Siapa yang ditunjuk abu bakar as siddiq dalam memimpin pengumpulan kodifikasi Al-Quran

Penyusunan al-Quran al-Karim setelah Nabi Muhammad –alaihi sholatu wa sallam- wafat hingga sampai bentuk yang sekarang ini, mengalami tahapan dan proses yang dilakukan oleh khulafaurrasyidun dan Para Sahabat sebagaimana berikut.

Masa Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq Radhiallahu anhu

Sesudah Rosulullah wafat, Ali -yang oleh Nabi dikukuhkan sebagai orang yang paling tahu tentang Al Quran- diam di rumah­nya untuk menghimpun Al-Quran dalam satu mushaf menurut urutan turunnya.

Belum enam bulan sejak wafatnya Rasulullah, dia telah merampungkan penghimpunan itu dan mengusungnya ke atas punggung unta. Setahun sesudah Rosulullah wafat, pecah perang Ya­mamah pada 12 Hijriah yang merenggut korban tujuh puluh orang qurra’ syahid.

Waktu itu Khalifah Abu Bakar atas usulan Umar bin al-Khattab membukukan surat-surat dan ayat-ayat Al-Quran dalam satu mushaf, karena khawatir akan ter­jadi perang lagi serta khawatir akan punahnya para qurra’ dan hilangnya Al-Quran karena kematian mereka.

Khalifah memerin­tahkan kepada sekelompok qurra` sahabat di bawah pimpinan Zaid bin Tsabit untuk menghimpun Al Quran.

Mereka menghimpun dari papan-papan, pelepah-pelepah kurma, dan kulit-kulit domba yang terdapat di rumah Nabi yang ditulis oleh para penulis al-Quran, dan tulisan-tulisan yang ada pada sahabat-sahabat yang lain hingga menjadi satu mushaf.

Kemudian setelah selesai Quran susun menjadi satu, lalu diserahkan dan disimpan Abu Bakar sampai ia wafat.

Setelah wafatnya khalifah pertama, al-Quran itu berpindah tangan kepada Khalifah kedua Umah bin Khattab, dan sepeninggal beliau ini, kemudian disimpan oleh salah seorang putrinya, yaitu Hafsah binti Umar bin Al-Kattab  yang merupakan istri Nabi Muhammad 

Masa Khalifah Utsman bin Affan

Ketika terjadi perang Armenia dan Azarbaijan dengan penduduk irak, Abu Hudzaifah  melihat banyak perbedaan dalam cara mambaca Al-Qur’an.

Sebagian bacaan bercampur dengan kesalahan. Tapi masing-masing mempertahankan dan kukuh pada bacaannya, hingga mereka saling mengkafirkan. Melihat kejadian ini ia menghadap Khalifah Utsman untuk melaporkan peristiwa yang dilihatnya.

Maka Khalifah Utsman mengetahui bahwa al-Fuqan terancam perubahan dan penggantian akibat sikap mempermudah dalam menyalin dan memeliharanya, ia memerintahkan untuk meng­ambil mushaf yang disimpan oleh Ibunda Hafsah, yakni merupakan naskah pertama, kemudian memerintahkan kepada lima orang sahabat, yang di antaranya Zaid bin Tsabit, untuk menyalin mushaf tersebut.

Khalifah Ketiga juga memerintahkan agar semua naskah yang terdapat di negeri-negeri Islam dikumpulkan dan dikirimkan ke Madinah, kemudian dibakar.

Mereka menulis lima mushaf Al-Quran. Satu naskah ditinggal di Madinah dan empat yang lainnya dibagi-bagikan ke Makkah, Suriah, Kufah dan Basrah. Masing-masing satu buah.

Ada yang mengatakan bahwa selain lima naskah ini, ada satu naskah yang dikirimkan ke Yaman, dan satu lagi ke Bahrain. Naskah inilah yang dikenal dengan sebutan Mushaf Imam.

Perbedaan antara Penyusunan Masa Khalifah Abu Bakar dan Utsman bin Affan

Kodifikasi yang dilakukan Abu Bakar bermotif kehawatiran beliau akan hilangnya al-Quran karena banyaknya hufadz yang gugur dalam peperangan.

Pengumpulan al-Quran pada priode Utsman dilatarbelakangi karena banyaknya perbedaan bacaan al-Quran yang disaksikannya sendiri di daerah yang saling menyalahkan satu sama lain.

Tujuh Huruf al-Quran

Tentang pengertian tujuh huruf al-Quran Para ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan tujuh huruf ini dengan perbedaan bermacam-macam:

1. Sebagian besar ulama berpendapat, yang dimaksud adalah tujuh macam bahasa dari bahasa arab mengenai satu makna. Dikatakan bahwa tujuh bahasa tersebut adalah Quraisy, Huzail, saqif, Hawazin, Kinanah dan Yaman. Namun dalam riwayat lain yang menyebutkan berbeda.

2. Kelompok lain berpendapat bahwa yang dimaksud adalah tujuh huruf yang betebaaran di berbagai macam surat al-Quran, bukan tujuh bahasa yang berbeda dalam kata tetapi sama dalam makna.

3. Sebagian ulama menyebutkan bahwa yang dimaksud tujuh huruf yaitu: Amr (perintah), Nahyu (larangan), Wa’ad (janji), Wa’id (ancaman), jadal (perdebatan), Qashas (cerita) dan Masal (perumpamaan) atau Amr, nahyu, halal, haram, muhkam, mutsyabih.

4. Segolongan ulama berpendapat bahwa yang dimaksud tujuh huruf yaitu:

a. Ikhtilaful Asma (perbedaan, kata, benda)
b. Perbedaan dalam tashrif
c. Perbedaan taqdim dan takhir
d. Perbedaan dalam segi ibdal (pengantian)
e. Perbedaan karena penambahan dan pengurangan
f. Perbedaan lajah seperti idzhar dan idgam, fathah dan imalah dll.

5. Menurut sebagian ulama, tujuh itu tidak diartikan harfiyah (bukan bilangan antara enam dan delapan) tetapi bilangan tersebut hanya lambang kesempurnaan menurut kebiasaan orang Arab.

6. Segolongan ulama berpendat bahwa yang dimaksud tujuh huruf adalah tujuh qiraah cara baca Quran. Pendapat terkuat dari semua pendapat tersebut adalah pendapat pertama.

Hikmah yang dapat diambil dengan kejadian turunnya al-Quran dengan tujuh huruf ialah:

  1. Untuk memudahkan  bacaan dan hafalan bagi bangsa yang ummi (non-Arab), tidak bisa baca tulis, setiap kabilah yang mempunyai dialek masing-masing, namun tidak biasa menghafal sya’ir, apalagi mentradisikannya.
  2. Bukti kemukjizatan al-Quran terhadap fitroh kebahasaan orang Arab.
  3. Kemukjizatan al-Quran dalam aspek makna dan hukum-hukumnya.

Seorang ahli tahqiq, Ibnu Jazry berkata “Adapun sebabnya al-Quran diturunkan dengan tujuh huruf, tujuannya adalah untuk memberikan keringanan kepada umat, serta memberikan kemudahan sebagai bukti kemuliaan, keluasan, rahmat dan spesialisasi yang diberikan kepada umat utama disamping untuk memenuhi tujuan Nabinya sebagai makhluk yang paling utama, dan kekasih Allah.”

Jibril datang kepadanya sambil berkata, “Allah telah memerintahkan kamu untuk membacakan al-Quran kepada ummatmu dengan satu huruf”.

Kemudian Nabi menjawab “Saya akan minta ‘afiyah (kesehatan) dan pertolongan dulu kepada Allah karena ummatku tidak mampu.” Beliau terus mengulang-ulang pertanyaan sampai dengan tujuh huruf.

Al-Quran al-Karim Menyatukan ummat Islam dalam satu bahasa Arab yakni bahasa Quraisy yang tersusun dari berbagai bahasa pilihan dikalangan suku-suku bangsa Arab yang berkunjung ke Makkah pada musim haji dan lainnya.

Daftar Bacaan:

  • Al-Quran Al-Karim, dan Terjemahannya.
  • Thabathaba’i. Allamah M.H. Mengungkap Rahasia Al-Quran. Bandung: Penerbit Mizan, 1992.
  • Kholil. Moenawar. Al Qur’an dari masa ke masa. Solo: Ramadhani, 1994.

Sebelumnya: Sejarah Penulisan Al-Quran Masa Rasulullah

Alquran

Rep: Ferry Kisihandi Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA --

Pengumpulan atau kodifikasi Alquran telah berlangsung sejak zaman Rasulullah. Setiap menerima wahyu, Muhammad SAW selain membacakannya dan mengajarkannya kepada sahabatnya, juga meminta mereka yang pandai baca dan tulis untuk menuliskan ayat-ayat yang diajarkan tersebut. Penulisan dilakukan di atas pelepah kurma, lempengan batu, dan kepingan tulang. Para sahabat juga menuliskannya dengan sangat hati-hati dan teliti. Dalam Ensikopedi Islam terbitan PT Ichtiar Baru van Hoeve, diungkapkan, setelah ayat-ayat yang diturunkan cukup untuk satu surah, Rasulullah memberi nama pada surah itu. Langkah itu untuk membedakan surah bersang kutan dengan surah lainnya. Beliau juga menyampaikan petunjuk mengenai urutan penempatan surah dalam Alquran. Cara pengumpulan seperti di atas berlangsung sampai sampai Alquran sepenuhnya diturunkan selama 23 tahun. Para sahabat yang menuliskan Alquran di antaranya adalah Abu Bakar as-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abu Thalib, Amir bin Fuhairah, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka’ab, Muawaiyah bin Abu Sufyan, Zubair bin Awwam, Khalid bin Walid, dan Amr bin Ash. Mereka juga menulis untuk disimpan sendiri. Saat itu sudah ada banyak tulisan, namun belum disatukan dalam sebuah mushaf atau dijilid dalam satu kesatuan. Setelah Rasulullah wafat dan Abu Bakar terpilih menjadi khalifah pertama, tulisan yang dituliskan pada sejumlah media itu masih tersimpan di rumah Rasulullah. Hingga kemudian, terjadi peristiwa tragis dalam Perang Yamamah. Saat itu, sebanyak 70 sahabat yang hafal Alquran gugur. Muncul kekhawatiran jika kelak perang berkecamuk, akan banyak lagi sahabat yang hafal Alquran wafat. Akhirnya, Umar menyarankan Khalifah Abu Bakar menyusun tulisan-tulisan Alquran dalam satu mushaf. Semula Abu Bakar keberatan dengan usulan Umar namun akhirnya sepakat. Beberapa orang ditugasi untuk mengemban amanat ini, yaitu Zaid bin Tsabit sebagai ketua, dibantu Ali bin Thalib, Ubay bin Ka’ab, dan Usman bin Affan. Saat menjalankan tugasnya, Zaid berpedoman pada tulisan di rumah Rasulullah. Artinya, ia menghimpun surah dan ayat sesuai dengan apa yang telah dilakukan Rasulullah. Ia menuliskannya pada lembaran-lembaran kertas hingga disatukan dalam satu mushaf dan disimpan di rumah Abu Bakar hingga ia mangkat. Waktu Umar menjadi khalifah, mushaf itu selalu dalam pe ngawasannya. Setelah ia wafat, mushaf disimpan di rumah putri Rasulullah, Hafsah. Ketika Usman memegang tampuk pimpinan, ia membentuk sebuah panitia yang bertugas menyalin mushaf yang ada di rumah Hafsah dan menyeragamkan dialeknya, dikenal de ngan mushaf Usmani. Panitia yang dibentuk Usman membuat lima salinan. Satu mushaf disimpan di Madinah, yang pada masa berikutnya masyhur sebagai mushaf al-Imam. Empat mushaf lainnya dikirim ke Makkah, Suriah, Basra, dan Kufah. Terkait dengan penerjemahan Alquran, pada awal abad ke-8 cendekiawan Muslim Abu Hanifah mengklaim yang pertama kali membolehkan membaca al-Fatihah dengan bahasa Persia. Menurut The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World, seiring berjayanya kembali budaya di Iran, pada abad ke-11 dilakukan penerjemahan penuh teks Alquran dari bahasa Arab ke Persia. Pada masa kontemporer, muncul Abdullah Yusuf Ali yang menerjemahkannya ke dalam bahasa Inggris.

Juga ada tokoh reformasi Pakistan, Sayyid Abu al-A’la Maududi yang melakukan penerjemahan ke dalam bahasa Urdu serta cendekiawan Muslim dari Indonesia, Hamka, ke dalam bahasa Indonesia. Ada sejumlah tujuan penerjemahan, yaitu untuk memajukan dakwah dan agar teks teks Alquran dapat dipahami orang yang tak bisa berbahasa Arab. Selain itu, penerjemahan merupakan langkah tandingan terhadap misionaris dan orientalis yang melakukan penerjemahan untuk rezim kolonial.

  • ensiklopedia islam
  • alquran

Silakan akses epaper Republika di sini Epaper Republika ...