Tiga aspek penting yang harus dimiliki oleh seorang Jepang dalam konsep budaya bisnis yaitu

Diperbarui 19 Feb 2021 - Dibaca 5 mnt

Setiap perusahaan pasti memiliki budaya kerja unik yang berbeda satu sama lain. Budaya ini diciptakan dengan maksud untuk membuat karyawan lebih produktif dan mencapai hasil yang sejalan dengan visi perusahaan.

Lebih dari sekadar aturan berpakaian atau desain interior kantor, budaya kerja juga mencakup relasi antar karyawan dan gaya kepemimpinan di suatu organisasi.

Singkatnya, budaya ini merupakan konsep yang mengatur perilaku serta mewakili nilai kolektif, keyakinan, dan prinsip dari anggota organisasi.

[Total_Soft_Poll id=”19″]

Baca Juga: 7 Budaya Kerja di Korporat yang bisa Memajukan Kariermu

Ciri Perusahaan dengan Budaya Kerja Positif

Tiga aspek penting yang harus dimiliki oleh seorang Jepang dalam konsep budaya bisnis yaitu

© Freepik.com

Budaya kerja positif akan menciptakan lingkungan yang nyaman dan juga kesempatan bagi karyawan untuk berkembang.

Tidak hanya mengutamakan kesuksesan organisasi, budaya kerja yang baik juga seharusnya bisa membawa dampak positif bagi anggota di dalamnya.

Berikut merupakan beberapa ciri perusahaan dengan budaya kerja yang baik.

1. Lingkungan Kerja Produktif

Karyawan merasa senang dan menikmati suasana saat bekerja? Bisa jadi ini merupakan tanda bahwa mereka nyaman dengan suasana kantor yang kondusif.

Adanya kecemasan dan intimidasi justru malah menandakan sebaliknya, bahwa karyawan takut dan merasa tidak nyaman berada di lingkungan kantor.

2. Komunikasi yang Terbuka dan Jujur

Sudah bukan rahasia lagi bahwa politik kantor biasanya menyebabkan suasana dan budaya kerja menjadi sangat tidak kondusif.

Jika karyawan bisa menciptakan komunikasi yang jujur, terbuka terhadap feedback, serta bahu membahu untuk menyelesaikan suatu masalah, maka selamat, karena itu menandakan budaya kerja yang positif di suatu organisasi!

3. Suasana yang Seru

Tidak ada salahnya untuk sesekali tertawa bersama dan menikmati candaan di tengah-tengah penatnya bekerja. Dengan begini, karyawan bisa merasa rileks dan lebih tidak stress dibandingkan mereka yang hanya serius bekerja selama seharian penuh.

4. Ada Penghargaan dan Motivasi

Setiap individu di dalam organisasi sudah bekerja keras untuk mencapai target. Tidak ada salahnya untuk memberikan penghargaan dan motivasi berupa bonus, promosi, sertifikat, atau hadiah lainnya kepada karyawan yang sudah berjasa bagi perusahaan.

Dengan begini, karyawan tentunya juga akan merasa dihargai.

5. Kerja Sama yang Baik

Bukannya tidak mungkin apabila ada anggota tim yang menggunakan cara kotor untuk mendapatkan kesuksesannya sendiri.

Budaya kerja yang baik diharapkan bisa mengurangi karyawan seperti ini, dan malah mendorong mereka untuk membangun tim dengan kerja sama yang baik.

Berkompetisi boleh, tapi bukan berarti harus dilakukan secara negatif, kan?

Ingat, masih ada kompetisi yang sehat tanpa disertai pengkhianatan dan agenda balas dendam dengan rekan kerja sendiri.

4 Jenis Budaya Kerja

Tiga aspek penting yang harus dimiliki oleh seorang Jepang dalam konsep budaya bisnis yaitu

© Pexels.com

Organizational Culture Assessment Instrument (OCAI) mengklasifikasikan 4 jenis budaya kerja berdasarkan parameter spesifik.

Dibagi berdasarkan tujuan dan fokus perusahaan, secara umum budaya kerja dikelompokkan menjadi 4 menurut OCAI, yaitu Clan Culture, Adhocracy Culture, Market Culture, dan Hierarchy Culture.

1. Clan Culture

Budaya kerja yang pertama yaitu clan culture.

Bagaikan kelompok atau klan yang hidup bersama, budaya satu ini menekankan aspek kolaborasi di mana anggotanya menganggap diri mereka sebagai satu keluarga besar yang saling terlibat satu sama lain.

Organisasi yang mengadopsi budaya ini diikat oleh komitmen dan tradisi, dengan nilai utama berupa teamwork, komunikasi, dan kesepakatan. Kepemimpinan yang ada pada clan culture berbentuk mentorship.

Salah satu perusahaan yang diketahui mengadopsi clan culture yaitu Tom’s of Maine, perusahaan yang memproduksi berbagai produk perawatan tubuh natural. Sang founder, Tom Chappell, berfokus untuk membangun hubungan yang baik dengan karyawan, konsumen, pemasok, hingga lingkungan.

2. Adhocracy Culture

Budaya ini didasarkan oleh energi dan kreativitas. Setiap karyawan diharapkan berani mengambil risiko, dengan sosok pemimpin yang dipandang sebagai inovator.

Nilai utama yang dianut biasanya didasari oleh perubahan yang ada, dan salah satu hal yang menyatukan perusahaan yaitu eksperimen yang diikuti dengan kebebasan individu.

Facebook merupakan salah satu perusahaan yang menganut budaya adhocracy.

Mark Zuckerberg sebagai CEO terkenal dengan nasihatnya yang berbunyi “Move fast and break things – unless you are breaking stuff, you are not moving fast enough.” (Bergerak cepat dan hancurkan hal lain –  kamu belum bergerak cepat sampai kamu merusak berbagai hal).

3. Market Culture

Di antara 4 budaya kerja yang ada bisa dibilang budaya ini yang paling agresif.

Kebalikan dari clan culture, market culture justru dianggap sebagai budaya yang bisa menghambat proses pembelajaran.

Budaya yang satu ini tidak hanya menekankan aspek kompetitif dengan pesaing di industri, tetapi juga antar karyawan dalam organisasi. Karyawan akan dituntut untuk memenuhi tujuan yang sulit dan performa mereka akan menentukan hasil yang didapat, apakah itu bonus ataupun hukuman.

Penekanan pada performa ini sebenarnya diharapkan bisa menjadi motivasi bagi karyawan untuk berprestasi. Namun, banyak kritik justru berpendapat bahwa hal ini bisa menimbulkan budaya yang tidak sehat, seperti ketidakjujuran dan mengurangi produktivitas.

4. Hierarchical Culture

Struktur perusahaan menjadi salah satu faktor penentu di budaya hierarchical. Praktik bisnis pada budaya ini ditentukan oleh struktur, aturan, dan kontrol atasan.

Proses yang terkontrol serta pengawasan yang cukup dianggap penting bagi produktivitas dan kesuksesan karyawan. Perusahaan disatukan oleh aturan dan kebijakan formal untuk mencapai stabilitas.

Baca Juga: 5 Etos Kerja Jepang yang Bisa Kamu Terapkan

Perlu diingat, tidak ada budaya yang benar ataupun salah. Semuanya kembali lagi pada tujuan dan nilai-nilai yang dianut perusahaan.

Namun, hal yang terpenting adalah kamu bekerja di perusahaan dengan budaya kerja yang sesuai denganmu. Jadi, kamu dan perusahaan bisa berkolaborasi dengan baik.

Lantas, bagaimana cara untuk mengetahui budaya kerja sebuah perusahaan? Glints Komunitas punya jawabannya!

Di kanal Company Culture, kamu bisa menanyakan budaya di perusahaan tertentu. Nantinya, akan ada pakar dan pengguna Glints lain yang memberikan informasinya untukmu.

Jadi, tunggu apa lagi? Yuk, mulai berdiskusi di Glints Komunitas!

Tiga aspek penting yang harus dimiliki oleh seorang Jepang dalam konsep budaya bisnis yaitu

Loading Preview

Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.

You're Reading a Free Preview
Pages 8 to 12 are not shown in this preview.

You're Reading a Free Preview
Pages 21 to 28 are not shown in this preview.

You're Reading a Free Preview
Pages 36 to 39 are not shown in this preview.

You're Reading a Free Preview
Page 44 is not shown in this preview.

You're Reading a Free Preview
Pages 49 to 60 are not shown in this preview.

You're Reading a Free Preview
Pages 65 to 75 are not shown in this preview.

You're Reading a Free Preview
Pages 80 to 95 are not shown in this preview.