Tawaran apakah yang disampaikan kaum quraisy terhadap nabi muhammad

Pada awal-awal penyebaran agama Islam di Makkah, Rasulullah saw, banyak sekali mendapatkan halangan dan rintangan dari penduduk kota Makkah, mereka melakukan hinaan, cacian, makian serta tekanan-tekanan agar rasulullah saw, meninggalkan dakwahnya dan menghentikan penghinaan-penghinaan terahadap sesembahan kaum quraiasy saat itu.

Meski rasulullah saw. Terus menerus dilukai dan disakiti beliau selalu tetap tegar dan bersabar dalam menghadapi semua itu sehingga menjadikan kaum quraisy dan para pembesarpembesarnya kala itu mencari cara jitu untuk bisa menghentikan dakwah rasulullah saw.

Dalam satu riwayat disebutkan bahwa kaum quraisy mempengaruhi Nabi Muhammad saw. Dengan menawarkan 3 (tiga) tawaran yang mana tawaran-tawaran tersebut nantinya penulis akan kelompokkan menjadi 2 (dua) jenis tawaran, dan salah satu tawaran mereka (kaum quraisy) menjadi salah satu asbabunnuzul sebuah surat dalam al-Qur'an yaitu surat al-Kafirun ayat 1-6.

Adapun penawaran-penawaran yang ditawarkan kaum Quraisy kepada Nabi Muhammas saw. Kala itu ialah:

Pertama: Nabi Muhammad saw. Akan diberikan kekayaan sehingga beliau menjadi orang terkaya dikota Makkah, jika beliau Menghentikan dakwah dan penghinaannya terhadap sesembahan atau berhala-berhala mereka (kaum Quraisy). Kedua: Rasulullah saw. Ditawarkan perempuan. Orang-orang musyrik kala itu menawarkan perempuan manapun yang Rasulullah saw. kehendaki untuk dinikahi asalkan rasulullah mau menghentikan dakwahnya. Namun rasulullah saw. Tetap melakukan dakwah, melakukan atas apa yang diperintahkan oleh Allah swt. Setelah dua hal di atas gagal dilakukan oleh kaum Quraisy, mereka mencoba menawarkan hal yang ketiga yaitu agar Nabi Muhammad saw. Mau berbuat adil dengan cara agar rasulullah mau menyembah sesembahan mereka atau berhala-berhala mereka dan mereka akan menyembah apa yang rasulullah sembah secara bergiliran.

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa kaum Quraisy berkata kepada Nabi Muhammad saw. "sekiranya engkau tidak keberatan mengikuti kami (menyembah berhala) selama setahun, kami kan mengikuti agamamu selama setahun pula" maka turunlah surat al-Kafirun (QS:109:1-6)

Dalam riwayat yang lain dikemukakan bahwa al-Walid bin al-Mughirah al-Ashi bin Wail al-Aswad bin Muthalib dan Umayyah bin Khalaf bertemu dengan rasulullah saw. Dan berkata "wahai Muhammad mari kita Bersama menyembah apa yang kami sembah dan kami akan menyembah apa yang kamu sembah, dan kita bersekutu dalam segala hal dan engkaulah pemimpin kami." Maka Allah menurunkan al-Qur-an surat al-Kafirun ayat 1-6.

Dari tiga penawaran kaum quraisy yang penulis paparkan sebelumnya, penulis mengklasifikasikan tiga penawaran tersebut menjadi dua jenis penawaran. 1. Penawaran jenis keduniawian atau kesenangan dunia.

Nabi Muhammad saw. Tidak menerima tawaran jenis pertama ini karena rasulullah saw. Lebih suka hidup sederhana daripada keistimewaan dunia. Lagi pula jika rasulullah saw. Menginginkan kekayaan , malaikat Jibril as siap merubah gunung uhud menjadi gunung emas untuk Rasulullah saw,. Namun Rasulullah saw. Menolak tawaran malaikat Jibril tersebut.

Penawaran jenis kedua ini yang menjadi pokok pemikiran dalam tulisan ini. Penawaran jenis kedua ini juga menimbulkan banyak pertanyaan salah satunya ialah apa hubungan surat al-Kafirun dengan pluralisme?.

Sebelum kita menuju pembahasan yang berikutnya alangkah baiknya jika kita mengetahui definisi idiologi dan definisi plural itu sendiri agar tulisan ini lebih mudah dimengerti.

Idiologi ialah suatu ide atau gagasan. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa Ideologi (mabda') adalah pemikiran yang mencakup konsepsi mendasar tentang kehidupan dan memiliki metode untuk merasionalisasikan pemikiran tersebut berupa fakta, metode menjaga pemikiran tersebut agar tidak menjadi absurd dari pemikiran-pemikiran yang lain dan metode untuk menyebarkannya.

Plural/Pluralisme ialah Pluralisme berasal dari kata "plural" yang berarti kemajemukan atau keanekaragaman dan "isme" yang berarti paham, jadi pluralism adalah paham kemajemukan. Dalam rangka membentuk masyarakat beragama yang rukun dan damai, para ahli banyak menekankan tentang pluralisme. Paham ini menitik beratkan pada aspek persamaan, dimana semua agama itu sama.dalam artian banyak jalan menuju surga.

Tawaran apakah yang disampaikan kaum quraisy terhadap nabi muhammad

Almunawwar.or.id – Berkembang pesatnya islam di negara arab itu tidak lepas dari jejak dakwah rasulallah s.a.w sebagai figur nomor satu dunia yang mampu merubah peradaban zaman kala itu yang di dominasi dengan kebudayaan nenek moyang dan kepercayaan terhadap leluhur bangsanya.

Cara dakwah Rasulallah S.A.W dalam mengajak bangsa Quraisy sebagai suku terbesar di jazirah arab yang mengutamakan dan mengedepankan ahlaq merupakan landasan dasar dari pengokohan aqidah islam yang tercermin dari perilakunya sebagai uswatun hasanah dalam mengajarkan sekaligus menyebarkan nilai-nilai ajaran islam yang haqiqi.

Sehingga mulai dakwah yang mulanya secara sembunyi-sembunyi di lakukan sampai dengan terang-terangan Rasulallah S.A.W mengajak ke bangsa arab saat itu ke jalan yang di ridhoi Allah S.W.T yaitu dinul islam, meskipun banyak tantangan dan rintangan yang harus di laluinya.

Mulai dari ancaman pembunuhan, pemboikotan sampai dengan rayuan-rayuan yang di sodorkan oleh para tokoh-tokoh Qurays untuk bisa memberhentikan syiar dan penyebaran Islam yang dilakukan oleh baginda Rasulallah S.A.W. Salah satunya tawaran yang begitu sangat menggiur dari Utbah bin Rabi’ah merupakan pemuka Bani Abdus Syam.

Sebagaimana yang terkisah dalam perjalanan Rasulallah S.A.W saat melakukan dakwahnya ke semua jazirah arab terutama di kota Mekkah dan Madinah. Dimana Mulanya Rasulullah menyebarkan Islam secara sembunyi. Lalu setelah ada perintah, Rasulullah berdakwah secara terang-terangan. Begitu pun dengan pengikutnya. Awalnya hanya kerabat dan teman dekat Rasulullah yang masuk Islam. Namun kemudian banyak tokoh dan pembesar Quraisy yang menyatakan diri menjadi pengikut Rasulullah.

Saat ‘api Islam’ masih kecil, kaum kafir Quraisy Makkah berusaha untuk memadamkannya. Berbagai macam upaya dilakukan untuk meredam pergerakan Rasulullah. Terutama menjalankan aksi-aksi kekerasan dan penindasan terhadap pengikut Islam yang lemah. Mereka dipaksa untuk keluar dari Islam.

Usaha itu tidak berhasil. Justru ‘api Islam’ berkobar semakin besar. Terutama setelah beberapa elit kafir Quraisy menyatakan diri masuk Islam. Diantaranya Umar bin Khattab dan Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Rasulullah. Mereka dikenal sebagai seorang pemberani dan tegas. Mereka juga tidak segan-segan untuk ‘berduel’ dengan kafir Quraisy yang mengganggu Rasulullah dan dakwah Islam. Begitu lah, dulu mereka penentang Islam, tapi kemudian menjadi pelindung dakwah Islam.

Situasi dan kondisi itu membuat kaum kafir Quraisy Makkah kalang kabut. Dulu mereka bebas saja mencemooh dan menghina Rasulullah, serta menindas pengikut Rasulullah yang lemah. Namun, setelah ‘jagoan’ kaum kafir Makkah masuk Islam, mereka tidak bisa lagi berlaku seperti itu.

Para tokoh kafir Makkah itu akhirnya berkumpul dalam sebuah majelis. Mendiskusikan dan merumuskan sebuah strategi baru untuk menghentikan dakwah Rasulullah. Salah seorang elit kafir Makkah, Utbah bin Rabi’ah, menyampaikan usul agar menggunakan ‘cara-cara yang lembut’ untuk menghentikan pergerakan Rasulullah. Para tokoh kafir Makkah sepakat untuk mengubah taktik dan menyetujui usulan Utbah bin Rabi’ah.

Utbah bin Rabi’ah merupakan pemuka Bani Abdus Syam. Dia adalah cucu dari Abd Syam, saudara Hasyim (buyut Rasulullah). Utbah dikenal sebagai pribadi yang bijaksana, cerdas, ramah, dan bisa bekerjasama dengan musuh. Oleh karenanya, ketika Utbah menawarkan diri untuk menjalankan strategi baru itu, maka para tokoh kafir Quraisy mengamininya.

Singkat cerita, Utbah bin Rabi’ah lalu menemui Rasulullah yang saat itu tengah berada di dalam kawasan Ka’bah. Ia mendekat dan duduk di samping Rasulullah. Pada kesempatan itu, Utbah langsung melancarkan strateginya yaitu memberikan beberapa iming-iming atau penawaran kepada Rasulullah. Sebagai imbalannya, Rasulullah harus menghentikan dakwahnya.

Ada empat penawaran yang diberikan Utbah kepada Rasulullah.
1. Harta
Jika Rasulullah menginginkan harta, maka Utbah dan para tokoh Makkah akan memberikan semua hartanya sehingga beliau menjadi orang terkaya di Makkah.

2. Kemuliaan
Para pembesar Makkah juga siap menjadikan Rasulullah sebagai orang yang paling mulia diantara mereka, jika beliau menghendakinya.

3. Kerajaan
Jika yang diminta Rasulullah adalah kerajaan, maka mereka siap menjadikannya sebagai raja mereka

4. Obat paling mujarab
Mereka juga siap menyiapkan obat dan tabib yang paling ‘tokcer’ manakala Rasulullah tertimpa penyakit yang tidak bisa diobati sendiri.

Rasulullah mendengarkannya secara seksama. Setelah menyampaikan beberapa iming-imingan tersebut, Utbah bin Rabi’ah terdiam. Rasulullah bergeming dengan semua iming-iming yang ditawarkan Utbah tersebut. Beliau tidak menginginkan dan tidak tertarik sama sekali dengan semua tawaran yang diiming-imingkan Utbah. Rasulullah lantas bertanya kepada Utbah.

“Apakah engkau sudah selesai bicara wahai Abul Walid?” tanya Rasulullah, sebagaimana dikutip dari buku Sirah Nabawiyah (Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, 2012).

Beliau sengaja memanggil Utbah dengan Abul Walid karena itu adalah sapaan penghormatan. Utbah mengangguk dan menjawab “Iya, sudah selesai.”

Rasulullah kemudian meminta Utbah mendengarkan perkataannya. Lalu Rasulullah membacakan QS. Fushshilat ayat 1-14. Merujuk buku Membaca Sirah Nabi Muhammad dalam Sorotan Al-Qur’an dan Hadits-hadits Shahih (M Quraish Shihab, 2018), Rasulullah membaca QS Fushshilat hingga ayat ke-38 ketika Utbah memintanya untuk menghentikan bacaannya, lalu kemudian Rasulullah sujud kepada Allah.

Melalui ayat-ayat itu, Rasulullah hendak menegaskan bahwa dirinya adalah seorang Nabi dan Rasul Allah bertugas untuk menyampaikan kabar gembira dan memberikan peringatan kepada seluruh umat manusia. Mereka akan selamat jika mengikuti Rasulullah. Sebaliknya, mereka akan celaka jika menentangnya.

“Apakah engkau telah dengar, wahai Abul Walid?”

“Iya, sudah,” kata Utbah.

“Jika demikian, silahkan engkau bebas memilih,” kata Rasulullah.

Setelah itu, Utbah bin Rabi’ah langsung menemui pemuka kaum musyrik Makkah. Di hadapan para pembesar musyrik Makkah, Utbah mengaku takjub dengan kata-kata yang disampaikan Rasulullah. Ia tahu jika itu bukan syair, bukan sihir, dan bukan perdukunan. Ia kemudian meminta para elit musyrik Makkah meninggalkan Rasulullah, tidak mengganggunya lagi.

“Demi Allah, engkau telah disihir dengan kalimat-kalimatnya,” kata para pemuka musyrik Makkah itu kepada Utbah.

“Itu lah pendapatku, maka lakukan lah apa yang kalian hendak lakukan,” jawab Utbah.

Wallohu A’lamu Bishowaab
Semoga Bermanfaat.

Sumber: nu.or.id

almunawwar.or.id