Pendidikan agama anak-anak adalah tanggung jawab orang tua (Ul. 11:19; 32:46). Tidak ada kekecualian bagi orang tua yang merasa bahwa mereka terlalu sibuk untuk mengajar. Show Bahkan setelah anak-anak menjadi akil balig dan menikah, tanggung jawab orang tua tidak berakhir; mereka juga mempunyai bagian penting dalam mendidik cucu mereka (Ul. 4:9). Sebenarnya, sering kali mereka tinggal serumah. Pada hakikatnya, seorang ayah Israel bertanggung jawab atas pendidikan anak-anaknya; tetapi para ibu juga memainkan peranan yang amat penting, terutama sampai seorang anak mencapai umur lima tahun. Selama tahun-tahun pertumbuhan itu, sang ibu seharusnya membentuk masa depan anak-anaknya, baik laki-laki maupun perempuan. Ketika seorang anak laki-laki menjadi cukup besar untuk bekerja dengan ayahnya, maka ayah itu menjadi guru utamanya, meskipun sang ibu terus mengambil bagian dalam tanggung jawab mengajar itu (bdg. Ams. 1:8-9; 6:20). Sang ibu memikul tanggung jawab utama untuk anak-anak perempuannya, serta mengajarkan berbagai keterampilan yang akan mereka butuhkan agar pada waktunya mereka dapat menjadi istri dan ibu yang baik. Apabila seorang lain, yang bukan ayahnya, harus mengambil tanggung jawab untuk mengajar seorang anak laki-laki, maka orang itu dianggap sebagai "ayah"-nya. Pada generasi-generasi kemudian, seorang yang secara khusus diberi tugas untuk mengajar, disebut "bapak," dan ia menyapa murid-muridnya sebagai "anak-anakku." Perhatian utama orang tua Yahudi ialah agar anak-anak mereka menjadi mengenal Allah yang hidup. Dalam bahasa Ibrani, kata kerja "mengenal" berarti terlibat secara akrab dengan seseorang. Alkitab menandaskan bahwa rasa hormat atau takut akan TUHAN adalah "permulaan hikmat ... dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian" (Ams. 9:10). Orang tua yang saleh membantu anak-anak mereka untuk mengembangkan pengenalan semacam ini tentang Allah. Dari awal masa anak-anak, seorang anak laki-laki telah belajar tentang sejarah Israel. Sebagai anak kecil, ia mungkin telah menghafal suatu pernyataan kepercayaan dan mengucapkannya paling sedikit sekali setahun, pada persembahan hulu hasil. Pernyataan kepercayaan itu memperpendek kisah sejarah Israel menjadi bentuk yang sederhana yang mudah untuk dihafal: Bapaku dahulu seorang Aram, seorang pengembara. Ia pergi ke Mesir dengan sedikit orang saja dan tinggal di sana sebagai orang asing, tetapi di sana ia menjadi suatu bangsa yang besar, kuat dan banyak jumlahnya. Ketika orang Mesir menganiaya dan menindas kami dan menyuruh kami melakukan pekerjaan yang berat, maka kami berseru kepada TUHAN, Allah nenek moyang kami, lalu TUHAN mendengar suara kami dan melihat kesengsaraan dan kesukaran kami dan penindasan terhadap kami. Lalu TUHAN membawa kami keluar dari Mesir dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung, dengan kedahsyatan yang besar dan dengan tanda-tanda serta mukjizat-mukjizat. Ia membawa kami ke tempat ini, dan memberikan kepada kami negeri ini, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. Oleh sebab itu, di sini aku membawa hasil pertama dari bumi yang telah Kauberikan kepadaku, ya TUHAN (Ul. 26:5-10). Demikianlah anak-anak belajar bahwa bangsa Israel telah mengikat suatu perjanjian dengan Allah. Perjanjian ini menempatkan batasan-batasan tertentu pada mereka. Mereka tidak leluasa untuk mencari keinginan mereka sendiri, tetapi mereka mempunyai tanggung jawab terhadap Allah karena Ia telah menebus mereka. Dengan rajin mereka diajarkan garis-garis pedoman yang telah diberikan oleh Allah kepada mereka. Yesus meringkaskan inti dan tujuan hukum-hukum ini ketika la menyatakan, "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi" (Mat. 22:37-40). Mungkin tidak ada sekolah-sekolah formal pada zaman Perjanjian Lama. Sebagian besar pengetahuan disampaikan di tengah-tengah kesibukan sehari-hari. Pada waktu berbagai kesempatan terbit sepanjang hari, orang tua akan mengajarkan anak-anak mereka. Seorang anak mungkin bertanya, "Ayah, mengapa batu-batu itu ditimbun di sana? Apakah artinya? (bdg. Yos. 4:21). Maka seorang ayah akan meluangkan waktu untuk menjelaskan latar belakang agama dan arti monumen itu. Dibutuhkan waktu seumur hidup untuk menyelesaikan pendidikan seorang anak. Keluarga Yahudi mempunyai petunjuk dari Tuhan, "Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu" (Ul. 6:6-7). Frase "mengajarkannya berulang-ulang" berasal dari sebuah kata Ibrani yang biasanya mengacu kepada hal menajamkan sebuah alat atau mengasah sebilah pisau. Apa yang dilakukan batu asah untuk mata pisau, demikian pula dilakukan pendidikan untuk anak itu. Pendidikan mempersiapkan anak-anak untuk menjadi anggota-anggota masyarakat yang berguna dan produktif.
Menjadi Remaja Yang Bertanggung JawabOleh Redaksi sudut keluarga | Jum'at, 31 Maret 2017 09:19 WIB | 25.848 Views Menjalani masa remaja tidak selalu mudah. Banyak remaja yang mengalami stres di sekolah, di rumah, dan dalam berteman. Selain itu, tuntutan agar menjadi yang terbaik bisa sangat membebani mereka. Kabar baiknya, remaja yang mampu bertanggung jawab bisa mendapatkan bantuan di berbagai tempat dengan berbagai cara. Pada dasarnya, remaja yang bertanggung jawab adalah remaja yang mengenal diri sendiri dan mematuhi aturan. 1. Bersikaplah jujur kepada orang lain. Orangtua selalu mengharapkan yang terbaik untuk anaknya. Mereka juga pernah menjadi anak-anak, jadi, mereka pasti mengerti apa yang sedang Anda alami. Dengan bersikap jujur kepada orang tua, Anda akan diberi tahu mana yang baik dan yang buruk. Selain itu, Anda bisa membangun komunikasi yang baik dengan mereka.
2. Jalinlah hubungan yang baik dengan orangtua. Orangtua akan menghargai Anda karena mau menyediakan waktu untuk menceritakan apa yang sedang Anda alami. Ceritakan hal-hal yang Anda anggap penting agar mereka merasa dilibatkan, tetapi tidak perlu terlalu mendetail.
Sumber : http://id.wikihow.com/Menjadi-Remaja-yang-Bertanggung-Jawab Artikel Lainnya Page 2
Menjadi Remaja Yang Bertanggung JawabOleh Redaksi sudut keluarga | Jum'at, 31 Maret 2017 09:19 WIB | 25.849 Views Menjalani masa remaja tidak selalu mudah. Banyak remaja yang mengalami stres di sekolah, di rumah, dan dalam berteman. Selain itu, tuntutan agar menjadi yang terbaik bisa sangat membebani mereka. Kabar baiknya, remaja yang mampu bertanggung jawab bisa mendapatkan bantuan di berbagai tempat dengan berbagai cara. Pada dasarnya, remaja yang bertanggung jawab adalah remaja yang mengenal diri sendiri dan mematuhi aturan. 1. Bersikaplah jujur kepada orang lain. Orangtua selalu mengharapkan yang terbaik untuk anaknya. Mereka juga pernah menjadi anak-anak, jadi, mereka pasti mengerti apa yang sedang Anda alami. Dengan bersikap jujur kepada orang tua, Anda akan diberi tahu mana yang baik dan yang buruk. Selain itu, Anda bisa membangun komunikasi yang baik dengan mereka.
2. Jalinlah hubungan yang baik dengan orangtua. Orangtua akan menghargai Anda karena mau menyediakan waktu untuk menceritakan apa yang sedang Anda alami. Ceritakan hal-hal yang Anda anggap penting agar mereka merasa dilibatkan, tetapi tidak perlu terlalu mendetail.
Sumber : http://id.wikihow.com/Menjadi-Remaja-yang-Bertanggung-Jawab Artikel Update Lainnya Page 3
CARA MENJADI ANAK YANG BAIKOleh Redaksi sudut keluarga | Rabu, 07 Juni 2017 10:57 WIB | 27.178 Views Menjadi anak yang baik tidak selalu mudah, terutama jika Anda punya masalah untuk menjadi baik di rumah dan sekolah. Hal yang paling penting adalah Anda memperlakukan anggota keluarga, guru, dan orang di sekitar Anda dengan baik dan hormat. Menjadi anak yang baik tidak berarti menjadi sempurna, tetapi Anda harus selalu menunjukkan sayang dan pengertian kepada orang lain. 1. Mendengarkan orang tua Anda. Hal terbaik yang bisa dilakukan untuk menjadi anak baik di rumah adalah mendengarkan orang tua Anda. Jika dia meminta bantuan Anda, mengecilkan suara musik, atau ikut mereka makan malam bersama keluarga lainnya, maka Anda harus lakukan itu. Tentu saja jika permintaan mereka tidak masuk akal, maka Anda bisa membicarakan ini dengan mereka, tetapi sebagai aturan dasar, Anda bisa menjadi anak yang baik dengan mendengarkan dan melakukan apa yang mereka kataka pada Anda.
Artikel Update Lainnya Page 4
Cara Menjadi Orang Tua Yang BaikOleh Redaksi sudut keluarga | Kamis, 30 Maret 2017 11:05 WIB | 8.526 Views Menjadi orangtua dapat menjadi salah satu pengalaman hidup yang berharga, tetapi tidak berarti mudah. Berapapun usia anak Anda, pekerjaan Anda tidak pernah selesai. Untuk menjadi orangtua yang baik, Anda butuh untuk mengetahui bagaimana membuat anak Anda merasa dihargai dan dicintai, sembari mengajarkan perbedaan antara hal yang benar dan salah. Pada akhirnya, hal terpenting adalah membentuk lingkungan pengasuhan di mana anak Anda merasa mereka dapat berhasil dan berkembang menjadi individu dewasa yang percaya diri, mandiri, dan perhatian. 1. Berikan cinta dan kasih sayang kepada anak Anda. Terkadang hal terbaik yang dapat Anda berikan kepada anak Anda adalah cinta dan kasih sayang. Sentuhan hangat atau pelukan dapat membuat anak Anda mengetahui bahwa Anda sangat memerhatikan mereka. Jangan pernah mengabaikan pentingnya koneksi fisik ketika bersama dengan anak Anda. Berikut beberapa cara untuk menunjukkan cinta dan kasih sayang.
Artikel Update Lainnya Page 5Oleh Redaksi sudut keluarga | Rabu, 05 April 2017 21:34 WIB | 32.864 Views Mudah untuk menerima orangtua begitu saja tanpa penghargaan lebih. Kita lupa pengorbanan yang mereka lakukan untuk kita, dan usaha yang diperlukan untuk membesarkan anak yang sehat dan bahagia. Rasa hormat adalah dasar untuk mencintai, dan salah satu cara terbaik untuk menunjukkan pada orangtua bahwa Anda mencintai mereka adalah dengan memperlakukan mereka dengan hormat. Kebiasaan-kebiasaan kecil yang bisa Anda masukkan dalam rutinitas sehari-hari, dan sikap positif dan penuh cinta akan membuat mereka merasa dicintai dan dihormati, dan bangga memiliki Anda sebagai anak. 1. Sadari dan hargai semua hal yang dilakukan orangtua untuk Anda dari hari ke hari, bulan ke bulan, tahun ke tahun. Sadari waktu yang mereka dedikasikan untuk bersama Anda, dan sukacita yang mereka ekspresikan ketika menghabiskan waktu bersama Anda. Bayangkan seperti apa rasanya bila Anda berada di posisi mereka. Bila Anda adalah ibu atau ayah Anda, bagaimana Anda ingin diperlakukan oleh anak Anda sendiri? Bagaimana rasanya harus mengelola begitu banyak tanggung jawab rumah tangga? Keputusan apa yang akan Anda ambil bila Anda berada di posisi orangtua Anda? Berterima kasih pada mereka untuk hal-hal besar yang mereka lakukan, seperti berjaga sepanjang malam ketika Anda sakit, dan juga hal-hal kecil, seperti membuatkan Anda secangkir teh panas atau membantu Anda memilih gaun untuk acara spesial. 2. Akui dan hormati fakta bahwa mereka telah melalui lebih banyak pengalaman hidup daripada Anda, dan dapat memberi Anda banyak pengetahuan tentang dunia yang Anda tinggali. Meskipun kadang orangtua tampak terlalu ketat atau secara memalukan mereka kuno, misalnya: memaksa Anda untuk menghormati mereka dan juga kerabat yang lebih tua dengan panggilan hormat, Anda harus menghargai fakta bahwa bimbingan mereka pada Anda mencerminkan kebijaksanaan yang mereka dapatkan dari orangtua dan leluhur mereka sendiri. Bimbingan ketat ini adalah bagian penting dari didikan mereka untuk memastikan bahwa Anda tumbuh sebagai orang dewasa yang baik, sopan, produktif, dan penuh hormat. 3. Sudah dimaklumi bahwa kadang orangtua terlihat tidak tahu apa-apa dan Anda mungkin merasa bahwa mereka tidak akan mungkin bisa memahami hal-hal yang saat ini Anda hadapi, tetapi percayalah apa yang saya katakan, mereka benar-benar mengerti beberapa hal yang Anda lalui seperti tekanan teman sebaya, masalah pertemanan, dan banyak hal lain yang harus dihadapi pemuda seusia Anda hanya karena mereka dahulu juga pernah muda. Tetapi "JANGAN PERNAH" takut mendiskusikan masalah yang Anda miliki dengan orangtua. Anda harus memberi tahu mereka bila Anda mempunyai masalah, mereka tidak dapat membantu Anda menghadapi masalah yang tidak mereka ketahui. Merupakan tugas mereka sebagai orang tua untuk membantu Anda melalui segala sesuatu. 4. Ingat bahwa orangtua Anda mencintai Anda lebih daripada apa pun di dunia ini, dan memiliki harapan tinggi mengenai apa yang akan Anda capai karena mereka percaya pada Anda dan ingin melihat Anda pada tempat terbaik ketika Anda dewasa. Sering kali, ketika mereka meminta Anda melakukan sesuatu yang terlihat konyol atau tidak adil, itu karena mereka ingin yang terbaik untuk Anda, dan mereka ingin mengajari Anda pelajaran yang sangat penting dan berharga, bahwa... "Kadang segala sesuatu dalam hidup tidak selalu adil". 5.Ketika Anda merasa orangtua tidak mendengarkan atau menganggap Anda serius, ambil waktu untuk memikirkan tentang apa yang Anda ingin mereka tahu dan diskusikan masalah Anda dengan tenang pada mereka dan pastikan Anda mendengarkan pendapat mereka. Hindari berdebat dengan mereka walaupun kadang mereka tampak tidak adil. Ingat bahwa di atas semuanya, orangtua yang harus membuat keputusan akhir untuk Anda dan tidak tepat bagi Anda untuk mencoba dan mengambil kata akhir. Pendekatan dewasa dari sisi Anda di antaranya sikap tenang dan hormat pada akhir pembicaraan dan terima itu karena mereka orang tua Anda, itu harus menjadi cara Anda. Pada waktunya nanti ini akan menumbuhkan kepercayaan mereka pada Anda, dan akan menunjukkan pada mereka bahwa Anda berada di jalan yang tepat untuk menjadi seseorang yang matang dan kompeten yang akan segera mampu mengambil keputusan bagus sendiri, dan bertanggung jawab pada tindakan Anda. Jangan membalas kata-kata orangtua karena ketika mereka bersikap keras mereka hanya mencoba mengajari Anda tanggung jawab dan hanya ingin yang terbaik untuk Anda. 6. Usahakan setiap hari untuk tidak mengeluhkan keharusan patuh pada perintah orangtua. Orangtua membuat banyak pengorbanan untuk Anda, jadi hargai usaha mereka dengan rasa terima kasih, patuh, dan sikap hormat yang positif. Ingat bahwa cara mereka mengajari Anda akan sangat berharga ketika Anda tumbuh lebih dewasa dan menjadi orang tua bagi anak-anak Anda sendiri. Anda akan bisa menyampaikan nilai-nilai keluarga pada anak Anda sendiri yang dahulu diajarkan pada Anda. Ingat ini, apakah Anda ingin anak-anak bersikap pada Anda dengan cara yang sama Anda bersikap di rumah Anda sekarang? Jangan pernah lupa meminta maaf bila Anda berdebat dengan mereka; ingat bahwa mereka juga mempunyai perasaan. 7.Bantu dan ambil tanggung jawab di rumah dengan melakukan pekerjaan rumah tambahan ketika Anda bisa, untuk menunjukkan bahwa Anda ingin mengerjakan bagian Anda dalam hidup keluarga sehari-hari. Bila Anda memiliki saudara yang lebih muda, bantu mereka mengerjakan PR dan tugas sehari-hari, jadi panutan untuk tingkah laku yang baik dan usahakan untuk mendorong mereka supaya patuh pada Anda sama seperti Anda patuh pada orangtua Anda. Ini akan membantu membangun struktur keluarga yang kuat dan penuh cinta untuk seluruh anggota keluarga. Sumber : http://id.wikihow.com/Menghormati-Orang-TuaPage 6Oleh Redaksi Sudut Keluarga | Rabu, 10 Mei 2017 10:47 WIB | 9.872 Views Menghormati keluarga Anda dimulai dari bersikap sopan. Hal itu juga berarti belajar untuk tidak sepakat dan saling mendengarkan bahkan di saat merasa kesal. Selain itu, saling menghormati juga dapat berarti sekadar ada untuk satu sama lain dan menunjukkan bahwa Anda peduli. 1. katakan "tolong" dan "terima kasih". Anda tidak akan suka saat seseorang meminta Anda untuk melakukan suatu hal tanpa memintanya dengan baik. Dalam situasi dalam keluarga, mudah untuk melupakan hal itu, dan mengabaikan tata krama. Cobalah selalu mengingat untuk mengatakan "tolong", "terima kasih", juga "permisi" saat waktunya tepat, bahkan kepada anggota keluarga. 2. Jaga nada bicara Anda. Langkah ini sejalan dengan berkata tolong dan terima kasih. Karena tidak ada orang yang suka disuruh-suruh. Penting untuk memperhatikan nada bicara yang Anda gunakan saat berbicara kepada anggota keluarga.
3. Bertanggung jawablah jika Anda mengkibatkan keadaan yang berantakan. Satu cara untuk menghormati dan bersikap sopan adalah dengan membereskan keadaan berantakan yang Anda akibatkan. Jika Anda membiarkan orang lain yang membersihkan keadaan tersebut, itu menunjukkan bahwa Anda tidak menghormati waktunya. Simpan mainan dan barang-barang Anda, dan singkirkan baju-baju kotor. Bersihkan kamar mandi setelah Anda menggunakannya, dan lakukan tugas bagian Anda di rumah. 4. Jangan berteriak. Berteriak dapat membuat anak-anak takut, dan itu juga mengajarkan mereka untuk berteriak, dan bukan membicarakan apa yang mengganggu perasaan mereka. Secara serupa, saat Anda berteriak kepada orang dewasa, itu akan menimbulkan sedikit rasa takut, yang akan membuat mereka terdiam, dan berarti mereka tidak akan bisa benar-benar mendengarkan apa yang ingin Anda katakan. 5. Hiburlah ketika seseorang sedang sedih. Jika Anda menyadari terdapat anggota keluarga yang sedang sedih, cobalah untuk menghiburnya. Satu hal yang bisa Anda lakukan adalah sekadar mendengarkan apa yang sedang mengganggu pikirannya dan mencoba membantu dalam hal yang Anda bisa. 6. Belajarlah bahasa cinta anggota keluarga Anda. "Bahasa cinta" merupakan istilah yang Gary Chapman gunakan guna menggambarkan cara orang-orang merasakan cinta. Itu berarti, berbagai macam orang membutuhkan jenis tindakan yang berbeda-beda untuk merasakan cinta dari orang lain. Anda bisa menggunakan situs webnya, 5lovelanguages.com, untuk mengikuti kuis dan memastikan bahasa cinta untuk setiap anggota keluarga Anda.
Page 7
Berkemah Dengan KeluargaOleh redaksi/wikihow | Jum'at, 17 Maret 2017 17:41 WIB | 6.041 Views Berkemah adalah sebuah kegiatan rekreasi di luar ruangan. Kegiatan ini umumnya dilakukan untuk beristirahat dari ramainya perkotaan, atau dari keramaian secara umum, untuk menikmati keindahan alam. Berkemah biasanya dilakukan dengan menginap di lokasi perkemahan, dengan menggunakan tenda, di bangunan primitif, atau tanpa atap sama sekali. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemah (kata benda) adalah tempat tinggal darurat, biasanya berupa tenda yang ujungnya hampir menyentuh tanah dibuat dari kain terpal dan sebagainya. perkemahan (kata benda) 1 hal berkemah; 2 himpunan kemah (pramuka, pasukan, dsb); tempat berkemah. Berkemah sebagai aktivitas rekreasi mulai populer pada awal abad ke-20. Kegiatan ini juga umumnya disertai dengan kegiatan rekreasi luar ruangan lainnya, seperti mendaki gunung, berenang, memancing, dan bersepeda gunung. Para penduduk di perkotaan saat ini, banyak yang memilih aktivitas berkemah dengan keluarga sebagai alternatif rekreasi. Banyak juga pengelola lahan yang menyediakan areal perkemahan untuk digunakan para keluarga yang hendak berekreasi di alam. Bagi keluarga yang hendak berekreasi dengan memilih kegiatan berkemah, hendaknya mempersiapkan segala sesuatunya, agar kegiatan berkemah itu berlangsung aman, tenteram dan penuh kesan. Berikut beberapa persiapan yang bisa dilakukan ayah, ibu dan anak sebelum pergi berkemah. 1. Bawalah survival kit (kotak berisi peralatan-peralatan yang digunakan untuk bertahan hidup di alam). Peralatan-peralatan tersebut dapat membantu menunjukan arah yang tepat ke tempat berkemah. Selain itu, Anda juga dapat menggunakan peralatan-peralatan tersebut dalam keadaan darurat.
4. Bawalah makanan. Pastikan Anda memeriksa peraturan terkait cara menyimpan makanan di area perkemahan yang Anda tempati. Hal ini untuk menghindari datangnya hewan-hewan liar yang tertarik dengan makanan yang Anda bawa.[4]
5. Bawalah alat masak yang tepat. Beberapa area perkemahan tidak memiliki cincin api dan penggunaan kompor tidak diperbolehkan. Oleh karena itu, bersiaplah untuk memasak dengan menggunakan api terbuka.
(artikel referensi : http://id.wikihow.com/Berkemah) Artikel Update Lainnya Page 8
pembentukan karakter dilingkungan keluargaOleh lety Suharti | Senin, 23 Oktober 2017 17:54 WIB | 44.356 Views Anak adalah mutiara kehidupan yang diamanahkan oleh Allah kepada orangtua. Kehadirannya senantiasa memberi arti untuk menggores kanvas kehidupan mendatang. Sejatinya, anak adalah pemilik masa depan. Setiap anak yang dilahirkan dianungerahi oleh Allah SWT berupa sifat fitrah (suci), maka orangtua dan lingkungan keluarga mempuyai peran sentral dan bertanggung jawab penuh dalam penentukan masa depan anak. Hal itu sangat beralasan karena kualitas sumber daya manusia di muka bumi ini sangat ditentukan oleh faktor pendidikan dasar yang diberikan oleh orangtuanya. Sebagai pengembang amanah, orangtua bertanggung jawab untuk membentuk kepribadian anak sejak masa pertumbuhannya, sebagaimana dilukiskan oleh Rasullulah SWA ”Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah. Orangtuanyalah yang menentukan anak itu akan dijadikan orang Yahudi, Nasrani atau Majusi”. (Hr Bukhari). Tanggung jawab orangtua tidak hanya sebatas pemenuhan pada kebutuhan materi, tetapi juga mencakup seluruh aspek kehidupan termasuk pembentukan karakter anak sejak masa pertumbuhan. Anak-anak yang diasuh secara baik dan dibekeli dengan pendidikan yang memadai termasuk pembentukan karakter yang baik diharapkan akan menjadi anak yang baik (shalih/shalihah). Pembentukan karakter dilingkungan keluarga yang dapat dilakukan oleh orangtua dengan cara 2. Konsisten Lingkungan keluarga sangat mempengaruhi pembentukan karakter anak, anak akan meniru apa yang dilakukan oleh orangtuanya dan anggota keluarga lainnya, seperti perkataan, perbuatan dan sikap yang selalu orangtua lakukan. Untuk membentuk karakter anak diperlukan perkataan, perbuatan dan sikap yang konsisten dilakukan dilingkungan keluarganya, jaganlah sekali-kali orangtua yang menerapkan pola asuh yang berbeda antara ayah dan ibu sehingga membuat anak kebinggungan, buatlah kesepakatan antara ayah dan ibu bagaimana pola asuh yang tepat sesuai dengan usia anak, sehingga anak akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya. Pembentukan karakter diperlukan konsisten perkataandan, perbuatan dan sikap yang diterapkan pada anak, dengan cara mendengar, melihat perbuatan, perkataan dan sikap yang konsisten dilakukan oleh ayah dan ibu akan terbentuk karakter yang baik bagi anak. Contoh kecil yang konsisten dilakukan apabila anggota keluarga untuk masuk/pergi dari rumah untuk mengucapkan salam terlebih dahulu.3. Pembiasaan Anak adalah peniru ulung apa yang dilihat didengar dan dirasakan akan cepat ditiru. Lingkungan keluarga adalah lingkungan yang pertama dan utama dalam membentuk karakter anak. Dalam keluargalah pertama kali anak akan dibentuk karakternya. Pembiasaan berbuatan, perkataan dan sikap yang baik perlu diulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan, dengan terbiasanya berbuat, berkata dan besikap yang baik akan menjadikan karakter yang baik pula bagi anak. Contoh pembiasaan bersikap santun dan sopan terhadap orangtua serta orang yang dituakan. Seperti membiasakan berbicara dengan orangtua, jangan sampai volume suara anak lebih tinggi dari volume suara ibu atau ayahnya.3. Komunikasi Komunikasi akan efektif apabila penyampaian pesan dapat dipahami oleh penerima pesan dengan nyaman. Cara membangun komunikasi efektif dengan anakMemberikesempatan pada anak agar bicara lebih banyak Mendengar aktif Berkomunikasi dengan posisi tubuh sejajar dengan anak dan kontrol mata Berbicara dengan jelas dan singkat agar anak mengerti Gunakan bahasa (kata-kata ) yang positip Mereflesikan/memantulkan perasaan dan arti yang disampaikan Memperhatikan bahasa tubuh anak Dalam lingkungan keluarga komunikasi yang harmonis dapat menumbuhkan karakter anak yang baik, banyak masalah yang terjadi dengan anak karena komunikasi yang salah/ diskomunikasi. Ciptakanlah lingkungan keluarga yang nyaman, tenang sehingga anak dapat merangsang anak utuk dapat bekomunikasi yang efektif degan orang tua dan anggota keluarga lainnya 4. Disiplin Salah satu pondasi yang dibutuhkan semua orang utuk meraih sukses adalah kedisiplinan. Peran orangtua dilingkungan keluarga sangat berperan sekali untuk menumbuhkan kedisiplinan, membiasakan kedisiplinan dari segala hal membuat seseorang belajar bekerja secara terencana, hingga semua kewajiban yang menjadi tugas utamanya dapat terselesaikan dengan tuntas. Kedisplinan dilingkungan keluarga ditanamkan sejak usia dini tanpa adanya kekerasan yang diterapkan pada anak, kedisplinan dapat diterapkan dengan adanya kesepaktan antara anak dengan orangtua, sehingga anak melakukan segala hal tanpa merasa beban dan menjadikan tanggng jawabnya. Contoh kedisiplinan yang dapat dilakukan oleh anak misalnya belajar membereskan tempat tidur, membereskan bekas bermain, gosok gigi sehari dua kali pagi dan sebelum tidur, sholat tepat pada waktunya dsb.5. Tanpa kekerasan Bentulah karakter yang baik terhadap anak tanpa dengan kekerasan, pepatah mengkatakan buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya. Maka itu berhati-hati dalam bersikat terutama bila didepan anak.Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, ia belajar keadilan Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam hidupnya. Artikel Lainnya |