Sebutkan nama nama naqib dari suku khazraj dan suku aus adalah

KOMPAS.com - Sumpah setia penduduk Madinah kepada Nabi yang dilakukan pada tahun 621 M dan 622 M dikenal dengan istilah Baiat Aqabah.

Baiat Aqabah atau Perjanjian Aqabah adalah perjanjian yang sangat berpengaruh dalam proses dakwah Islam oleh Nabi Muhammad SAW.

Perjanjian ini terjadi antara Nabi Muhammad dengan penduduk Yastrib atau sekarang lebih dikenal Madinah, yang dilakukan di sebuah bukit bernama Aqabah, sekitar 5 kilometer dari Mekkah.

Baiat Aqabah terjadi dua kali, pertama pada tahun 621 dan yang kedua pada 622.

Baca juga: Saad bin Abi Waqqash, Sahabat Nabi yang Menyebarkan Islam di China

Latar belakang

Proses dakwah Islam yang dilakukan Nabi Muhammad dan umat Muslim di Mekkah pada awal kenabiannya tidak mudah.

Dakwah Islam di Mekkah mendapat tentangan dari kaum Quraisy, yang selalu melakukan teror dan siksaan bagi orang-orang yang baru masuk Islam.

Posisi dakwah Islam di Mekkah semakin tertekan saat Nabi Muhammad kehilangan istrinya, Khadijah, dan pamannya, Abu Thalib, yang menjadi pelindungnya.

Sementara itu, di Yastrib atau Madinah tengah terjadi perpecahan serta konflik antara suku Aus dan Khazraj.

Antara Aus dan Khazraj sebenarnya hanya membutuhkan sosok pemersatu yang dapat mengurai dan menengahi masalah mereka.

Kedua suku tersebut juga telah mendengar datangnya Nabi dari orang-orang Yahudi.

Setelah itu, turun perintah hijrah untuk Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah melalui Surat Al-Baqarah ayat 218.

Baca juga: Kisah Isra Miraj Nabi Muhammad

Baiat Aqabah I

Pada tahun ke-11 kenabian atau pada 620, Nabi Muhammad ditemui enam orang dari Madinah ketika sedang musim haji.

Mereka mengaku mau masuk Islam dan berjanji akan menyebarkan ajarannya di daerahnya.

Pada musim haji berikutnya, Nabi Muhammad kembali ditemui oleh orang-orang Madinah.

Pertemuan kali ini terjadi di Aqabah, yang kemudian dikenal sebagai peristiwa Baiat Aqabah I.

Baiat Aqabah Pertama terjadi pada tahun kenabian ke-12 atau pada 621.

Baiat Aqabah I diikuti oleh 10 orang Khazraj dan dua orang dari suku Aus. Lima di antara mereka adalah orang yang telah diislamkan Nabi pada tahun sebelumnya.

Dalam pertemuan kali ini, Nabi Muhammad berdakwah, yang disambut oleh 12 orang dari rombongan Suku Aus dan Khazraj yang telah masuk Islam.

Baca juga: Asal-usul Gelar Haji di Indonesia

Adapun isi Perjanjian Aqabah I adalah sebagai berikut.

  • Tidak menyekutukan Allah SWT
  • Setia kepada Nabi Muhammad SAW
  • Rela berkorban harta dan jiwa
  • Bersedia ikut menyebarkan agama Islam
  • Pernyataan tidak saling membunuh
  • Pernyataan tidak saling melakukan kecurangan dan kebohongan

Perjanjian Aqabah Pertama disebut Baiat Wanita karena di antara orang-orang Madinah yang mendatangi Nabi, ada satu wanita bernama Afra binti Ubaid Ibnu Tsa'labah.

Afra binti Ubaid Ibnu Tsa'labah juga menjadi wanita Madinah pertama yang berbaiat kepada Nabi.

Setelah Baiat Aqabah I selesai, Nabi Muhammad mengutus Mus'ab bin Umair bergabung rombongan orang Madinah.

Mus'ab bin Umair ditugaskan untuk membantu mereka menyebarkan agama Islam di Madinah.

Baca juga: Abad Pertengahan Islam, Kemunduran Peradaban Islam

Baiat Aqabah II

Pada tahun 622 atau tahun ke-13 kenabian, 73 orang rombongan haji dari Madinah menemui Nabi Muhammad SAW.

Pertemuan tersebut kemudian dikenal dengan peristiwa Baiat Aqabah II, yang dilaksanakan pada Hari Tasyriq 11, 12, dan 13 Zulhijah.

Perjanjian Aqabah II diikuti oleh 73 orang, yang membawa pesan yang berisi permintaan masyarakat Madinah supaya Nabi Muhammad datang dan berdakwah di sana.

Berikut ini adalah isi Baiat Aqabah Kedua.

  • Pernyataan mematuhi Nabi Muhammad SAW
  • Berinfak baik dalam keadaan susah maupun lapang
  • Menegakkan kebaikan dan mencegah kemungkaran
  • Berjuang karena Allah
  • Mendukung dan menjaga Nabi beserta keluarganya

Baca juga: Sejarah Al Ula, Kota yang Disebut Terkutuk dan Dihindari Nabi Muhammad

Setelah Baiat Aqabah II, Nabi Muhammad SAW menunjuk 12 orang dari rombongan Madinah itu menjadi naqib atau pemimpin.

Sembilan naqib berasal dari orang Khazraj dan tiga di antaranya adalah orang Aus, yang ditugasi oleh Nabi Muhammad untuk merealisasikan hasil Baiat Aqabah II.

Referensi:

  • Ash-Shallabi, Ali Muhammad. (2012). Sejarah Lengkap Rasulullah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Selama ini orang-orang Arab di Yatsrib selalu dalam permusuhan.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Yunahar Ilyas

Sebagaimana yang rutin dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW setiap musim haji datang, yaitu menyampaikan dakwah Islam kepada para peziarah dan mengajak mereka beriman kepada Allah SWT semata dan mengakui beliau sebagai utusan-Nya. Pada musim haji tahun ke 11 kenabian, Nabi mendatangi kabilah-kabilah yang datang dari berbagai penjuru jazirah Arabia, termasuk di antaranya menemui peziarah yang datang dari Yatsrib.

Ditemani Abu Bakar dan Ali, Nabi melewati perkampungan Zhuhul dan Syaiban putera Tsa’labah, lalu Rasulullah menjelaskan Islam kepada mereka. Abu Bakar pun berdialog dengan orang-orang dari Bani Zhul dan Bani Syaiban.

Tapi mereka belum bersedia menerima Islam. Rasulullah lalu menuju Aqabah di Mina, di sana Nabi menemui sekelompok orang-orang dari Yatsrib sedang mengobrol. Setelah berkenalan diketahui mereka adalah para pemuda kabilah Khazraj.

Jumlahnya ada  6 orang, yaitu As’ad ibn Zurarah, Auf ibn Harits, Rafi’ ibn Malik, Quthbah ibn Amir, Uqbah ibn Amir dan Jabir ibn Abdullah. Nabi minta izin kepada para pemuda itu untuk menjelaskan Islam.

Mereka mengizinkan. Penduduk Yatsrib sudah sering mendengar dari oang-orang Yahudi di Yastrib tentang kedatangan Nabi yang terakhir.

Lalu Nabi menjelaskan kepada mereka tentang hakikat ajaran Islam.  Mereka berkata satu sama lain, “Kalian tahu tidak, inilah yang dijanjikan orang-orang Yahudi itu kepada kalian. Jangan sampai mereka mendahului kalian mengikuti Nabi ini!” Lalu keenam orang pemuda Khazraj dari Yatsrib itu menyatakan keimanan mereka.

sumber : Suara Muhammadiyah

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Sebutkan nama nama naqib dari suku khazraj dan suku aus adalah

Aus (bahasa Arab:الأوس) dan Khazraj (bahasa Arab:خَزْرَج‌) adalah dua suku Arab terkemuka di Yaman yang telah menetap di Madinah jauh sebelum datangnya agama Islam. Setelah hijrah, mereka disebut dengan kaum Anshar. Peran kedua suku ini sangat penting dalam Sejarah Islam khususnya pada peristiwa hijrah Nabi Muhammad saw dan dalam berbagai peperangan. Beberapa sejarawan berkata bahwa sebagian ayat Alquran turun dalam sya'n nuzul kaum Anshar.

Nasab

Garis keturunan suku Aus dan Khazraj sampai ke kabilah besar Yaman yang bernama bani Azd. Sebagian besar ahli genealogi dan sejarawan abad pertama Islam menyebut bahwa kedua suku ini tersambung ke kabilah tersebut melalui bani Mazin bin Azd. [1]

Nenek moyang kedua suku tersebut adalah Amr bin Amir yang dikenal sebagai Muzaiqi. Aus dan Khazraj adalah dua putra Harithas bin Tha'labah bin Amr bin Amir. Garis keturunan mereka sampai ke suku bani Qudha'ah melalui ibu mereka yang bernama Qaila binti Kahil. [2] Oleh itu Aus dan Khazraj juga menyebut diri mereka sebagai bani Qailah. [3] Nama Aus disingkat dari nama Aus Manah yang menunjukkan hubungan mereka dengan salah satu tokoh terkenal zaman Jahiliyah. [4] Khazraj berarti angin kencang atau angin selatan. [5]

Sejarah Menetapnya Aus dan Khazraj di Yatsrib

Sebutkan nama nama naqib dari suku khazraj dan suku aus adalah

Sejarah menetapnya suku Aus dan Khazraj di Yatsrib memiliki hubungan yang erat dengan penyebaran suku Azd yang tinggal di Yaman di berbagai bagian Jazirah Arab dan sebagian suku-suku yang ada di sekitar Jazirah Arab.

Riwayat yang paling terkenal dalam sumber-sumber klasik menyebutkan bahwa kaum muhajirin adalah kelompok Azdiyan yang berasal dari Yaman, mereka meninggalkan tanah kelahirannya karena banjir yang merusak bendungan Ma'rab. [6] Namun tidak ada kesepakatan sejarawan pada masa kini tentang sebab asli mereka berhijrah dan kapan tepatnya mereka berhijrah. [7] Dari riwayat-riwayat yang lain bisa disebutkan bahwa mereka telah berhijrah jauh sebelum bendungan Ma'rab hancur. [8]

Para sejarawan percaya bahwa hijrah suku Azdiyan dari Yaman tidak terjadi secara sekaligus. [9] Sebagian orang-orang yang hijrah ini berada di sebelah utara Semenanjung Arab dekat dengan Suriah membentuk sebuah negara kecil bernama Ghasani dan sebagian lagi menetap di bagian negara Irak sekarang dan membentuk negara kecil yang disebut dengan Hirah (Negara Ali Mandzur atau Lakhmiyan. Masing-masing dari kedua negara ini merupakan representasi dari dua negara besar yaitu Iran dan Romawi.

Kemungkinan besar, setelah mendirikan kedua negara ini, hijrahnya kaum Azd termasuk suku Aus dan Khazraj atau nenek moyang mereka, lebih cepat. Menurut sebagian peneliti, kemungkinan hijrahnya Aus dan Khazraj lebih lambat dari pada kaum-kaum Azd dan kemungkinan terjadi pada abad ke-10. [10] Sepertinya kaum ini memilih Yatsrib sebagai tempat tinggal karena memiliki tanah pertanian yang lebih subur.

Ketika kelompok Azdiyan ini sampai di Yatsrib dan tinggal di sana, sekelompok orang Yahudi juga tinggal di sana, dan pada saat itu kaum Yahudi yang memegang kontrol politik dan ekonominya. [11]

Hubungan antara Kaum Yahudi dengan Suku Aus dan Khazraj

Hubungan antara kaum Yahudi dan Aus serta Khazraj pada awalnya berdasarkan hubungan kerja sama khususnya dalam hal kerja sama pertanian, namun secara perlahan seiring dengan pertambahan masyarakat Muhajirin yang menetap di Madinah, kekuasaan kaum Yahudi semakin berkurang. Tidak menutup kemungkinan bahwa semenjak periode ini pemisahan dua kabilah ini telah mulai seiring dengan semakin banyaknya kabilah-kabilah diantara mereka.

Dominasi Aus dan Khazraj atas Yatsrib menyebabkan fenomena lain yaitu dikuasainya kota ini oleh Ghasani dan Lakhmi. Menurut sebuah riwayat, orang Yahudi memberi penghormatan kepada kerajaan Sasani Kharaj dan membayar pajak dan sebagai gantinya, wakil kerajaan Sasani Khazraj menyerahkan kekuasaan Yatsrib kepada kepada kaum Yahudi. [12] Menurut riwayat yang lain, setelah suku Aus dan Khazraj bosan dengan penindasan gubernur Yahudi, mereka meminta bantuan dari Ghassaniyan. Kemudian Malik bin ‘Ajlan datang untuk membantu mereka dan sejak saat itu, keunggulan Aus dan Khazraj di Yatsrib dimulai. [13]

Bagaimanapun, menurut beberapa sumber-sumber sejarah, suku Aus dan Khazraj merasa lebih dekat dengan Ghassaniyan yang merupakan keturunan Azd seperti mereka. [14] Meskipun perwakilan kerajaan Sasani memerintah Yatsrib sampai pertengahan abad ke-6 - seperti yang diperkirakan beberapa penulis-[15] namun sejak saat itu, dengan masuknya Aus dan Khazraj ke Yatsrib, situasi yang terjadi telah berubah dan menguntungkan Ghassaniyan. Banyak riwayat yang menuliskan terkait dengan hal ini. [16]

Hubungan antara Aus dan Khazraj

Tidak ada informasi mendetail mengenai berapa lama suku Aus dan Khazraj mengatur pemerintah khususnya antara dua kabilah besar. Pada periode suku Aus dan Khazraj menguasai Khazraj, tidak ada laporan mendetail tentang bagaimana mereka menyelenggarakan pemerintahan, hal ini disebabkan terutama karena adanya persaingan sengit antara dua kabilah itu dan kadang-kadang bahkan menimbulkan peperangan dalam jangka waktu yang lama. Tentu saja orang-orang Yahudi memainkan peran aktif dalam mengobarkan api fitnah di antara keduanya. [17]

Mengingat bahwa kekuatan dua kabilah ini berimbang, maka masing-masing dari mereka berusaha untuk memperoleh superioritas dengan membuat aliansi dengan suku Yahudi di Yatsrib; suku Aus bersekutu dengan bani Quraizhah dan suku Khazraj bersekutu dengan bani Nadhir. [18] Persaingan yang sengit ini mengakibatkan perang berdarah antara kelompok-kelompok yang ada di dua suku itu. Setiap perang memiliki nama khusus dimana pada masa "Ayam al-Arab" pada zaman jahiliyyah namun sebagian besar riwayat ini bercampur dengan mitos. [19]

Pada perang pertama bernama perang Sumair dimenangkan oleh suku Aus namun pada perang-perang selanjutnya sebagian besarnya suku Khazraj yang memenangkan peperangan. [20]

Dalam perang terakhir yang bernama Pertempuran Bu'ats yang terjadi di Yatsirb sebelum Hijrah Nabi Muhammad saw ke Yatsrib, suku Aus memperoleh kemenangan. Suku Aus dan Khazraj pergi ke Mekah dan ingin membuat perjanjian dengan suku Quraisy namun kaum Quraisy tidak memperhatikan. Pada waktu-waktu inilah sebagian dari suku Aus dan Khazraj membangun hubungan dengan Nabi Muhammad saw. [21] Nampaknya kaum Khazraj menjadikan Ubaidillah bin Ubai sebagai seseorang pemimpin di kota tersebut, [22] yang kemudian dikenal sebagai orang munafik [23]

Setelah Menerima Islam

Dengan hijrahnya Nabi Muhammad saw ke Yatsrib, suku Aus dan Khazraj menerima Islam dan mereka disebut dengan kaum Anshar. Mereka sendiri bangga dengan sebutan itu. [24] Meskipun demikian, pada sebagian waktu terjadi persaingan yang bersumber dari perbedaan yang telah ada pada zaman sebelumnya antara dua suku ini seperti dalam peristiwa Perjanjian Aqabah, terjadi perbedaan dan saling membanggakan diantara mereka, siapakah yang akan memberikan tangannya pertama kali sebagai tanda bahwa mereka membaiat Nabi.

Perbedaan ini juga terjadi pada peristiwa kehadiran Nabi pada masa-masa lain. [25] Tentu saja dalam masa Islami kehadiran Kaum Khazraj lebih banyak dari pada suku Aus contohnya diantara 12 orang Naqib yang pada awal memiliki hubungan dengan Nabi, hanya tiga orang yang berasal dari Aus dan selebihnya adalah orang Khazraj [26] dan pada perang Badar jumlah orang-orang Khazraj juga lebih banyak dari pada suku Aus. [27]

Pada peperangan Muraisi' dan peristiwa bani Quraidhah dan juga peristiwa ifk perbedaan pendapat antara suku Aus dan Khazraj juga nampak, namun Nabi Muhammad saw berhasil memadamkan api fitnah. [28] Setelah wafatnya Nabi, dalam peristiwa Saqifah, Abu Bakar dan para sahabatnya memperoleh keuntungan dari persaingan antara Suku Auz dan Khazraj akhirnya berhasil menduduki posisi sebagai pengganti Nabi. [29]

Suku Aus dan Khazraj masing-masing terbagi menjadi 5 kelompok. [30] Kelompok ini sendiri terbagi menjadi beberapa kabilah dan golongan-golongan lain yang jumlahnya menjadi lebih dari 40 kelompok, diluar kabilah lain bangsa Arab yang memiliki hubungan dengan suku lain. [31]

Kebanggaan

Aus dan Khazraj di samping terkenal piwai dalam peperangan [32] keduanya merupakan masyarakat yang pandai bersyair. Diantara kaum Aus ada Qais bin Khathim yang terkenal dengan sebutan "lidah Aus" dan Abu Qais bin Aslat. [33] Sementara diantara kaum Khazraj, ada Hassan bin Tsabit yang terkenal gemar menyanyikan keutamaan Rasulullah saw dan juga Ka'ab bin Malik. [34] Sebagian sahabat utama Nabi merupakan orang-orang yang berasal dari suku Khazraj dan Aus dan pada masa kemudian masing-masing dari kedua suku ini membanggakan Nabi Muhammad saw. Para pembesar di suku Aus di antaranya adalah Khandzalah Ghusail al-Malaikah, Ashim bin Tsabit, Sa'ad bin Mu'adz sedangkan pembesar di suku Khazraj seperti Sa'ad bin Ubadah, Zaid bin Tsabit, Muadz bin Jabal dan Ubai bin Ka'ab. [35] Dikatakan bahwa sebagian ayat-ayat Alquran khususnya surah Ali Imran yang mengajak kaum Muslimin untuk menghindari perpecahan, ayat ini turun karena sya'n nuzul suku Aus dan Khazraj. [36] Di antara sejarawan klasik seperti Abu Ubaidah Ma'mar bin Matsani, Waqidi (207 H) dan 'Allan Syu'ubi (akhir abad ke-2 H) memiliki karya-karya dengan tema-tema tentang Aus dan Khazraj, nasab-nasab, peperangan dan kejahatan-kejahatan mereka.

Catatan Kaki

  1. Misalnya lihat: Kalbi, Jamrah, hlm. 621, Khalifah, jld. 1, hlm. 175; Ya'qubi, Tārikh, jld. 1, hlm. 202.
  2. Silahkan lihat: Kalbi, Ibid, Nasab...., jld. 1, hlm. 363-364; Ibnu Qutaibah, al-Ma'ārif, hlm. 109; Ibnu Hazm, Jumhurah Ansāb al-Arab.
  3. Ali, al-Mufashal fi Tārikh al-Arab qabla al-Islām jld. 4, hlm. 133.
  4. Ali, al-Mufasal fi Tārikh al-Arab qabla al-Islām, jld. 4, hlm. 135; Tentang keyakinan khusus Aus dan Khazraj tentang berhala, Kalbi, al-Ashnām, hlm. 13, 14, 27.
  5. Ibnu Mandzur, Lisān al-Arabi, klausul Khazraj.
  6. Al-A'lāq al-Nafisah, jld. 7, hlm. 62-63; Ya'qubi, Tārikh, jld. 1, hlm. 203.
  7. Misalnya lihat: Mihran, Tārikh al-Arab al-Qadimā, hlm. 455-458; Syarif, Makah wa al-Madinah fi al-Jahiliyyah wa Ahd al-Rasul, hlm. 313-316; Wolfenson, Isra'il, “Tārikh al-Yahud fi Bilād al-Arab, hlm. 63.
  8. Wolfenson, Tārikh al-Yahud fi Bilād al-Arab, hlm. 52.
  9. Syarif, Makah wa al-Madinah fi al-Jahiliyyah wa Ahd al-Rasul, hlm. 315.
  10. Syarif, Makah wa al-Madinah fi al-Jahiliyyah wa Ahd al-Rasul, hlm. 314-316.
  11. Ibnu Rastah, al-A'laq al-Nafisah, jld. 7, hlm. 62; Silahkan lihat juga: Baladzuri, Futuh al-Buldān, hlm. 17.
  12. Ibnu Rastah, al-A'laq al-Nafisah, jld. 7, hlm. 66.
  13. Samhudi, Wafā al-Wafā, jld. 1, hlm. 178; Qas, Mihran, Tarikh al-Arab al-Qadim, hlm. 462-464.
  14. Untuk lebih detainya silahkan lihat: Ali, al-Mufashal fi Tārikh al-Arab qabla al-Islām, jld. 3, hlm. 391.
  15. Silahkan lihat: Kastar, 11-14; Ali, al-Mufashal fi Tārikh al-Arab qabla al-Islām, jld. 4, hlm. 129-130.
  16. Ibnu Habib, Asma al-Maghtalin, hlm. 136-137, Silahkan lihat: Ali, al-Mufashal fi Tārikh al-Arab qabla Islām, jld. 2, hlm. 578, jld. 4, hlm. 134; Wolfenson, Tārikh al-Yahud fi Balad al-Arab, hlm. 59- 61.
  17. Mihran, Tārikh al-Arab al-Qadim, hlm. 481; Wakil, hlm. 75.
  18. Mihran, Tārikh al-Arab al-Qadim, hlm. 481; Wakil, hlm. 75.
  19. Silahkan lihat: Ayām al-Arab, juga Mihran, Tārikh al-Arab al-Qadim, hlm. 480.
  20. Ibnu Atsir, jld. 1, hlm. 658-659; Untuk mengetahui peperangan lain, lihat: jld. 1, hlm. 66.
  21. Ibnu Habib, al-Manmaq, 268; Baladzuri, Ansāb al-Asyrāf, jld. 1, hlm. 238; Ibnu Atsir, jld. 1, hlm. 680-681; Silahkan lihat juga: Wolfenson, Tārikh al-Yahud fi Balad al-Arab, hlm. 68.
  22. Ibnu Sa'id, Nusyuh al-Tharab, jld. 1, hlm. 190; Silahkan lihat: Wolfenson, Tārikh al-Yahud fi Balad al-Arab, hlm. 70.
  23. Baladzuri, Ansāb al-Asyrāf, jld. 1, hlm. 274.
  24. Silahkan lihat: Ali, al-Mufashal fi Tārikh al-Arab qabla al-Islām, jld. 4, hlm. 140-141; Untuk lebih detailnya, silahkan lihat: Hd, Anshar.
  25. Silahkan lihat: Ibnu Sa'd, al-Thabaqāt al-Kubrā, 4 (1)/4; Ibnu Qudamah, al-Tabyin fi Ansāb al-Qurasyain, hlm. 499.
  26. Baladzuri, Ansāb al-Asyrāf, jld. 1, hlm. 252; Thabari, jld. 2, hlm. 363.
  27. Ibnu Ishaq, Sirah, hlm. 288; Baladzuri, Ansāb al-Asyrāf, jld. 1, hlm. 290.
  28. Waqidi, al-Maghazi, jld. 2, hlm. 415, 431, 515, Silahkan lihat: Ibnu Sa'd, al-Tahabaqāt al-Kubrā, 1 (2), 46; Thabari, Ibid, jld. 2, hlm. 426; Ahmad bin Hanbal, jld. 6, hlm. 59, 196.
  29. Thabari, Ibid, jld. 3, hlm. 221-222; Mas'udi, Mūrūj al-Dzahab, jld. 2, hlm. 305.
  30. Syarif, Makah wa al-Madinah fi al-Jahiliyyah wa Ahd al-Rasul, hlm. 310-311 dst.
  31. Syarif, Makah wa al-Madinah fi al-Jahiliyyah wa Ahd al-Rasul, hlm. 309.
  32. Ibnu Abdurabah al-Farid, jld. 2, hlm. 192-193; Baladzuri, Fūtūh al-Buldān, hlm. 17.
  33. Ali, al-Mufashal fi Tārikh al-Arab qabla al-Islām, jld. 1, hlm. 475; Abul Faraj, al-Agāni, jld. 2, hlm. 159, jld. 15, hlm. 160.
  34. Dzahabi, Sair A'lām al-Nubala, jld. 2, hlm. 512, jld. 2, hlm. 523, Silahkan lihat juga: Ali, al-Mufashal fi Tārikh al-Arab qabla al-Islām, jld. 9, hlm. 654.
  35. Ibnu Abdariyyah, al-Iqd al-Farid, jld. 3, hlm. 331; Silahkan lihat juga: Ali, al-Mufasshal fi Tārikh al-Arab qabla al-Islām, jld. 4, hlm. 137.
  36. Syekh Thusi, al-Tibyan, jld. 2, hlm. 545-546; Qurthubi, al-Jami' li Ahkām al-Qur'an, hlm. 155, Silahkan lihat juga: Thabari, Tafsir, jld. 4, hlm. 17.

Daftar Pustaka

  • Haj, Ibnu Atsir, al-Kāmil.
  • Ibnu Ishaq, Muhammad, Sirah, Riset: Muhammad Hamidullah, Quniyyah, 1401/1981.
  • Ibnu Habib, Muhammad, Asmā al-Maghtalin: Dhim Nawādir al-Makhthūthāt, Riset: Muhammad Abdul Salam Harun, Qahirah, 1373/ 1954.
  • Ibid, al-Manmaq, Riset: Khursyid Ahmad Faruq, Beirut, 1405/1985.
  • Ibnu Hazm, Ali, Jumhurah Ansāb al-Arab, Beirut, 1403/1983.
  • Ibnu Duraid, Muhammad, al-Isytiqāq, Riset: Abdul Salam Muhammad Harun, 1378/1958.
  • Ibnu Rastah, Ammad, al-A'laq al-Nafisah, Riset: Dakhwiyyah, Leiden,, 1891.
  • Ibnu Sa'd, Muhammad, al-Thabaqat al-Kubrā, Leiden, 1322 H.
  • Ibnu Sa'id Maghribi, Ali, Nusyuh al-Tharab, Riset: Nusrat Abdurahman, Aman, 1982.
  • Ibnu Abdurabah, Ahmad, Al-Aqd al-Farid, Riset: Ahmad Amin dkk, Beirut, 1402/1983.
  • Ibnu Qutaibah, Abdullah, al-Ma'ārif, Riset: Tsurutsh ‘Akasyah, Qahirah, 1960.
  • Ibnu Qudamah, Abdullah, al-Tabyīn fi Ansāb al-Qurasyin, Riset: Muhammad Naif Dalimi, Beirut, 1408/1988.
  • Ibnu Mandzur, Lisān.
  • Ibnu Nadim, al-Fehrest.
  • Ibnu Hisyam, Abdul Malik, alTījan fi Mulūk Hamīr, Haidar Abad Sakan, 1347.
  • Abul Faraj Isfahani, al-Aghānī, Beirut, 1390/1970; Ahmad bin Hanbal, Musnad, Qahirah, 1313.
  • Baladzuri, Ahmad, Ansāb al-Asyrāf, Riset: Muhammad Hamidullah, Qahirah, 1959.

‌*Ibid, Futūh al-Buldān, Riset: Dakhwiyah, Leiden, 1865.

  • Khalifah bin Khayath, al-Thabaqāt, Riset: Suhail Zakar, Damisq, 1966.
  • Dzahabi, Sir I'lam al-Nubala, Wafā al-Wafā, Riset: Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid, Qahirah, 1374/1955.
  • Syarif, Ahmad Ibrahim, Makah wa al-Madinah fi al-Jahiliyyah wa Ahd al-Rasul, Qahirah, Dar al-Fikr al-Arabi.
  • Syaikh Thusi, Hasan, al-Tibyān, Riset: Ahmad Habib Qushair Amili, Beirut, Dar al-Tsurats al-Arabi.
  • Thabari, Tārikh.
  • Ibid, Tafsir.
  • Ali, Jawad, al-Mufashal fi Tārikh al-Arab Qabla al-Islām, Beirut, 1976.
  • Qurthubi, Muhammad, al-Jāmi' li Ahkām al-Qur'an, Qahirah, Dar al-Kitab al-Misriyah.
  • Kastar. M. J. , al-Hair wa Makah, Terjemah Yahya Jaburi, Baghdad, 1976.
  • Kalbi, Muhammad al-Ashnām, Riset: Ahmad Zaki Pasya, Qahirah, 1924.
  • Kalbi, Muhammad, Jumharah al-Nasab, Riset: Ahmad Zaki Pasya, Qahirah, 1924.
  • Ibid, Muhammad, Jumharah al-Nasab, Riset: Naji Hasan, Beirut, 1407/1987.
  • Ibid, Nasab Ma'du al-Yaman al-Kabir, Riset: Naji Hasan, Beirut, 1408/1988.
  • Mas'udi, Ali, Murūj al-Dzahab, Yusuf As'ad Daghir, Beirut, 1385/1965.
  • Mehran, Muhammad Biyumi, Tārikh al-Arab al-Qadim, Iskandariyah, 1989.
  • Waqidi, Muhammad, al-Maghāzi, Riset: Marsadan Junzar, 1966.
  • Wakil, Muhammad Sayid, Yatsrib Qabla al-Islām, Hijaz, 1409/1989.
  • Wolfenson, Isra'il, Tārikh al-Yahud fi Bilad al-Arab, Qahirah, 1345/1927.
  • Ya'qubi, Tārikh, Beirut, Dar Shadir.