). Secara horizontal untuk membangun keharmonisan antara manusia dengan manusia yang lainnya dalam kehidupan sosialnya, sehingga muncul cahaya-cahaya ke-Ilahian dalam kehidupan bermasyarakat atau kelompok tertentu (divine society). Selanjutnya membangun keharmonisan antara manusia dengan lingkungannya, sehingga muncul cahaya-cahaya ke-Ilahian dalam lingkungan sekitar (divine ekosistem). Apabila keharmonisan dan cahaya-cahaya ke-Ilahian itu dapat terus dibangun, maka konsep ajaran Siva Lingga yaitu konsep ajaran Siva membumi (mensorgakan dunia) seperti dalam pelaksanaan upacara Ngenteg Linggih dapat kita wujudkan. Tetapi sekarang jangankan untuk menciptakan sorga di bumi, untuk memunculkan cahaya-cahaya ke-Ilahian dalam diri saja kita belum mampu, bagaimana mau memberikan pibrasi positif kepada orang lain atau lingkungan, yang ada adalah merasakan sorga dunia banyak. Bagaimana rasanya sorga dunia?. Terkait dengan Membangun Keharmonisan Individual dan Komunal dengan Bhakti Marga, bahwa segala sesuatu yang kita lakukan oleh orang atau kelompok apapun itu, dalam hidup ini harus didasari dengan rasa Bhakti, tanpa rasa Bhakti akibatnya akan membuat sebuah beban dan masalah baru yang berujung pada sebuah konflik yang berbau sara dan anarkis. Bakti marga merupakan Jalan/marga yang paling sederhana dalam kehidupan saat ini (jaman kali). Disini Tuhan diwujudkan sebagai penguasa yang sangat penyayang, di ibaratkan sebagai ayah, ibu, kakak, sahabat, tamu dan sebagainya. Orang yang melaksanakan jalan ini meninginkan kebahagiaan rohani (svasti). Menurut Bhakti Marga, Tuhan adalah sosok yang dekat, umum, dapat dengan mudah dicintai dan di dekati dengan berbagai cara yang diyakini, seperti yang terdapat dalam sloka Bhagavadgita (IV,11), yang bunyinya sebagai berikut:
Ye Yatha mam prapadyanteTams tathaiva bhajami ahamMama vartmanuvartanteManusyah partha sarvasah
Yang artinya :
Bagaimanapun (jalan) manusia mendekati-Ku, Aku terima, wahai Arjuna. Manusia mengikuti jalan-Ku pada segala jalan.
Kemudian sloka berikutnya, (Bhagavadgita, IX.26) yakni :
Patram puspam phalam toyamYo me bhaktya prayacchatiTad aham bhakty-upahrtamAsnami prayatatmanah
Yang artinya :
Siapapun yang dengan sujud bhakti kepada-Ku mempersembahkan sehelai daun, setangkai bunga, sebiji buah, setetes air, Aku terima dengan segala bhakti persembahan dari orang yang berhati suci.
Berdasarkan sloka Bhagavadgita di atas, ini memberikan sebuah pesan bahwa disiplin apapun yang kita lakukan hendaknya dilakukan dengan penuh rasa Bhakti. Dalam sebuah instansi/lembaga tertentu; baik pimpinan maupun bawahan, kelompok kerja yang satu dengan kelompok kerja yang lain, dalam kehidupan rumah tangga; baik Suami maupun istri, orang tua dengan anak, dll. Hendaknya mereka semua melaksanakan swadharma-nya masing-masing dengan penuh rasa Bhakti. Apabila sudah demikian maka unsur-unsur Bhakti seperti hormat, sujud, tulus ikhlas, mencintai, menyayangi, kesucian olas asih akan dapat dibangun, kondisi ini akan dapat meredam fenomena-fenomena yang terjadi seperti yang dikemukakan di atas. Selanjutnya terkait dengan Membangun Keharmonisan Individual dan Komunal dalan sastra suci Hindu yakni dalam kitab Itihasa Ramayana yang telah digubah dalam bentuk Kakawin Ramayana Bab I sloka 3 menyebutkan Sang Dasaratha sebagai sosok manusia yang utama yang mampu membangun keharmonisan bagi dirinya dan orang lain, dengan cara seperti berikut.
Gunamanta sang Dasaratha, Wruh sira ring Veda, Bhakti ring Deva tan marlupeng pitra puja, masih ta sireng swagotra kabeh”.
Terjemahannya.
“Bahwa Raja Dasaratha adalah seorang pemimpin yang memahami pengetahuan suci Veda, taat beragama, Bhakti kepada Tuhan dan tidak melupakan leluhur/pendahulu-pendahulunya, serta adil dan mengasihi seluruh rakyatnya.
Bhakti merupakan suatu ilmu spiritual terpenting, karena mereka yang memiliki rasa cinta kepada Tuhan, sesungguhnya kaya. Tak ada kesedihan selain tidak memiliki rasa bhakti kepada Tuhan.

Dari caranya mewujudkan, bhakti dibagi dua yaitu


  1. Para bhakti, dan
  2. Apara bhakti.

Para artinya utama; jadi para bhakti artinya cara berbhakti kepada Hyang Widhi yang utama, sedangkan Apara bhakti artinya tidak utama; jadi apara bhakti artinya cara berbhakti kepada Hyang Widhi yang tidak utama. Apara bhakti dilaksanakan oleh bhakta yang tingkat inteligensi dan kesadaran rohaninya kurang atau sedang-sedang saja. Para bhakti dilaksanakan oleh bhakta yang tingkat inteligensi dan kesadaran rohaninya tinggi.

Ciri-ciri bhakta yang melaksanakan apara bhakti antara lain banyak terlibat dalam ritual (upacara Panca Yadnya) serta menggunakan berbagai simbol (niyasa).

Sedangkan Ciri-ciri bhakta yang melaksanakan para bhakti antara lain sedikit terlibat dalam ritual tetapi banyak mempelajari Tattwa Agama dan kuat/berdisiplin dalam melaksanakan ajaran-ajaran Agama sehingga dapat mewujudkan Trikaya Parisudha dengan baik dimana Kayika (perbuatan), Wacika (ucapan) dan Manacika (pikiran) selalu terkendali dan berada pada jalur dharma.

Bhakta yang seperti ini banyak melakukan


  1. Drwya Yadnya (ber-dana punia),
  2. Jnana Yadnya (belajar-mengajar), dan
  3. Tapa Yadnya (pengendalian diri).


Bhakti adalah jalan termudah dan dapat dikombinasikan dengan ketiga jalan yang lainnya, pada dasarnya ketiga jalan yang lain memerlukan adanya Bhakti untuk membuat jalan tersebut menjadi lebih mudah dan membuat seseorang semakin tegar dalam menghadapi cobaan yang mungkin muncul dalam menempuh kehidupannya. Dalam Bhakti tidak ada aturan yang begitu mengikat, intinya adalah adanya rasa bhakti atau kecintaan pada Sang Hyang Widhi Wasa. Suatu kisah tentang Rama seorang Avatara dan raja yang Agung, dengan Sabari, salah seorang bhaktanya yang termashyur. Sabari adalah seorang wanita kasta rendah yang ingin sekali memperoleh darsan Rama sang Avatara. Ia tinggal seorang diri di suatu pertapaan yang terpencil di dalam hutan. Ia mengisi hidupnya untuk menanti Rama dan berharap sang Avatara akan datang melewati hutan tempat tinggalnya dan menghampirinya. Setiap hari ia mengumpulkan buah dan akar-akaran untuk dipersembahkan pada Rama. Pada suatu hari kerinduannya terpenuhi. Rama benar-benar datang melewati hutan itu. Ketika Rama menikmati buah dan akar-akaran persembahannya, Sabari menjatuhkan diri dan bersujud di kaki-Nya dan berkata,

”Oh Tuhan, saya hanyalah seorang wanita yang bodoh dan berasal dari kasta yang rendah. Bagaimana saya dapat memuji Tuhan? Saya tidak tahu harus berbuat apa dan bagaimana cara melakukannya.” 
Rama tersenyum dan berkata,
“Sabari, misi-Ku adalah menjalin hubungan bhakti. Aku tidak mempunyai pertalian dengan suku bangsa atau kasta. Apakah gunanya memiliki kekayaan, kedudukan, atau karakter tanpa bhakti kepada Tuhan? Bhakta dapat mencapaiKu melalui Sembilan jalan, masing-masing jalan itu dapat membawa mereka kepadaKu.”

Sembilan jalan yang dimaksud (Nava Vida Bhakti) tercantum dalam Bhagavata Purana (VII, 5.23) yaitu :
Sravanam, kirtanam, visnohsmaranam,Padasevanam, vandanam, arcanam, dasyam,Sakhyam, atmanivedanam.
Yang artinya :
Mendengarkan prihal kemuliaan Tuhan, menyanyikan namaNya, mengingat dan merenungkan kemuliaan Tuhan, memuja kaki Tuhan, membaca kitab suci, menghormati Tuhan melalui media Arca, mengabdi kepada Tuhan, mencapai kedekatan dengan Tuhan, pasrah diri kepada Tuhan.
Penjelasannya sebagai berikut : artinya mendengarkan mengenai nama suci Tuhan, lila rohani-Nya, kemunculan rohani-Nya ini adalah merupakan awal pelayanan bhakti. Kemunculan dan aktivitas rohani sangat penting di awali dengan sravanam seperti yang diajarkan oleh Rsi Narada, ini adalah awal untuk mencapai sad-cid-ananda-vigraha. adalah memuja Tuhan dengan menyanyikan nama-nama Tuhan atau kidung suci keagamaan seperti Japa dan bhajan yang bertujuan memuliakan Tuhan dan menjelaskan tentang nilai-nilai kemanusiaan. Kidung suci yang dinyanyikan dengan sungguh-sungguh dan terus menerus akan dapat mengantarkan manusia pada suatu kehidupan yang bahagia. Dengan kirtanam kita melakukan bhakti guna membuka pintu Padma Hrdaya untuk menstanakan Tuhan dalam diri. Kirtanam dapat mengakibatkan atman menguasai budhi, budhi menguasai manah, dan manah menguasai indria. Dengan kondisi seperti ini, maka orang akan dapat mengendalikan tingkah lakunya dan menyebabkan nya selalu betusaha berbuat baik. Selanjutnya kirtanam dapat dilakukan dengan tiga cara, yakni :
  1. Nista atau melakukan kirtanam secara waikhari yakni dengan suara yang jelas dan dapat didengar.
  2. Madhya atau melakukan kirtanam secara upamsu yakni hanya dengan gerak lidah tetapi tanpa suara, artinya tidak dapat didengar.
  3. Utarna atau melakukan kirtanam secara manasika yakni diucapkan didalam hati.

adalah berbhakti kepada Tuhan dengan jalan selalu ingat pada Tuhan dan manifestasi-Nya. Ini sangat penting dalam menjaga prilaku agar tidak menyimpang dari jalan dharma. Semakin kuat kita mengingat keberadaan dan kemahakuasaan-Nya, maka semakin kuat pula getaran kesucian Tuhan mempengaruhi totalitas diri kita. Dengan semakin kuatnya getaran kesucian yang kita dapatkan, maka kegiatan kita pun akan menjadi semakin baik, dijauhkan dari segala halangan dan selalu memperoleh perlindungan-Nya. adalah bentuk bhakti yang dilakukan dengan jalan membaca kitab suci Veda dan sastra suci. Ini sangat bermanfaat untuk menambah penguasaan dan pemahaman akan sastra-sastra suci Veda. Vandanam adalah suatu bentuk bhakti yang menjaga proses terbentuknya struktur alam pikiran yang ideal. Dengan membaca secara berulang-ulang, baik itu sastra –sastra agama maupun mitologi agama dengan penuh rasa bhakti, maka kekuatan budhi akan semakin terbentuk, sehingga pikirn egoisme pun dapat dikuasai. merupakan perwujudan bhakti kepada Tuhan dengan menyembah kaki padma Tuhan. Kaki padma diartikan sebagai kaki yang maha suci milik Tuhan. adalah berbhakti dengan jalan melayani dan mengabdi pada Tuhan Yang Maha Esa yang pada umumnya lewat pemujaan pada arca (benda sebagai simbol) dan pelayanan kemanusiaan. Proses bhakti ini di Bali biasa disebut dengan ngayah. Ngayah itu merupakan pengabdian yan penuh keikhlasan, ketetapan hati yang bulat dan kesungguhan serta penuh rasa bhakti.dengan ngayah atau mengabdi ataupun melayani Tuhan, maka rasa ego atau ahamkara itu ditiadakan atau dikekang sekuat mungkin. Dengan menghilangkan egoisme, maka orang akan merasa sangat dekat dengan Tuhan. Sebaliknya, jika egoisme itu tinggi, apalagi jika disertai dengan keterikatan dengan duniawi dan rasa amarah, maka orang akan menjadi jauh dengan Tuhan. adalah memuja dan menghormati Tuhan melalui media arca atau pratima atau Benda yang disimbolkan sebagai Tempat Suci Tuhan. Perlu dimaklumi bahwa dalam kitab Pratimalaksana menjelaskan bahwa jika seseorang membuat atau memperbaiki Arca pemujaan kepada Tuhan, maka jiwanya yang murni akan mendapatkan hidup bagai di Surga lebih dari 100 Yuga. Ini berarti bahwa, berbhakti kepada Tuhan melalui pembuatan atau pemeliharaan Arca akan memberikan pahala yang sangat tinggi. dan pada saat sembahyang/pemujaan Arca inilah sebagai Kiblat/arah para bhakta memuja Tuhan. adalah bentuk bhakti kepada Tuhan seperti hubungan bersahabat dekat. Dalam hubungan ini seseorang tidak perlu canggung lagi, ia dapat mengutarakan semua isi hatinya kepada Tuhan. adalah bentuk pemujaan yang dilakukan dengan penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan, Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Ini dilaksanakan oleh para bhakta yang murni. Menurut Svami Sivananda, Atmanivedanam atau penyerahan diri secara total kepada Tuhan dapat dibagi dalam dua tahap sebagai berikut :
  • Tahap pertama adalah Markata Nyaya yang merupakan penyerahan diri secara total kepada Tuhan, dengan selalu berpegang teguh pada keberadaan dan kemahakuasaan-Nya, melalui semua ajaran yang diturunkan-Nya dalm kitab suci Veda. Penyerahan diri seperti ini hanya dapat dilakukan oleh mereka yang atmanya telah sepenuhnya menguasai budhi, manah, dan indriya. Segala aktivitas manah, budhi dan indriyanya sudah dapat dkendalikan oleh atman. Penyerahan diri sepenuhnya seperit ini diyakini akan memberikan keselamatan, sepanjang orang yang bersangkutan berpegang teguh kepada Tuhan dan ajaran-Nya.
  • Tahap kedua adalah Marjara Nyaya yaitu merupakan penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan yang sudah sempurna dan lebih tinggi tingkatanya. Orang yang berbhakti dengan jalan Marjara Nyaya ini tidak lagi aktif mendekati Tuhan, tetapi Tuhanlah yang sepenuhnya menentukan bagaimana nasib orang itu yang paling tepat, sesuai dengan tingkatan karma yang telah dilakukan. Penyerahan diri kepada Tuhan ini janganlah dipandang sebagai prilaku yang pasif atau hanya menunggu nasib saja, sebab menyerah dan menugu nasib tidaklah termasuk dalam Atmanivedanam.
Bhakti yang murni segera membawa rasa lega, bebas dari segala jenis kesengsaraan material. Selama ada jejak-jejak keinginan dalam pikiran terhadap objek-objek duniawi, seseorang tidak dapat memiliki kerinduan yang dalam terhadap Tuhan.

Atma-Nivedana merupakan penyerahan diri secara total setulus hati kepada Tuhan, yang merupakan anak tangga tertinggi dari Navavidha Bhakti, atau sembilan cara bhakti. Atma-Nivedana adalah Prapatti atau Saranagati.


Penyembah menjadi satu dengan Tuhan melalui Prapatti dan memperoleh karunia Tuhan yang disebut Prasada. Bhakti Marga adalah pencarian sejati, pencarian sebenarnya terhadap Tuhan, sebuah pencarian yang berawal dari kasih, berlanjut dengan kasih dan berakhir dengan kasih. Satu momen kerinduan yang yang mendalam akan kasih Tuhan yang akan membawa kita pada kebebasan yang abadi.

Bhakti “ seperti yang dikatakan oleh Rsi Narada dalam penjelasannya tentang bhakti, “ adalah kasih mendalam terhadap Tuhan.”

Ketika manusia mencapainya, ia akan mengasihi semua, tidak membenci siapapun, mencapai kedamaian dan mencapai suatu kebahagiaan. Kebahagiaan adalah suatu keadaan pikiran atau perasaan yang ditandai dengan kesenangan, rasa damai, cinta kasih, kepuasan, kenikmatan dan kegembiraan. Apabila semua orang sudah dipenuhi dengan rasa Bhakti maka secara perlahan-lahan akan bermuara pada ajaran agama Hindu yang sangat maha agung, universal dan mulia bahwa sesungguhnya kita dituntun untuk membangun persatuan dalam kebhinekaan/keanekaragaman (unity in diversity), kita dituntun untuk menyadari bahwa sesungguhnya kita satu hakekat (intisari) seperti yang di kumandangkan dalam sastra-sastra Hindu yang kita yakini yaitu;
  • Tat Tvam Asi, artinya Aku adalah Kamu, Kamu adalah Aku.
  • Vasu Daiva Kuthum Bhakam, artinya Kita ini adalah bersaudara, satu keluarga dalam seru sekalian alam.
  • Sarvam Khalu Idam Brahman, artinya Bahwa semua yang ada ini berasal dari dan atau bersumber dari Brahman (Tuhan).
Apabila semua orang sudah menyadari, kemudian melaksanakan pesan dan intruksi sesuai dengan petunjuk sastra-sastra agama yang kita yakini, maka sesuai tema pada kesempatan ini, maka keharmonisan individual dan komunal dapat diwujudkan. Untuk itu mari laksanakan Dharma Agama dan Dharma Negara kita berangkat dari membangun keharmonisan baik secara individu maupun secara komunal dengan bhakti marga, karena dengan bhakti dan harmonis itulah konsep mensorgakan dunia seperti filsafat yang terkandung dalam ajaran Siva Lingga dapat kita wujudkan. Artikel yang terkait dengan Bhakti Marga Yoga diantaranya: sekilas dapat dilihat bahwa Bhakti Marga adalah usaha untuk mencapai Jagadhita dan Moksa dengan jalan sujud bakti kepada Tuhan. Dengan sujud dan cinta kepada Tuhan Pelindung dan Pemelihara semua makhluk, maka Tuhan akan menuntun seorang Bhakta, yakni orang yang cinta, bakti dan sujud kepada- Nya untuk mencapai kesempurnaan. Dengan menambah dan berdoa mohon perlindungan dan ampun atas dosa- dosanya yang pernah dilaksanakan serta mengucap syukur atas perlindungannya, kian hari cinta baktinya kepada Tuhan makin mendalam hingga Tuhan menampakkan diri (manifest) di hadapan Bhakta itu. Tuhan memelihara dan melindungi orang yang beriman itu, supaya hidupnya tetap tenang dan tenteram. Jalan yang utama untuk memupuk perasaan bakti ialah rajin menyembah Tuhan dengan hati yang tulus ikhlas, seperti melaksanakan Tri Sandhya yaitu sembahyang tiga kali dalam sehari, pagi, siang, dan sore hari dan bersembahyang hari suci lainnya. demikian tentang Bhakti Marga Yoga. semoga bermanfaat.


Page 2

Home ajaran dharma Reiki obat alternative Obat herbal Proteksi Produk Bali