Perebutan Malaka 1511 berlangsung setelah laksamana Portugal Afonso de Albuquerque menundukkan kota Malaka pada tahun 1511. Kota pelabuhan Malaka merupakan pusat perdagangan di selat Malaka yang berada di jalur dagang antara Tiongkok dan India.[8] Perebutan Malaka merupakan bagian dari rencana Raja Manuel I untuk menguasai perdagangan dengan Tiongkok.[9] Catatan awal Portugis mengenai Malaka ada setelah kepulangan Vasco da Gama dari ekspedisi ke Kalikut yang membuka rute langsung ke India melewati Tanjung Harapan. Ia digambarkan sebagai sebuah kota yang jaraknya 40 hari perjalanan dari India, dimana cengkih, pala, porselin dan sutra dijual, dan dikatakan dikuasai seorang penguasa yang dapat mengumpulkan 10,000 orang untuk berperang dan dulunya Kristen.[10] Sejak itu, Raja Manuel telah menunjukkan minat untuk melakukan kontak dengan Malaka, percaya bahwa itu berada di, atau setidaknya dekat dengan, antimeridian Tordesillas.[11] Pada tahun 1505 Dom Francisco de Almeida diutus oleh Raja Manuel I dari Portugal sebagai Raja Muda pertama India Portugis, yang ditugaskan antara lain untuk menemukan lokasi tepatnya.[butuh rujukan] Namun, Dom Francisco, tidak dapat mendedikasikan sumber daya untuk perusahaan, hanya mengirim dua utusan Portugis yang menyamar pada Agustus 1506, Francisco Pereira dan Estevão de Vilhena, di atas kapal pedagang Muslim. Misi itu dibatalkan begitu mereka terdeteksi dan hampir digantung di Pantai Coromandel, nyaris kembali ke Cochin pada bulan November.[12] Kesultanan Malaka merupakan salah satu negara yang membayar upeti kepada Dinasti Ming di Cina. Setelah Portugal menaklukan Malaka pada tahun 1511, bangsa Cina membalas dengan kekerasan.[13] Ketika duta besar Portugal Tomé Pires mencapai Beijing pada tahun 1520, Dinasti Ming memutuskan untuk menangkap sang duta; ia kemudian tewas di penjara.[14] Pemerintah Ming juga menghukum mati 23 orang Portugal dan menyiksa yang lainnya di penjara. Setelah Portugal mendirikan pos dagang di Cina dan melakukan serangan dan pembajakan di Cina, bangsa Cina membalas dengan menghabisi orang Portugal di Ningbo dan Quanzhou[15] Tanggapan Cina yang keras ini dipicu oleh duta Malaka yang memberitahu kepada Ming mengenai perebutan Malaka. Mereka memberitahu tipuan yang digunakan bangsa Portugal, yaitu menyembunyikan rencana penaklukan wilayah dengan menyatakan bahwa mereka hanya ingin berdagang, serta perampasan yang dilancarkan oleh bangsa Portugal.[16][17] Pedagang Cina juga memboikot Malaka Portugal, dan beberapa orang Cina di Jawa membantu upaya untuk merbut kembali kota tersebut dari Portugal dengan menggunakan kapal. Partisipasi orang Cina Jawa dalam perebutan kembali Malaka tercatat dalam "The Malay Annals of Semarang and Cerbon"[18] Selain itu, orang Cina memilih berbisnis dengan orang Melayu dan Jawa daripada orang Portugal.[19] Upaya Portugal untuk menguasai perdagangan rempah-rempah tidak berhasil. Malaka masih harus mendapatkan rempah-rempah seperti pala dan cengkih dari Maluku, lada dari Sumatra, dan nasi dari Jawa untuk memberi makan penduduknya. Akibatnya, Portugal masih akan terus melancarkan ekspedisi di Nusantara. Selain itu, dengan jatuhnya Malaka, negara-negara lain menggantikan dominasi perdagangan Malaka, seperti Johor, Aceh, dan Banten.
|