Seniman berikut yang tidak termasuk seniman pada masa seni lukis baru di Indonesia adalah

Periode seni rupa modern Indonesia adalah suatu masa berkembangnya karya seni rupa yang merupakan hasil kreativitas untuk menciptakan karya yang merupakan pembaruan. Kreativitas dalam seni rupa di dalamnya terdapat estetika, karakter, inovasi, dan orisinalitas.[1][2][3][4]

Perkembangannya diawali oleh pelukis Raden Saleh. Berkat pengalamannya belajar menggambar dan melukis di luar negeri seperti di Belanda, Jerman, Prancis, dia dapat merintis kemunculan seni rupa modern di Indonesia. Corak lukisannya beraliran romantis dan naturalis. Aliran romantisnya menampilkan karya-karya yang berceritera dahsyat, penuh kegetiran seperti tentang perkelahian dengan binatang buas. Gaya naturalisnya sangat jelas tampak dalam melukis potret. Disebut sebagai zaman perintis karena merupakan awal dari perkembangan Seni Lukis modern di indonesia

Masa ini merupakan kelanjutan dari masa perintisan setelah vakum beberapa saat karena meninggalnya Raden Saleh. Kemudian munculah seniman Abdullah Surio Subroto dan diikuti oleh anak-anaknya, Sujono Abdullah, Basuki Abdullah, dan Trijoto Abdullah. Pelukis-pelukis Indonesia yang lain seperti Pirngadie, Henk Ngantung, Suyono, Suharyo, dan Wakidi. Masa ini disebut dengan masa Indonesia jelita karena pelukisnya melukiskan tentang kemolekan/keindahan objek alam. Pelukis hanya mengandalkan teknik dan bahan saja. Karya Abdullah SR.

Pada masa ini di Indonesia sedang terjadi pergolakan. Bangsa Indonesia berjuang untuk mendapatkan hak yang sejajar dengan bangsa-bangsa lain, terutama hak untuk merdeka dari penjajahan asing. Pergolakan di segala bidang pun terjadi, seperti dalam bidang kesenian yang berusaha mencari ciri khas Indonesia. Pelopor masa ini yang dikenal memilki semangat tinggi adalah S. Sdjojono. Dia tidak puas dengan kehidupan seni rupa jelita yang serba indah, karena dianggap bertolak belakang dengan kejadian yang melanda bangsa Indonesia. Sebagai langkah perjuangannya, S. Sudjojono dan Agus Jayasuminta bersama kawan-kawannya mendirikan PERSAGI (Persatuan Ahli-ahli Gambar Indonesia). Persagi bertujuan untuk mengembangkan seni lukis di Indonesia dengan mencari corak Indonesia asli. Konsep persagi itu sendiri adalah semangat dan keberanian, bukan sekadar kecakapan melukis melainkan melukis dengan tumpahan jiwa. Karya-karya S. Sudjojono.

Kegiatan melukis pada masa ini dilakukan dalam kelompok Keimin Bunka Shidoso. Tujuannya adalah untuk propaganda pembentukan kekaisaran Asia Timur Raya. Kelompok ini didirikan oleh tentara Dai Nippon dan diawasi oleh seniman Indonesia, Agus Jayasuminta, Otto Jaya, Subanto, Trubus, Henk Ngantung, dll. Untuk kelompok asli Indonesia berdiri kelompok PUTRA (Pusat Tenaga Rakyat), tokoh-tokoh yang mendirikan kelompok ini adalah tokoh empat serangkai yaitu Ir. Sukarno, Moh. Hatta, KH. Dewantara dan KH. Mas Mansyur. Khusus yang menangani bidang seni lukis adalah S. Sudjojono dan Affandi. Pelukis yang ikut bergabung dalam Putra diantaranya Hendra Gunawan, Sudarso, Barli, Wahdi, dll. Pada masa ini para seniman memiliki kesempatan untuk berpameran, seperti pameran karya dari Basuki Abdullah, Affandi, Nyoman Ngedon, Hendra Gunawan, Henk Ngantung, Otto Jaya, dan lain-lain.

Setelah Indonesia merdeka bermunculanlah kelompok-kelompok seniman lukis Indonesia, diantaranya:

  • Sanggar Masyarakat (1946) dipimpin Affandi, kemudian diganti nama menjadi SIM (Seniman Indonesia Muda) yang dipimpin oleh S. Sudjojono;
  • Pelukis Rakyat (1947), Affandi dan Hendra Gunawan keluar dari SIM dan mendirikan Pelukis Rakyat dipimpin oleh Affandi;
  • Perkumpulan Prabangkara (1948);
  • ASRI (Akademi seni rupa (1948), tokoh-tokoh pendirinya RJ. Katamsi, S.Sudjojono,Hendra Gunawan, Jayengasmoro, Kusnadi dan Sindusisworo;
  • Tahun 1950 di Bandung berdiri Balai Perguruan Tinggi Guru Gambar yang dipelopori oleh Prof. Syafei Sumarya, Mochtar Apin, Ahmad Sadali, Sujoko, Edi Karta Subarna;
  • Tahun 1955, berdiri Yin Hua oleh Lee Man Fong ( perkumpulan pelukis Indonesia keturunan Tionghoa);
  • Tahun 1958, berdiri Yayasan seni dan desain Indonesia oleh Gaos Harjasumantri.
  • Tahun 1959, berdiri Organisasi Seniman Indonesia oleh Nashar.

Pengembangan seni rupa melalui pendidikan formal. Lembaga pendidikan yang bernama ASRI yang berdiri tahun 1948 kemudiaan secara formal tahun 1950 lembaga tersebut mulai membuat rumusan-rumusan untuk mencetak seniman-seniman dan calon guru gambar. Pada tahun 1959 di Bandung dibuka jurusan seni rupa Institut Teknologi Bandung (ITB), kemudian dibuka pula jurusan seni rupa di semua Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) diseluruh Indonesia.

Pada sekitar tahun 1974 muncul kelompok baru dalam seni lukis. Kelompok ini menampilkan corak baru dalam seni lukis Indonesia yang membebaskan diri dari batasan-batasan seni rupa yang telah ada. Seniman muda yang mempelopori kelompok ini adalah Jim Supangkat, S. Prinka, Dee Eri Supria. Konsep kelompok ini adalah:

  • Tidak membedakan disiplin seni;
  • Menghilangkan sikap seseorang dalam mengkhususkan penciptaan seni;
  • Mendambakan kreativitas baru;
  • Membebaskan diri dari batasan-batasan yang sudah mapan;
  • Bersifat eksperimental.
  • Seni modern
  • seni rupa
  • Pirngadie
  • Basuki Abdullah
  • Affandi

  1. ^ Situs resmi Taman Ismail Marzuki Diarsipkan 2015-04-02 di Wayback Machine., diakses 16 Maret 2015
  2. ^ Sarasvati: Sejarah seni rupa Indonesia, sebuah ikhtisar Diarsipkan 2015-06-13 di Wayback Machine., diakses 16 Maret 2015
  3. ^ Sumber Ilmu: Periode seni rupa modern Indonesia Diarsipkan 2015-03-31 di Wayback Machine., diakses 16 Maret 2015
  4. ^ Galeri Nasional: Paradigma estetik seni rupa modern Indonesia, diakses 16 Maret 2015

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Periode_seni_rupa_modern_Indonesia&oldid=18390010"

Seniman berikut yang tidak termasuk seniman pada masa seni lukis baru di Indonesia adalah

YZ Dhafi Quiz

Find Answers To Your Multiple Choice Questions (MCQ) Easily at yz.dhafi.link. with Accurate Answer. >>


Seniman berikut yang tidak termasuk seniman pada masa seni lukis baru di Indonesia adalah

Ini adalah Daftar Pilihan Jawaban yang Tersedia :

  1. A. Soedjojono
  2. B. S. Tutur
  3. C. Suharyo
  4. D. semua benar
  5. E. Abdullah Surio Subroto
Klik Untuk Melihat Jawaban

Apa itu yz.dhafi.link??

yz.dhafi.link Merupakan situs pendidikan pembelajaran online untuk memberikan bantuan dan wawasan kepada siswa yang sedang dalam tahap pembelajaran. mereka akan dapat dengan mudah menemukan jawaban atas pertanyaan di sekolah. Kami berusaha untuk menerbitkan kuis Ensiklopedia yang bermanfaat bagi siswa. Semua fasilitas di sini 100% Gratis untuk kamu. Semoga Situs Kami Bisa Bermanfaat Bagi kamu. Terima kasih telah berkunjung.

Seniman berikut yang tidak termasuk seniman pada masa seni lukis baru di Indonesia adalah

Seniman berikut yang tidak termasuk seniman pada masa seni lukis baru di Indonesia adalah

Penulis: Abdul Hadi
tirto.id - 27 Agu 2021 15:38 WIB

View non-AMP version at tirto.id

Seniman berikut yang tidak termasuk seniman pada masa seni lukis baru di Indonesia adalah
Mengenal tokoh-tokoh seni rupa Indonesia, ada Affandi Koesoema hingga Djoko Pekik.

tirto.id - Indonesia memiliki tokoh-tokoh seni rupa yang mendunia. Sejak sebelum kemerdekaan, seni rupa Indonesia terus berkembang mencari bentuk ketimurannya.

Tokoh-tokoh seperti Abdullah Suriosubroto dengan gaya Mooi Indie, Affandi dengan impresionisme, hingga Popo Iskandar dengan ekspresionisme terkenal dengan kekhasan masing-masing.

Advertising

Advertising

Dilihat dari bidangnya, seni rupa adalah karya seni yang bisa dirasakan oleh indera manusia, khususnya indera penglihatan dan perabaan, sebagaimana dikutip dari buku Antropologi (2009) karya Dyastiningrum.

Sebagian besar nilai seni rupa menonjolkan kekuatan visual, meskipun juga ada yang berkisar di seni kriya. Kesan yang dimunculkan dalam seni rupa kerap kali berupa olahan konsep garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika.

Seiring perjalanan waktu, karya-karya seni rupa juga mencapai kepopuleran sesuai selera zamannya. Misalnya, pada 1930-an, gaya lukisan paling populer adalah gaya Mooi Indie. Pelukis terkenal dengan gaya ini adalah Abdullah Suriosubroto.

Ketika Indonesia sudah merdeka, gaya realisme, impresionisme, hingga ekspresionisme kemudian berjaya di kancah seni.

Sebagai misal, tokoh seni rupa fenomenal, Affandi adalah termasuk pelukis yang terus mencari bentuk lukisannya, mulai dari realisme, impresionisme, hingga di akhir hayatnya kuat di ekspresionisme.

Infografik SC Kanvas Tempatku Berbicara. tirto.id/Rangga

Berikut ini adalah daftar singkat tokoh-tokoh seni rupa Indonesia beserta gaya seni rupa yang digeluti mereka, sebagaimana dikutip dari buku Seni Budaya (2020) yang ditulis oleh Dian Pusdika Sari.

1. Affandi Koesoema

Sosok Affandi Koesoema adalah maestro seni lukis di Indonesia. Lebih dari 2000 lukisan sudah ia kerjakan. Lukisan-lukisannya merupakan ekspresi perjuangan, revolusi, derita hidup, dan potret rakyat kecil.

Pelukis Affandi lahir pada 1907 di Cirebon. Ayahnya adalah pegawai pabrik gula. Saat muda, ia bersekolah di Algemeene Middelbare School (AMS) Jakarta dan tinggal di rumah keluarga pelukis Yudhokusumo.

Kesenangannya menggambar kian terasah di Jakarta. Ia belajar secara otodidak dengan serius. Berbeda dengan pelukis-pelukis pada masanya yang kerap menggambar pemandangan dengan gaya Mooi Indie (Hindia molek), yang menggambarkan Hindia penuh dengan keindahan alam, Affandi menempuh jalan berbeda.

Sebagaimana dinyatakan Suhatno dalam Dr. H. Affandi: Karya dan Pengabdiannya (1985), Affandi melukis sesuai isi hatinya.

Ia ingin menjajal seni rupa yang serius, menggali makna di balik goresan kuas. Sebagai pengorbanan, hasil lukisannya kerap tak laku saat itu.

Untuk menyambung hidup, ia jadi guru, pembuat papan nama toko, tukang cat, pelukis reklame, hingga portir di bioskop.

Kendati demikian, seiring berjalannya waktu, lukisan Affandi kian matang dan menjadi ciri khas tersendiri. Ia menjadi sosok penting dalam dunia seni rupa di Indonesia.

Bahkan, selepas kemerdekaan, Affandi diminta untuk membuat poster propaganda "Bung ayo Bung!" yang merupakan agitasi revolusi paling ikonik di Indonesia.

2. Abdullah Suriosubroto

Abdullah Suriosubroto adalah salah seorang pelukis generasi awal Indonesia di abad ke-20. Sebenarnya, ia kuliah kedokteran di Batavia, namun ketika melanjutkan kuliah ke Belanda, ia malah menekuni seni rupa, bukan kedokteran.

Untung saja, pilihan menekuni dunia lukis adalah opsi yang tepat. Abdullah Suriosubroto menjadi sangat ahli di bidang seni rupa, serta memiliki aliran lukis Mooi Indie tersendiri. Jika karyanya diperhatikan lagi, gaya lukisan Mooi Indie-nya mirip dengan naturalisme.

3. Barli Sasmitawinata

Pada 1930-an, Barli bekerja sebagai ilustrator di Balai Pustaka. Ia juga pernah menjadi ilustrator untuk koran yang terbit di Bandung.

Kemudian, Barli Sasmitawinata berkesempatan melanjutkan sekolah ke Paris pada 1950-an. Sebelum pulang ke Indonesia, ia sempat bekerja di majalah De Moderne Boekhandel di Amsterdam dan majalah Der Lichtenbogen di Recklinghausen, Jerman.

Sekembalinya ke Indonesia, Barli mendirikan Sanggar Rangga Gempol di Dago, Bandung. Teknik lukisannya adalah realisme yang ia pelajari di studio Jos Pluimentz milik pelukis asal Belgia yang tinggal di Bandung.

4. Basuki Abdullah

Basuki Abdullah adalah putra dari Abdullah Suriosubroto yang diangkat menjadi pelukis Istana Merdeka oleh Sukarno pada 1970-an.

Gaya lukis Basuki Abdullah beraliran realisme, serta tergolong maestro seni rupa internasional. Bahkan, ia pernah mengalahkan 87 pelukis Eropa dalam sebuah kompetisi seni rupa di Belanda.

5. Djoko Pekik

Seniman mantan tahanan politik, Djoko Pekik adalah perupa kelas dunia dari Indonesia. Pasca serangan G30/S PKI, Djoko Pekik sempat ditahan karena dianggap berafiliasi dengan Lekra.

Gaya lukisan Djoko Pekik sangat ekspresif dan penuh dengan emosi. Saking populernya, ia bahkan pernah mengikuti pameran di Amerika Serikat pada 1989, serta satu lukisannya pernah dihargai sebesar Rp1 miliar.

Baca juga: Tokoh-Tokoh Karya Seni Rupa Populer, Picasso hingga da Vinci

Baca juga artikel terkait SENI RUPA atau tulisan menarik lainnya Abdul Hadi
(tirto.id - hdi/adr)

Penulis: Abdul Hadi Editor: Yandri Daniel Damaledo Kontributor: Abdul Hadi

© 2022 tirto.id - All Rights Reserved.