Sebutkan 2 nama lain dari surat al fatihah

Selain Al-Fatihah, surah pertama Al-Quran ini juga memiliki sejumlah nama lain yang penting Anda ketahui. Setidaknya terdapat sebelas nama lain surah Al-Fatihah yang semuanya didasarkan pada penjelasan beberapa riwayat hadis.

Show

Al-Hafizh Abu al-Faraj ‘Abdurrahman bin Ahmad bin Rajab al-Baghdadi ad-Dimasyqi (w. 795 H), atau yang lebih popular dengan sebutan al-Hafizh Ibnu Rajab, menguraikan kesebelas nama tersebut dalam kitabnya berjudul Tafsir al-Fatihah (h. 33-44). Berikut ini penjelasan ringkas tentang nama-nama itu selengkapnya.

Baca Juga: Inilah Tiga Keutamaan Surat Al Fatihah

Fatihatul-kitab (Pembuka Kitab)

Nama lain surah Al-Fatihah yang pertama yaitu Fatihatul Kitab (Pembuka Kitab). Seorang sahabat bernama ‘Ubadah bin Shamit meriwayatkan hadis yang termaktub dalam kitab Shahihain, yakni Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Bahwa Rasulullah saw. bersabda,

لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ

Tidak ada salat bagi orang yang tidak membaca Faatihatul-kitab (surah Alfatihah). (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Hadis ini menjadi dasar pewajiban membaca surah Al-Fatihah ketika salat, sekaligus validasi atas penamaan surah ini dengan Fatihatul-kitab atau al-fatihah. Dalam hal ini, al-Hafizh Ibnu Rajab menyebutkan tiga motif di balik penyematan nama ini.

Pertama, karena surah ini sebagai pembuka bagi surah-surah Al-Quran. Hal itu ditinjau dari aspek urutan penyusunan surah dalam Al-Quran dan juga dari aspek urutan surah Al-Quran yang dibaca dalam salat.

Kedua, karena ungkapan tahmid (alhamdulillahi rabbil-‘aalamiin) pada bagian awal surah ini, menjadi ungkapan pembuka setiap kalam atau perkataan. Terakhir, karena surah Alfatihah merupakan surah yang pertama kali turun dari langit.

Lalu, Imam ats-Tsa’labi (w. 429 H) menambahkan, bahwa alasan dinamakan Faatihatul-kitab lantaran surah ini dimulai dengan ayat pertama berupa basmalah, yang notabene dijadikan pembuka segala perkara baik yang diharap-harap keberkahannya.

Ummul-kitab (Induk/Pokok Kitab)

Nama lain surah Al-Fatihah berikutnya adalah Ummul-kitab (Induk/Pokok Kitab). Dalam Musnad Ahmad dan Sunan Ibnu Majah, disebutkan hadis dari Siti ‘Asiyah;

قَالَتْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ كُلُّ صَلَاةٍ لَا يُقْرَأُ فِيهَا بِأُمِّ الْكِتَابِ فَهِيَ خِدَاجٌ

Siti ‘Aisyah berkata, “Aku telah mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Setiap salat yang di dalamnya tidak dibacakan Ummul-kitab (surah Alfatihah), maka salat tersebut terbilang minus/kurang’.” (HR. Imam Ahmad dan Imam Ibnu Majah).

Sedangkan dalam Sunan Abu Daud disebutkan hadis lain riwayat Abu Hurairah;

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ أُمُّ الْقُرْآنِ وَأُمُّ الْكِتَابِ وَالسَّبْعُ الْمَثَانِي

Rasulullah saw. bersabda, “Al-Hamdulillaahi rabbil ‘aalamiin (surah Alfatihah) adalah Ummul-qur’an, Ummul-kitab, dan as-Sab’ul-matsani.” (HR. Imam Abu Daud).

Kedua hadis di atas termasuk di antara hadis-hadis yang mendasari penyematan nama Ummul-kitab terhadap surah ini. Meski menurut Ibnu Rajab, masih ada perdebatan di kalangan para ulama menyangkut penyematan nama ini. Begitu pula dengan alasan yang melatarinya, para ulama juga tidak satu pendapat.

Satu pendapat menengarai alasannya karena surah ini mendahului surah-surah yang lain, sehingga seluruh surah Al-Quran menginduk kepadanya. Sementara pendapat lain mengklaimnya sebagai pangkal kitab suci Al-Quran, karena ayat-ayatnya tergolong muhkamat (jelas kandungan maknanya) yang terbebas dari nasakh.

Pendapat yang kedua tadi berdalil dengan penggalan QS. Ali ‘Imran [3]: 7,

مِنْهُ اٰيٰتٌ مُّحْكَمٰتٌ هُنَّ اُمُّ الْكِتٰبِ

Di antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok Kitab (Al-Quran).

Baca Juga: Mengenal Penamaan Surat dalam Al-Quran, Begini Penjelasannya

Ummul-qur’an (Induk/Pokok Al-Quran)

Banyak sekali hadis yang menyebut nama lain surah Al-Fatihah yang satu ini. Antara lain hadis riwayat Abu Hurairah dalam Shahih Muslim (h. 395), dan hadis riwayat ‘Ubadah dalam Shahih Muslim (h. 394).

Ibnu Rajab mengungkapkan banyak ulama yang menyebutkan surah Al-Fatihah dengan nama ini. Namun demikian, ada pula ulama yang kurang suka menyematkan nama ini atas surah Al-Fatihah. Sebut saja contohnya Ibnu Sirin (w. 110 H).

As-Sab’ul-matsani (Tujuh Ayat yang Diulang-ulang)

Sebetulnya Ibnu Rajab membeberkan penjelasan lumayan panjang perihal nama lain surah Al-Fatihah kali ini. Akan tetapi, pada intinya penggunaan nama ini sebagai sebentuk kekhususan atau keistimewaan surah Alfatihah dibandingkan dengan surah-surah lain.

Sebagaimana potongan akhir hadis riwayat Abu Hurairah yang terhimpun di kitab antologi hadis berjudul al-Jami’ at-Tirmidzi atau lebih kesohor disebut Sunan at-Tirmidzi;

وَإِنَّهَا سَبْعٌ مِنْ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ الَّذِي أُعْطِيتُهُ

Sesungguhnya dia adalah tujuh (ayat) yang diulang-ulang dan Al-Quran nan agung, yang diberikan padaku. (HR. Imam Tirmidzi).

Al-Qur’anul-‘azhim (Al-Quran yang Agung)

Hadis riwayat Imam Tirmidzi tadi sekaligus menjadi dalil penggunaan nama ini untuk surah Al-Fatihah. Memang Ibnu Rajab menjelaskan nama lain surah Al-Fatihah yang ini secara lebih mendetail pada bagian sub-bab berikutnya.

Tepatnya, pada bahasan tersendiri tentang “berbagai keutamaan dan keistimewaan surah Alfatihah”. Ini mengisyaratkan bahwa penamaan al-Qur’anul-‘azhim terhadap surah Alfatihah adalah representasi akan keunggulan dan keistimewaannya.

Baca Juga: Abu Manshur Al-Khayyat, Pendikte Al-Quran yang Masuk Surga sebab Mengajarkan Al-Fatihah

Ash-Shalat (Salat)

Lagi-lagi Abu Hurairah merawikan hadis qudsi yang tercatat dalam Shahih Muslim;

قَالَ اللَّهُ تَعَالَى قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ

Allah swt. berfirman, “Aku membagi salat (surah Alfatihah) antara Aku dengan hamba-Ku jadi dua bagian, dan hamba-Ku mendapatkan apa yang ia minta. (HR. Imam Muslim).

Surah Alfatihah juga dinamakan salat karena surah ini bertautan erat dengan salat, dan lagi salat menjadi tidak sah jika tanpa disertai bacaan Alfatihah.

Ruqyatul-haqq (Jampi/Mantra yang Benar)

Penamaan lain surah Al-Fatihah dengan ruqyatul-haqq berdasarkan pada dua hadis. Hadis pertama terdapat dalam Shahih Al-Bukhari (h. 2276) dan Shahih Muslim (h. 2201). Sedangkan hadis kedua terdapat dalam Musnad Ahmad (h. 21835, 21836), Sunan Abu Daud (h. 3422, 3898, 3903), al-Kubra an-Nasa’i (h. 7492, 10804), Shahih Ibnu Hibban (h. 6111), dan dalam kitab al-Mustadrak ‘ala ash-Shahihain (I/559).

Suratul-hamdi (Surah al-Hamdu)

Nama ini merupakan penisbatan kepada penggalan awalnya, yaitu ayatnya yang berbunyi alhamdulillahi rabbil-‘aalamiin. Sebagai contohnya hadis dari Siti ‘Aisyah,

قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَفْتَتِحُ الصَّلَاةَ بِالتَّكْبِيرِ وَيَفْتَتِحُ الْقِرَاءَةَ بِالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ وَيَخْتِمُهَا بِالتَّسْلِيمِ

Siti ‘Aisyah berkata, “Rasulullah saw. mengawali salat dengan takbir (takbiratul ihram), membuka bacaan dengan membaca alhamdulillaahi rabbil-‘aalamiin (surah Alfatihah), dan mengakhirinya dengan salam”. (HR. Imam ad-Darimi).

Asy-Syifa’ (Obat)

Di antara hadis yang menyinggung nama ini adalah yang terdapat pada Sunan ad-Darimi (2/445) dan kitab al-Jaami’ li-Ahkaam al-Qur’an karya Imam al-Qurthubi (1/80).

Al-Wafiyah (Penyempurna)

Penyematan nama ini salah satu dasarnya bersumber dari keterangan salah seorang ahli hadis bernama Sufyan bin ‘Uyainah (w. 198 H). Sebagaimana keterangan Imam ats-Tsa’labi dalam kitabnya, al-Kasyaf wa al-Bayan (1/127).

Al-Asas (Asal/Dasar Segala Sesuatu)

Keterangan tentang nama ini juga disebutkan oleh Imam ats-Tsa’labi dalam al-Kasyaf wa al-Bayan (1/128), yang bersumber dari sahabat bernama Ibnu ‘Abbas.

Demikianlah nama-nama lain surah Al-Fatihah yang disebutkan dalam sejumlah riwayat hadis. Untuk menelaah lebih lanjut mengenai hal ini dan hal lain terkait surah Al-Fatihah, Anda dapat mengakses langsung kitab Ibnu Rajab tersebut.

Wallahu a’lam bish-shawab.

Di antara hal yang menunjukkan besarnya kedudukan surat Al-Fatihah adalah banyaknya nama yang diberikan kepada surat ini. di antaranya adalah:

1#Fatihatul Kitab [Pembuka Al-Kitab/Al-Quran]

Dikatakan demikian, karena surat ini berdasarkan ketetapan wahyu [1] ditempatkan sebagai awal surat dalam penyusunan surat-surat dalam Al-Quran. Padahal dia bukan wahyu pertama yang Allah turunkan dalam Al-Quran. Dikatakan demikian pula karena surat Al-Fatihah dijadikan pembuka bacaan surat Al-Quran dalam shalat. [2]

Hal ini jelas menunjukkan keutamaan surat Al-Fatihah, karena tidaklah dia didahulukan dan diletakkan di awal mushaf, kecuali karena kedudukannya yang mulia. [3]

2#Ummul Qur’an atau Ummul Kitab [Induk Al-Quran]

Dikatakan demikian karena dalam surat ini terkandung seluruh pokok ajaran dan nilai yang terkandung dalam Al-Quran. Hal tersebut dapat dipahami dalam uraian tentang makna yang terkan-dung dalam surat Al-Fatihah berikut.

3#As-Sab’ul Matsani

Dikatakan [السَّبْع] yang berarti tujuh, karena surat Al-Fatihah adalah surat yang disepakati terdiri dari tujuh ayat. Dikatakan [المَثَانِي] karena surat Al-Fatihah adalah surat yang selalu dibaca berulang-ulang dalam setiap rakaat shalat. Maka Al-Fatihah dikatakan As-Sab’ul Matsani, karena surat ini terdiri dari tujuh ayat dan selalu dibaca berulang-ulang oleh setiap muslim, khususnya dalam shalat.

Allah Ta’ala berfirman,

وَلَقَدْ آتَيْنَاكَ سَبْعًا مِنَ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنَ الْعَظِيمَ

[سورة الحجر : 87]

“Dan sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al Quran yang agung.” [QS. Al-Hijr: 87]

4#Ash-Shalat

Nama ini diambil dari hadits qudsi, Rasulullah salallahu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Allah Azza Wa Jalla berfirman,

“Aku bagi ‘Ash-Shalah’ [Al-Fatihah] antara-Ku dan hamba-Ku menjadi dua bagian, dan bagi hamba-Ku apa yang dia minta. Jika dia membaca: Al-Hamdulillahirabbil ‘Alaamin, Allah berfirman: Hamba-Ku memuji-Ku, dan jika dia membaca: Ar-Rahmaanir-rahim, Allah berfirman: “Hamba-Ku menyanjung-Ku”, jika dia membaca: Maaliki yaumiddiin, Allah berkata : Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku”, atau sekali waktu Dia berkata: “Hamba-Ku telah telah menyerahkan [urusannya] kepada-Ku”, jika dia membaca: Iyyaaka na’budu wa’iyyaa kanasta’iin”, Dia berkata: “Ini adalah antara Aku dan hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang dia mohon. Jika dia membaca: Ihdinashshiraatal mustaqiim, Shiraatallaziina An’amta ‘alaim, ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladhdhaallin, Allah berkata: Ini untuk hamba-Ku dan bagi hambaKu apa yang Dia mohon.” [4]

Dalam hadits ini Rasulullah salallahu ‘alayhi wa sallam menyebutkan surat Al-Fathihah dengan istilah Ash-Sholah. Tampaknya hal ini dikaitkan dengan kedudukan surat Al-Fatihah dalam shalat itu sendiri yang merupakan rukun terpenting dalam ibadah shalat, sehingga Rasulullah salallahu ‘alayhi wa sallam bersabda,

« لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ »

[متفق عليه، صحيح البخاري، رقم 756، صحيح مسلم، رقم 394]

“Tidak shalat bagi orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab [Al Fatihah].” [5]

5#An-Nur [Cahaya]

Dari Ibnu Abbas radhiallahuanhuma dia berkata, “Ketika malaikat Jibril duduk di sisi Rasulullah salallahu ‘alayhi wa sallam, dia mendengar suara berderak di atasnya, lalu dia mengangkat kepalanya, kemudian berkata, “Itu adalah pintu di langit yang sekarang baru dibuka dan tidak pernah dibuka kecuali hari ini, kemudian malaikat turun darinya,’ lalu dia berkata, “Itu adalah malaikat, dia turun ke bumi dan tidak turun kecuali hari ini.” lalu malaikat tersebut memberi salam, seraya berkata,

أَبْشِرْ بِنُوْرَيْنِ أُوْتِيْتَهُمَا لَمْ يُؤْتَهُمَا نَبِيٌّ قَبْلَكَ: فَاتِحَةُ الْكِتَابِ، وَخَوَاتِيْمُ سُوْرَةِ الْبَقَرَةِ، لَنْ تَقْرَأَ بِحَرْفٍ مِنْهُمَا إِلاَّ أُعْطِيْتَهُ

[صحيح مسلم، رقم 806]

“Terimalah khabar gembira dengan dua cahaya yang belum pernah di berikan kepada nabi sebelummu; Fatihatul Kitab [Al Fatihah] dan penutup surat al-Baqarah, tidaklah kamu baca satu huruf dari keduanya kecuali engkau akan diberikan [apa yang engkau minta].” [6]

Ada juga nama-nama lain yang disebutkan oleh para ulama tentang surat al-Fatihah, seperti: Asy-Syafiah atau Asy-Syifa [Penyembuh], Al Kafiah [Yang mencukupi], Al-Kanz [gudang kebaikan], Ar-Ruqyah [Jampi], dll. [7]

Catatan Kaki:

Sumber: Untaian Hikmah Dalam Tafsir Surat Al-Fatihah, oleh Abdullah Haidir, Lc, di murajaah Ummu Rumaisha

[Manhajuna/IAN]

[Visited 9.479 times, 1 visits today]

al-Fatihah
الفاتحة
InformasiStatistik

 
 

Ayah 1 s.d. Ayah 7

GunaPembukaan
Nama lainFatihatul Kitab[1], Ummul Qur'an, Ummul Kitab, as-Sab'ul Masani[2], al-Kanz[1], al-Wafiyah[1], al-Kafiyah[1], al-Asas[1], asy-Syafiyah[3], al-Hamd[1], as-Shalah[1], al-Ruqyah[1], asy-Syukru[1], ad-Du'au[1], asy-Syifa[1], al-Waqiyah[1]
KlasifikasiMakkiyah
Madaniyah[2]
Surah ke1
JuzJuz 1
Banyak ruku'1 ruku
Banyak ayat7 ayat
Banyak kata25 kata
Banyak huruf113 huruf

Mushaf Surah al-Fatihah

Surah Al-Fatihah [Arab: الفاتح , al-Fātihah, "Pembukaan"] adalah surah pertama dalam al-Qur'an. Surah ini diturunkan di Mekah dan terdiri dari 7 ayat. Al-Fatihah adalah surah yang pertama-tama diturunkan dengan lengkap di selang surah-surah yang hadir dalam Al-Qur'an. Surah ini dinamakan Al-Fatihah [Pembukaan], karena dengan surah inilah dibuka dan dimulainya Al-Quran. Dinamakan Ummul Qur'an [induk Al-Quran/أمّ القرءان] atau Ummul Kitab [induk Al-Kitab/أمّ الكتاب] karena dia adalah induk dari semua pokok Al-Quran. Dinamakan pula As Sab'ul matsaany [tujuh yang berulang-ulang/السبع المثاني] karena banyak ayatnya yang tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam salat.

Unsur Pokok

Keimanan

Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa terdapat dalam ayat 2, dimana dinyatakan dengan tegas bahwa segala puji dan ucapan syukur atas suatu nikmat itu untuk Allah, karena Allah adalah Pencipta dan sumber segala nikmat yang terdapat dalam alam ini. Di selang nikmat itu ialah : nikmat menciptakan, nikmat mendidik dan menumbuhkan, karena kata Rabb [ربّ] dalam kalimat Rabbul-'aalamiin [ربّ العالمين] tidak hanya berfaedah Tuhan atau Penguasa, tetapi juga mengandung guna tarbiyah [التربية] yaitu mendidik dan menumbuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa segala nikmat yang diamankan oleh seseorang dalam dirinya sendiri dan dalam segala alam ini berasal dari Allah, karena Tuhan-lah Yang Maha Berkuasa di alam ini. Pendidikan, penjagaan dan Penumbuhan oleh Allah di alam ini haruslah diamati dan dipikirkan oleh manusia sedalam-dalamnya, sehingga menjadi sumber pelbagai jenis ilmu ilmu yang bisa menambah keyakinan manusia kepada keagungan dan kemuliaan Allah, serta bermanfaat untuk penduduk. Oleh karena keimanan [ketauhidan] itu adalah masalah yang pokok, karenanya di dalam surat Al-Faatihah tidak cukup dinyatakan dengan isyarat saja, tetapi ditegaskan dan dilengkapi oleh ayat 5, yaitu : Iyyaaka na'budu wa iyyaka nasta'iin/إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِين [hanya kepada Engkau-lah kami menyembah, dan hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan]. Janji memberi pahala terhadap afal yang adil dan ancaman terhadap afal yang buruk.

Yang dimaksud dengan Yang Menguasai Hari Pembalasan ialah pada hari itu Allah-lah yang berkuasa, segala sesuatu tunduk kepada kebesaran-Nya sambil mengharap nikmat dan takut kepada siksaan-Nya. Hal ini mengandung guna janji sebagai memberi pahala terhadap afal yang adil dan ancaman terhadap afal yang buruk. Ibadat yang terdapat pada ayat 5 semata-mata ditujukan kepada Allah.

Hukum-hukum

Jalan kebahagiaan dan bagaimana seharusnya menempuh jalan itu sebagai memperoleh kebahagiaan alam dan alam baka. Maksud "Hidayah" disini ialah hidayah yang menjadi karena bisanya keselamatan, kebahagiaan alam dan alam baka, adil yang tentang keyakinan maupun budi pekerti, hukum-hukum dan pelajaran. .

Kisah-kisah

Kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang Allah. Sebahagian mulia dari ayat-ayat Al -Quran berisi kisah-kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang. Yang dimaksud dengan orang yang diberi nikmat dalam ayat ini, ialah para Nabi, para shiddieqiin/صدّيقين [orang-orang yang sungguh-sungguh beriman], syuhadaa'/شهداء [orang-orang yang mati syahid], shaalihiin/صالحين [orang-orang yang saleh]. Orang-orang yang dimurkai dan orang-orang yang sesat, ialah golongan yang menyimpang dari nasihat Islam.

Perincian dari yang telah diceritakan diatas terdapat dalam ayat-ayat Al Quran pada surat-surat lainnya.

Al-Fatihah

Al-Fatihah adalah satu-satunya surah yang dipandang penting dalam salat. Salat diasumsikan tidak aci apabila pembacanya tidak membaca surah ini.[4] Dalam hadits dinyatakan bahwa salat yang tidak didampingi al-Fatihah adalah salat yang "buntung" dan "tidak sempurna".[5] Walau begitu, hal tersebut tidak berlaku untuk orang yang tidak hafal Al-Fatihah. Dalam hadits lain diceritakan bahwa orang yang tidak hafal Al-Fatihah diperintahkan membaca:

"Maha Suci Allah, segala puji milik Allah, tidak hadir tuhan kecuali Allah, Allah Maha Besar, tidak hadir kekuatan dan kekuatan kecuali karena bantuan Allah."[6]

Dalam pelaksanaan salat, Al-Fatihah dibaca setelah pembacaan Doa Iftitah dan dilanjutkan dengan "Amin" dan pengahabisan membaca ayat atau surah al-Qur'an [pada rakaa'at tertentu]. Al-Fatihah yang dibaca pada rakaat pertama dan kedua dalam salat, mesti diikuti dengan ayat atau surah lain al-Qur'an. Sedangkan pada rakaat ketiga sampai keempat, hanya Al-Fatihah saja yang dibaca.[7]

Diceritakan bahwa pembacaan Al-Fatihah seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad adalah dengan memberi henti pada setiap ayat sampai habis membacanya[8], misal:

Bismillāhir rahmānir rahīm [jeda] Alhamdu lillāhi rabbil ʿālamīn [jeda] Arrahmānir rahīm [jeda] Māliki yaumiddīn [jeda] dst-nya.

Selain itu, kadang bacaan Nabi Muhammad pada ayat Maliki yaumiddīn dengan ma pendek dibaca Māliki yaumiddīn dengan ma panjang.[9]

Dalam salat, Al-Fatihah kebanyakan diakhiri dengan kata "Amin". "Amin" dalam salat Jahr kebanyakan didahului oleh imam dan pengahabisan didampingi oleh makmum. Pembacaan "Amin" diharuskan dengan suara keras dan panjang.[10] Dalam hadits diceritakan bahwa makmum mesti mengucapkan "amin" karena malaikat juga mengucapkannya, sedangkan argumen lain mengatakan bahwa "amin" diceritakan apabila imam mengucapkannya.[11]

Pembacaan Al-Fatihah dan surah-surah lain dalam salat hadir yang membacanya keras dan hadir yang lirih. Hal itu tergantung dai salat yang sedang dijalankan dan urutan rakaat dalam salat. Salat yang melirihkan seluruh bacaannya [termasuk Al-Fatihah dan surah-surah lain] dari awal sampai kesudahan salat, dinamakan Salat Sir [membaca tanpa suara]. Salat Sir misalnya adalah Salat Zuhur dan Salat Ashar dimana seluruh bacaan salat dalam salat itu dilirihkan. Selain salat Sir, terdapat pula salat Jahr, yaitu salat yang membaca dengan suara keras. Salat Jahr misalnya adalah salat Subuh, salat Maghrib, dan salat Isya'. Dalam salat Jahr yang berjamaah, Al-Fatihah dan surah-surah lain dibaca dengan keras oleh imam salat. Sedangkan pada masa itu, makmum tidak diperbolehkan mengikuti bacaan Imam karena bisa mengganggu bacaan Imam dan hanya sebagai mendengarkan. Makmum diperbolehkan membaca [dengan lirih] apabila imam tidak mengeraskan suaranya.[11] Sementara dalam Salat Lail, bacaan Al-Fatihah diperbolehkan membaca keras dan diperbolehkan lirih, hal ini seperti yang tertera dalam hadits:

"Rasulullah bersabda, "Wahai Sisa dari pembakaran Bakar, saya telah lewat di depan rumahmu ketika engkau salat Lail dengan bacaan lirih." Sisa dari pembakaran Bakar menjawab, "Wahai Rasulullah, Dzat yang saya bisiki sudah mendengar." Dia bersabda kepada Umar, "Saya telah lewat di depan rumahmu ketika kamu salat Lail dengan bacaan yang keras." Jawabnya, "Wahai Rasulullah, saya membangunkan orang yang terlelap dan mengusir setan." Nabi SAW. bersabda, "Wahai Sisa dari pembakaran Bakar, keraskan sedikit suaramu." Kepada Umar dia bersabda, "Lirihkan sedikit suaramu."[12]

Penutup

Surat Al-Fatihaah ini melengkapi unsur-unsur pokok syari'at Islam, pengahabisan diterangkan perinciannya oleh ayat-ayat Al-Quran yang 113 surat berikutnya.

Persesuaian surat ini dengan surat Al Baqarah dan surat-surat sesudahnya ialah surat Al Fatihah adalah titik-titik pembahasan yang akan diperinci dalam surat Al Baqarah dan surat-surat yang sesudahnya.

Dibahagian kesudahan surat Al Faatihah diceritakan permohonan pelayan agar diberi ajar oleh Tuhan kejalan yang lurus, sedang surat Al Baqarah dimulai dengan penunjukan al Kitaab [Al Quran] yang cukup sempurna sebagai pedoman menuju jalan yang dimaksudkan itu.

Nama Lain

Selain dinamai Al-Fatihah [Pembuka], surah ini sering juga dinamakan Fatihatul Kitab [Pembukaan Kitab], Ummul Kitab [Induk Kitab], Ummul Qur'an [Induk Al-Qur'an], As-Sabu'ul Matsani [Tujuh yang Diulang]. Selain keempat sebutan tersebut, banyak ulama tafsir yang menyebutnya dengan: Ash-Shalah [Arab: الصلاة, Salat], al-Hamd [Arab: الحمد, Pujian], Al-Wafiyah [Arab: الوافية, Yang Sempurna], al-Kanz [Arab: الكنز, Simpanan Yang Tebal], asy-Syafiyah [Yang Menyembuhkan], Asy-Syifa [Arab: الشفاء, Obat], al-Kafiyah [Arab: الكافية, Yang Mencukupi], al-Asas [Pokok], al-Ruqyah [Mantra], asy-Syukru [Syukur], ad-Du'au [Do'a], dan al-Waqiyah [Yang Melindungi dari Kesesatan].[1]

Lihat juga

  • Al-Fatihah dalam beragam bahasa

Catatan kaki

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m "Banyak nama sebagai sebutan Surah al-Fatihah", Hidayah, Februari 2009
  2. ^ a b Departemen Agama RI [1987]. hal 3
  3. ^ Hamzah [2003]. hal 47
  4. ^ "Tidak aci salat seseorang jika tidak membaca Al-Fatihah". HR. Bukhari, Muslim, Sisa dari pembakaran Awanah, dan Baihaqi. Baca Irwa' Hadits no. 302
  5. ^ HR. Muslim dan Sisa dari pembakaran 'Awanah
  6. ^ HR. Sisa dari pembakaran Dawud, Ibnu Khuzaimah, Hakim, Thabarani, dan Ibnu Hibban. Disahkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi. Baca Al-Irwa' Hadits no. 303
  7. ^ HR. Ibnu Majah dengan sanad shahih. Baca Al-Irwa' Hadits no.506
  8. ^ HR. Sisa dari pembakaran Dawud dan dan Sahmi, disahkan oleh Hakim dan disetujui oleh Dzahabi. Baca Al-Irwa' Hadits no. 343. Diriwayatkan pula oleh 'Amr ad-Dani dalam Kitab Muktafa 5/2.
  9. ^ HR. Tamam ar-Razi dalam Al-Fawaaid, Ibnu Sisa dari pembakaran Dawud dalam Al-Mushahif 7/2, Sisa dari pembakaran Nu'aim dalam Akhbaari Asbahan 1/104, dan Hakim, disahkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi.
  10. ^ HR. Bukhari dan Sisa dari pembakaran Dawud dengan sanad sahih.
  11. ^ a b Muhammad Nashrudin Al-Albani. Sifat Salat Nabi. 2000. Yogyakarta: Media Hidayah
  12. ^ HR. Sisa dari pembakaran Dawud dan Hakim, disahkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi.

Referensi

  • Al-Qur'an dan Terjemahannya [1978]. Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia
  • Hamzah, Muchotob [2003]. Studi Al-Qur'an Komprehensif. Yogyakarta: Gama Media ISBN 979-95526-1-3

Pranala luar

  • [Inggris] Surah Al-Fatihah MP3
Surah Sebelumnya:
Al-Qur'anSurah Berikutnya:
Surah Al-Baqarah
Surah 1
Sumber :

wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ilmu-pendidikan.com, p2k.nomor.net, dan sebagainya.

Page 2

al-Fatihah
الفاتحة
InformasiStatistik

 
 

Ayah 1 s.d. Ayah 7

GunaPembukaan
Nama lainFatihatul Kitab[1], Ummul Qur'an, Ummul Kitab, as-Sab'ul Masani[2], al-Kanz[1], al-Wafiyah[1], al-Kafiyah[1], al-Asas[1], asy-Syafiyah[3], al-Hamd[1], as-Shalah[1], al-Ruqyah[1], asy-Syukru[1], ad-Du'au[1], asy-Syifa[1], al-Waqiyah[1]
KlasifikasiMakkiyah
Madaniyah[2]
Surah ke1
JuzJuz 1
Jumlah ruku'1 ruku
Jumlah ayat7 ayat
Jumlah kata25 kata
Jumlah huruf113 huruf

Mushaf Surah al-Fatihah

Surah Al-Fatihah [Arab: الفاتح , al-Fātihah, "Pembukaan"] adalah surah pertama dalam al-Qur'an. Surah ini diturunkan di Mekah dan terdiri dari 7 ayat. Al-Fatihah adalah surah yang pertama-tama diturunkan dengan lengkap di selang surah-surah yang hadir dalam Al-Qur'an. Surah ini dinamakan Al-Fatihah [Pembukaan], karena dengan surah inilah dibuka dan dimulainya Al-Quran. Dinamakan Ummul Qur'an [induk Al-Quran/أمّ القرءان] atau Ummul Kitab [induk Al-Kitab/أمّ الكتاب] karena dia adalah induk dari semua pokok Al-Quran. Dinamakan pula As Sab'ul matsaany [tujuh yang berulang-ulang/السبع المثاني] karena jumlah ayatnya yang tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam salat.

Unsur Pokok

Keimanan

Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa terdapat dalam ayat 2, dimana dinyatakan dengan tegas bahwa segala puji dan ucapan syukur atas suatu nikmat itu untuk Allah, karena Allah adalah Pencipta dan sumber segala nikmat yang terdapat dalam alam ini. Di selang nikmat itu ialah : nikmat menciptakan, nikmat mendidik dan menumbuhkan, karena kata Rabb [ربّ] dalam kalimat Rabbul-'aalamiin [ربّ العالمين] tidak hanya berfaedah Tuhan atau Penguasa, tetapi juga mengandung guna tarbiyah [التربية] yaitu mendidik dan menumbuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa segala nikmat yang diamankan oleh seseorang dalam dirinya sendiri dan dalam segala alam ini berasal dari Allah, karena Tuhan-lah Yang Maha Berkuasa di alam ini. Pendidikan, penjagaan dan Penumbuhan oleh Allah di alam ini haruslah diamati dan dipikirkan oleh manusia sedalam-dalamnya, sehingga menjadi sumber pelbagai jenis ilmu ilmu yang bisa menambah keyakinan manusia kepada keagungan dan kemuliaan Allah, serta bermanfaat untuk penduduk. Oleh karena keimanan [ketauhidan] itu adalah masalah yang pokok, karenanya di dalam surat Al-Faatihah tidak cukup dinyatakan dengan isyarat saja, tetapi ditegaskan dan dilengkapi oleh ayat 5, yaitu : Iyyaaka na'budu wa iyyaka nasta'iin/إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِين [hanya kepada Engkau-lah kami menyembah, dan hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan]. Janji memberi pahala terhadap afal yang adil dan ancaman terhadap afal yang buruk.

Yang dimaksud dengan Yang Menguasai Hari Pembalasan ialah pada hari itu Allah-lah yang berkuasa, segala sesuatu tunduk kepada kebesaran-Nya sambil mengharap nikmat dan takut kepada siksaan-Nya. Hal ini mengandung guna janji sebagai memberi pahala terhadap afal yang adil dan ancaman terhadap afal yang buruk. Ibadat yang terdapat pada ayat 5 semata-mata ditujukan kepada Allah.

Hukum-hukum

Jalan kebahagiaan dan bagaimana seharusnya menempuh jalan itu sebagai memperoleh kebahagiaan alam dan alam baka. Maksud "Hidayah" disini ialah hidayah yang menjadi karena bisanya keselamatan, kebahagiaan alam dan alam baka, adil yang tentang keyakinan maupun budi pekerti, hukum-hukum dan pelajaran. .

Kisah-kisah

Kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang Allah. Sebahagian mulia dari ayat-ayat Al -Quran memuat kisah-kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang. Yang dimaksud dengan orang yang diberi nikmat dalam ayat ini, ialah para Nabi, para shiddieqiin/صدّيقين [orang-orang yang sungguh-sungguh beriman], syuhadaa'/شهداء [orang-orang yang mati syahid], shaalihiin/صالحين [orang-orang yang saleh]. Orang-orang yang dimurkai dan orang-orang yang sesat, ialah golongan yang menyimpang dari nasihat Islam.

Perincian dari yang telah diceritakan diatas terdapat dalam ayat-ayat Al Quran pada surat-surat lainnya.

Al-Fatihah

Al-Fatihah adalah satu-satunya surah yang dipandang penting dalam salat. Salat diasumsikan tidak aci apabila pembacanya tidak membaca surah ini.[4] Dalam hadits dinyatakan bahwa salat yang tidak didampingi al-Fatihah adalah salat yang "buntung" dan "tidak sempurna".[5] Walau begitu, hal tersebut tidak berlaku untuk orang yang tidak hafal Al-Fatihah. Dalam hadits lain diceritakan bahwa orang yang tidak hafal Al-Fatihah diperintahkan membaca:

"Maha Suci Allah, segala puji milik Allah, tidak hadir tuhan kecuali Allah, Allah Maha Besar, tidak hadir kekuatan dan kekuatan kecuali karena bantuan Allah."[6]

Dalam pelaksanaan salat, Al-Fatihah dibaca setelah pembacaan Doa Iftitah dan dilanjutkan dengan "Amin" dan pengahabisan membaca ayat atau surah al-Qur'an [pada rakaa'at tertentu]. Al-Fatihah yang dibaca pada rakaat pertama dan kedua dalam salat, mesti diikuti dengan ayat atau surah lain al-Qur'an. Sedangkan pada rakaat ketiga sampai keempat, hanya Al-Fatihah saja yang dibaca.[7]

Diceritakan bahwa pembacaan Al-Fatihah seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad adalah dengan memberi henti pada setiap ayat sampai habis membacanya[8], misal:

Bismillāhir rahmānir rahīm [jeda] Alhamdu lillāhi rabbil ʿālamīn [jeda] Arrahmānir rahīm [jeda] Māliki yaumiddīn [jeda] dst-nya.

Selain itu, kadang bacaan Nabi Muhammad pada ayat Maliki yaumiddīn dengan ma pendek dibaca Māliki yaumiddīn dengan ma panjang.[9]

Dalam salat, Al-Fatihah kebanyakan diakhiri dengan kata "Amin". "Amin" dalam salat Jahr kebanyakan didahului oleh imam dan pengahabisan didampingi oleh makmum. Pembacaan "Amin" diharuskan dengan suara keras dan panjang.[10] Dalam hadits diceritakan bahwa makmum mesti mengucapkan "amin" karena malaikat juga mengucapkannya, sedangkan argumen lain menyebut bahwa "amin" diceritakan apabila imam mengucapkannya.[11]

Pembacaan Al-Fatihah dan surah-surah lain dalam salat hadir yang membacanya keras dan hadir yang lirih. Hal itu tergantung dai salat yang sedang dijalankan dan urutan rakaat dalam salat. Salat yang melirihkan seluruh bacaannya [termasuk Al-Fatihah dan surah-surah lain] dari awal sampai kesudahan salat, dinamakan Salat Sir [membaca tanpa suara]. Salat Sir misalnya adalah Salat Zuhur dan Salat Ashar dimana seluruh bacaan salat dalam salat itu dilirihkan. Selain salat Sir, terdapat pula salat Jahr, yaitu salat yang membaca dengan suara keras. Salat Jahr misalnya adalah salat Subuh, salat Maghrib, dan salat Isya'. Dalam salat Jahr yang berjamaah, Al-Fatihah dan surah-surah lain dibaca dengan keras oleh imam salat. Sedangkan pada masa itu, makmum tidak diperbolehkan mengikuti bacaan Imam karena bisa mengganggu bacaan Imam dan hanya sebagai mendengarkan. Makmum diperbolehkan membaca [dengan lirih] apabila imam tidak mengeraskan suaranya.[11] Sementara dalam Salat Lail, bacaan Al-Fatihah diperbolehkan membaca keras dan diperbolehkan lirih, hal ini seperti yang tertera dalam hadits:

"Rasulullah bersabda, "Wahai Sisa dari pembakaran Bakar, saya telah lewat di depan rumahmu ketika engkau salat Lail dengan bacaan lirih." Sisa dari pembakaran Bakar menjawab, "Wahai Rasulullah, Dzat yang saya bisiki sudah mendengar." Dia bersabda kepada Umar, "Saya telah lewat di depan rumahmu ketika kamu salat Lail dengan bacaan yang keras." Jawabnya, "Wahai Rasulullah, saya membangunkan orang yang terlelap dan mengusir setan." Nabi SAW. bersabda, "Wahai Sisa dari pembakaran Bakar, keraskan sedikit suaramu." Kepada Umar dia bersabda, "Lirihkan sedikit suaramu."[12]

Penutup

Surat Al-Fatihaah ini melengkapi unsur-unsur pokok syari'at Islam, pengahabisan diterangkan perinciannya oleh ayat-ayat Al-Quran yang 113 surat berikutnya.

Persesuaian surat ini dengan surat Al Baqarah dan surat-surat sesudahnya ialah surat Al Fatihah adalah titik-titik pembahasan yang akan diperinci dalam surat Al Baqarah dan surat-surat yang sesudahnya.

Dibahagian kesudahan surat Al Faatihah diceritakan permohonan pelayan agar diberi ajar oleh Tuhan kejalan yang lurus, sedang surat Al Baqarah dimulai dengan penunjukan al Kitaab [Al Quran] yang cukup sempurna sebagai pedoman menuju jalan yang dimaksudkan itu.

Nama Lain

Selain dinamai Al-Fatihah [Pembuka], surah ini sering juga dinamakan Fatihatul Kitab [Pembukaan Kitab], Ummul Kitab [Induk Kitab], Ummul Qur'an [Induk Al-Qur'an], As-Sabu'ul Matsani [Tujuh yang Diulang]. Selain keempat sebutan tersebut, banyak ulama tafsir yang menyebutnya dengan: Ash-Shalah [Arab: الصلاة, Salat], al-Hamd [Arab: الحمد, Pujian], Al-Wafiyah [Arab: الوافية, Yang Sempurna], al-Kanz [Arab: الكنز, Simpanan Yang Tebal], asy-Syafiyah [Yang Menyembuhkan], Asy-Syifa [Arab: الشفاء, Obat], al-Kafiyah [Arab: الكافية, Yang Mencukupi], al-Asas [Pokok], al-Ruqyah [Mantra], asy-Syukru [Syukur], ad-Du'au [Do'a], dan al-Waqiyah [Yang Melindungi dari Kesesatan].[1]

Lihat juga

  • Al-Fatihah dalam beragam bahasa

Catatan kaki

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m "Banyak nama sebagai sebutan Surah al-Fatihah", Hidayah, Februari 2009
  2. ^ a b Departemen Agama RI [1987]. hal 3
  3. ^ Hamzah [2003]. hal 47
  4. ^ "Tidak aci salat seseorang jika tidak membaca Al-Fatihah". HR. Bukhari, Muslim, Sisa dari pembakaran Awanah, dan Baihaqi. Baca Irwa' Hadits no. 302
  5. ^ HR. Muslim dan Sisa dari pembakaran 'Awanah
  6. ^ HR. Sisa dari pembakaran Dawud, Ibnu Khuzaimah, Hakim, Thabarani, dan Ibnu Hibban. Disahkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi. Baca Al-Irwa' Hadits no. 303
  7. ^ HR. Ibnu Majah dengan sanad shahih. Baca Al-Irwa' Hadits no.506
  8. ^ HR. Sisa dari pembakaran Dawud dan dan Sahmi, disahkan oleh Hakim dan disetujui oleh Dzahabi. Baca Al-Irwa' Hadits no. 343. Diriwayatkan pula oleh 'Amr ad-Dani dalam Kitab Muktafa 5/2.
  9. ^ HR. Tamam ar-Razi dalam Al-Fawaaid, Ibnu Sisa dari pembakaran Dawud dalam Al-Mushahif 7/2, Sisa dari pembakaran Nu'aim dalam Akhbaari Asbahan 1/104, dan Hakim, disahkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi.
  10. ^ HR. Bukhari dan Sisa dari pembakaran Dawud dengan sanad sahih.
  11. ^ a b Muhammad Nashrudin Al-Albani. Sifat Salat Nabi. 2000. Yogyakarta: Media Hidayah
  12. ^ HR. Sisa dari pembakaran Dawud dan Hakim, disahkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi.

Referensi

  • Al-Qur'an dan Terjemahannya [1978]. Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia
  • Hamzah, Muchotob [2003]. Studi Al-Qur'an Komprehensif. Yogyakarta: Gama Media ISBN 979-95526-1-3

Pranala luar

  • [Inggris] Surah Al-Fatihah MP3
Surah Sebelumnya:
Al-Qur'anSurah Berikutnya:
Surah Al-Baqarah
Surah 1
Sumber :

wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ilmu-pendidikan.com, p2k.nomor.net, dan sebagainya.

Page 3

al-Fatihah
الفاتحة
InformasiStatistik

 
 

Ayah 1 s.d. Ayah 7

GunaPembukaan
Nama lainFatihatul Kitab[1], Ummul Qur'an, Ummul Kitab, as-Sab'ul Masani[2], al-Kanz[1], al-Wafiyah[1], al-Kafiyah[1], al-Asas[1], asy-Syafiyah[3], al-Hamd[1], as-Shalah[1], al-Ruqyah[1], asy-Syukru[1], ad-Du'au[1], asy-Syifa[1], al-Waqiyah[1]
KlasifikasiMakkiyah
Madaniyah[2]
Surah ke1
JuzJuz 1
Jumlah ruku'1 ruku
Jumlah ayat7 ayat
Jumlah kata25 kata
Jumlah huruf113 huruf

Mushaf Surah al-Fatihah

Surah Al-Fatihah [Arab: الفاتح , al-Fātihah, "Pembukaan"] adalah surah pertama dalam al-Qur'an. Surah ini diturunkan di Mekah dan terdiri dari 7 ayat. Al-Fatihah adalah surah yang pertama-tama diturunkan dengan lengkap di selang surah-surah yang hadir dalam Al-Qur'an. Surah ini dinamakan Al-Fatihah [Pembukaan], karena dengan surah inilah dibuka dan dimulainya Al-Quran. Dinamakan Ummul Qur'an [induk Al-Quran/أمّ القرءان] atau Ummul Kitab [induk Al-Kitab/أمّ الكتاب] karena dia adalah induk dari semua pokok Al-Quran. Dinamakan pula As Sab'ul matsaany [tujuh yang berulang-ulang/السبع المثاني] karena jumlah ayatnya yang tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam salat.

Unsur Pokok

Keimanan

Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa terdapat dalam ayat 2, dimana dinyatakan dengan tegas bahwa segala puji dan ucapan syukur atas suatu nikmat itu untuk Allah, karena Allah adalah Pencipta dan sumber segala nikmat yang terdapat dalam alam ini. Di selang nikmat itu ialah : nikmat menciptakan, nikmat mendidik dan menumbuhkan, karena kata Rabb [ربّ] dalam kalimat Rabbul-'aalamiin [ربّ العالمين] tidak hanya berfaedah Tuhan atau Penguasa, tetapi juga mengandung guna tarbiyah [التربية] yaitu mendidik dan menumbuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa segala nikmat yang diamankan oleh seseorang dalam dirinya sendiri dan dalam segala alam ini berasal dari Allah, karena Tuhan-lah Yang Maha Berkuasa di alam ini. Pendidikan, penjagaan dan Penumbuhan oleh Allah di alam ini haruslah diamati dan dipikirkan oleh manusia sedalam-dalamnya, sehingga menjadi sumber pelbagai jenis ilmu ilmu yang bisa menambah keyakinan manusia kepada keagungan dan kemuliaan Allah, serta bermanfaat untuk penduduk. Oleh karena keimanan [ketauhidan] itu adalah masalah yang pokok, karenanya di dalam surat Al-Faatihah tidak cukup dinyatakan dengan isyarat saja, tetapi ditegaskan dan dilengkapi oleh ayat 5, yaitu : Iyyaaka na'budu wa iyyaka nasta'iin/إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِين [hanya kepada Engkau-lah kami menyembah, dan hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan]. Janji memberi pahala terhadap afal yang adil dan ancaman terhadap afal yang buruk.

Yang dimaksud dengan Yang Menguasai Hari Pembalasan ialah pada hari itu Allah-lah yang berkuasa, segala sesuatu tunduk kepada kebesaran-Nya sambil mengharap nikmat dan takut kepada siksaan-Nya. Hal ini mengandung guna janji sebagai memberi pahala terhadap afal yang adil dan ancaman terhadap afal yang buruk. Ibadat yang terdapat pada ayat 5 semata-mata ditujukan kepada Allah.

Hukum-hukum

Jalan kebahagiaan dan bagaimana seharusnya menempuh jalan itu sebagai memperoleh kebahagiaan alam dan alam baka. Maksud "Hidayah" disini ialah hidayah yang menjadi karena bisanya keselamatan, kebahagiaan alam dan alam baka, adil yang tentang keyakinan maupun budi pekerti, hukum-hukum dan pelajaran. .

Kisah-kisah

Kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang Allah. Sebahagian mulia dari ayat-ayat Al -Quran memuat kisah-kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang. Yang dimaksud dengan orang yang diberi nikmat dalam ayat ini, ialah para Nabi, para shiddieqiin/صدّيقين [orang-orang yang sungguh-sungguh beriman], syuhadaa'/شهداء [orang-orang yang mati syahid], shaalihiin/صالحين [orang-orang yang saleh]. Orang-orang yang dimurkai dan orang-orang yang sesat, ialah golongan yang menyimpang dari nasihat Islam.

Perincian dari yang telah diceritakan diatas terdapat dalam ayat-ayat Al Quran pada surat-surat lainnya.

Al-Fatihah

Al-Fatihah adalah satu-satunya surah yang dipandang penting dalam salat. Salat diasumsikan tidak aci apabila pembacanya tidak membaca surah ini.[4] Dalam hadits dinyatakan bahwa salat yang tidak didampingi al-Fatihah adalah salat yang "buntung" dan "tidak sempurna".[5] Walau begitu, hal tersebut tidak berlaku untuk orang yang tidak hafal Al-Fatihah. Dalam hadits lain diceritakan bahwa orang yang tidak hafal Al-Fatihah diperintahkan membaca:

"Maha Suci Allah, segala puji milik Allah, tidak hadir tuhan kecuali Allah, Allah Maha Besar, tidak hadir kekuatan dan kekuatan kecuali karena bantuan Allah."[6]

Dalam pelaksanaan salat, Al-Fatihah dibaca setelah pembacaan Doa Iftitah dan dilanjutkan dengan "Amin" dan pengahabisan membaca ayat atau surah al-Qur'an [pada rakaa'at tertentu]. Al-Fatihah yang dibaca pada rakaat pertama dan kedua dalam salat, mesti diikuti dengan ayat atau surah lain al-Qur'an. Sedangkan pada rakaat ketiga sampai keempat, hanya Al-Fatihah saja yang dibaca.[7]

Diceritakan bahwa pembacaan Al-Fatihah seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad adalah dengan memberi henti pada setiap ayat sampai habis membacanya[8], misal:

Bismillāhir rahmānir rahīm [jeda] Alhamdu lillāhi rabbil ʿālamīn [jeda] Arrahmānir rahīm [jeda] Māliki yaumiddīn [jeda] dst-nya.

Selain itu, kadang bacaan Nabi Muhammad pada ayat Maliki yaumiddīn dengan ma pendek dibaca Māliki yaumiddīn dengan ma panjang.[9]

Dalam salat, Al-Fatihah kebanyakan diakhiri dengan kata "Amin". "Amin" dalam salat Jahr kebanyakan didahului oleh imam dan pengahabisan didampingi oleh makmum. Pembacaan "Amin" diharuskan dengan suara keras dan panjang.[10] Dalam hadits diceritakan bahwa makmum mesti mengucapkan "amin" karena malaikat juga mengucapkannya, sedangkan argumen lain menyebut bahwa "amin" diceritakan apabila imam mengucapkannya.[11]

Pembacaan Al-Fatihah dan surah-surah lain dalam salat hadir yang membacanya keras dan hadir yang lirih. Hal itu tergantung dai salat yang sedang dijalankan dan urutan rakaat dalam salat. Salat yang melirihkan seluruh bacaannya [termasuk Al-Fatihah dan surah-surah lain] dari awal sampai kesudahan salat, dinamakan Salat Sir [membaca tanpa suara]. Salat Sir misalnya adalah Salat Zuhur dan Salat Ashar dimana seluruh bacaan salat dalam salat itu dilirihkan. Selain salat Sir, terdapat pula salat Jahr, yaitu salat yang membaca dengan suara keras. Salat Jahr misalnya adalah salat Subuh, salat Maghrib, dan salat Isya'. Dalam salat Jahr yang berjamaah, Al-Fatihah dan surah-surah lain dibaca dengan keras oleh imam salat. Sedangkan pada masa itu, makmum tidak diperbolehkan mengikuti bacaan Imam karena bisa mengganggu bacaan Imam dan hanya sebagai mendengarkan. Makmum diperbolehkan membaca [dengan lirih] apabila imam tidak mengeraskan suaranya.[11] Sementara dalam Salat Lail, bacaan Al-Fatihah diperbolehkan membaca keras dan diperbolehkan lirih, hal ini seperti yang tertera dalam hadits:

"Rasulullah bersabda, "Wahai Sisa dari pembakaran Bakar, saya telah lewat di depan rumahmu ketika engkau salat Lail dengan bacaan lirih." Sisa dari pembakaran Bakar menjawab, "Wahai Rasulullah, Dzat yang saya bisiki sudah mendengar." Dia bersabda kepada Umar, "Saya telah lewat di depan rumahmu ketika kamu salat Lail dengan bacaan yang keras." Jawabnya, "Wahai Rasulullah, saya membangunkan orang yang terlelap dan mengusir setan." Nabi SAW. bersabda, "Wahai Sisa dari pembakaran Bakar, keraskan sedikit suaramu." Kepada Umar dia bersabda, "Lirihkan sedikit suaramu."[12]

Penutup

Surat Al-Fatihaah ini melengkapi unsur-unsur pokok syari'at Islam, pengahabisan diterangkan perinciannya oleh ayat-ayat Al-Quran yang 113 surat berikutnya.

Persesuaian surat ini dengan surat Al Baqarah dan surat-surat sesudahnya ialah surat Al Fatihah adalah titik-titik pembahasan yang akan diperinci dalam surat Al Baqarah dan surat-surat yang sesudahnya.

Dibahagian kesudahan surat Al Faatihah diceritakan permohonan pelayan agar diberi ajar oleh Tuhan kejalan yang lurus, sedang surat Al Baqarah dimulai dengan penunjukan al Kitaab [Al Quran] yang cukup sempurna sebagai pedoman menuju jalan yang dimaksudkan itu.

Nama Lain

Selain dinamai Al-Fatihah [Pembuka], surah ini sering juga dinamakan Fatihatul Kitab [Pembukaan Kitab], Ummul Kitab [Induk Kitab], Ummul Qur'an [Induk Al-Qur'an], As-Sabu'ul Matsani [Tujuh yang Diulang]. Selain keempat sebutan tersebut, banyak ulama tafsir yang menyebutnya dengan: Ash-Shalah [Arab: الصلاة, Salat], al-Hamd [Arab: الحمد, Pujian], Al-Wafiyah [Arab: الوافية, Yang Sempurna], al-Kanz [Arab: الكنز, Simpanan Yang Tebal], asy-Syafiyah [Yang Menyembuhkan], Asy-Syifa [Arab: الشفاء, Obat], al-Kafiyah [Arab: الكافية, Yang Mencukupi], al-Asas [Pokok], al-Ruqyah [Mantra], asy-Syukru [Syukur], ad-Du'au [Do'a], dan al-Waqiyah [Yang Melindungi dari Kesesatan].[1]

Lihat juga

  • Al-Fatihah dalam beragam bahasa

Catatan kaki

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m "Banyak nama sebagai sebutan Surah al-Fatihah", Hidayah, Februari 2009
  2. ^ a b Departemen Agama RI [1987]. hal 3
  3. ^ Hamzah [2003]. hal 47
  4. ^ "Tidak aci salat seseorang jika tidak membaca Al-Fatihah". HR. Bukhari, Muslim, Sisa dari pembakaran Awanah, dan Baihaqi. Baca Irwa' Hadits no. 302
  5. ^ HR. Muslim dan Sisa dari pembakaran 'Awanah
  6. ^ HR. Sisa dari pembakaran Dawud, Ibnu Khuzaimah, Hakim, Thabarani, dan Ibnu Hibban. Disahkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi. Baca Al-Irwa' Hadits no. 303
  7. ^ HR. Ibnu Majah dengan sanad shahih. Baca Al-Irwa' Hadits no.506
  8. ^ HR. Sisa dari pembakaran Dawud dan dan Sahmi, disahkan oleh Hakim dan disetujui oleh Dzahabi. Baca Al-Irwa' Hadits no. 343. Diriwayatkan pula oleh 'Amr ad-Dani dalam Kitab Muktafa 5/2.
  9. ^ HR. Tamam ar-Razi dalam Al-Fawaaid, Ibnu Sisa dari pembakaran Dawud dalam Al-Mushahif 7/2, Sisa dari pembakaran Nu'aim dalam Akhbaari Asbahan 1/104, dan Hakim, disahkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi.
  10. ^ HR. Bukhari dan Sisa dari pembakaran Dawud dengan sanad sahih.
  11. ^ a b Muhammad Nashrudin Al-Albani. Sifat Salat Nabi. 2000. Yogyakarta: Media Hidayah
  12. ^ HR. Sisa dari pembakaran Dawud dan Hakim, disahkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi.

Referensi

  • Al-Qur'an dan Terjemahannya [1978]. Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia
  • Hamzah, Muchotob [2003]. Studi Al-Qur'an Komprehensif. Yogyakarta: Gama Media ISBN 979-95526-1-3

Pranala luar

  • [Inggris] Surah Al-Fatihah MP3
Surah Sebelumnya:
Al-Qur'anSurah Berikutnya:
Surah Al-Baqarah
Surah 1
Sumber :

wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ilmu-pendidikan.com, p2k.nomor.net, dan sebagainya.

Page 4

al-Fatihah
الفاتحة
InformasiStatistik

 
 

Ayah 1 s.d. Ayah 7

GunaPembukaan
Nama lainFatihatul Kitab[1], Ummul Qur'an, Ummul Kitab, as-Sab'ul Masani[2], al-Kanz[1], al-Wafiyah[1], al-Kafiyah[1], al-Asas[1], asy-Syafiyah[3], al-Hamd[1], as-Shalah[1], al-Ruqyah[1], asy-Syukru[1], ad-Du'au[1], asy-Syifa[1], al-Waqiyah[1]
KlasifikasiMakkiyah
Madaniyah[2]
Surah ke1
JuzJuz 1
Jumlah ruku'1 ruku
Jumlah ayat7 ayat
Jumlah kata25 kata
Jumlah huruf113 huruf

Mushaf Surah al-Fatihah

Surah Al-Fatihah [Arab: الفاتح , al-Fātihah, "Pembukaan"] adalah surah pertama dalam al-Qur'an. Surah ini diturunkan di Mekah dan terdiri dari 7 ayat. Al-Fatihah adalah surah yang pertama-tama diturunkan dengan lengkap di selang surah-surah yang hadir dalam Al-Qur'an. Surah ini dinamakan Al-Fatihah [Pembukaan], karena dengan surah inilah dibuka dan dimulainya Al-Quran. Dinamakan Ummul Qur'an [induk Al-Quran/أمّ القرءان] atau Ummul Kitab [induk Al-Kitab/أمّ الكتاب] karena dia adalah induk dari semua isi Al-Quran. Dinamakan pula As Sab'ul matsaany [tujuh yang berulang-ulang/السبع المثاني] karena jumlah ayatnya yang tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam salat.

Unsur Pokok

Keimanan

Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa terdapat dalam ayat 2, dimana dinyatakan dengan tegas bahwa segala puji dan ucapan syukur atas suatu nikmat itu untuk Allah, karena Allah adalah Pencipta dan sumber segala nikmat yang terdapat dalam alam ini. Di selang nikmat itu ialah : nikmat menciptakan, nikmat mendidik dan menumbuhkan, sebab kata Rabb [ربّ] dalam kalimat Rabbul-'aalamiin [ربّ العالمين] tidak hanya berfaedah Tuhan atau Penguasa, tetapi juga mengandung guna tarbiyah [التربية] yaitu mendidik dan menumbuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa segala nikmat yang diamankan oleh seseorang dalam dirinya sendiri dan dalam segala alam ini berasal dari Allah, karena Tuhan-lah Yang Maha Berkuasa di alam ini. Pendidikan, penjagaan dan Penumbuhan oleh Allah di alam ini haruslah diamati dan dipikirkan oleh manusia sedalam-dalamnya, sehingga menjadi sumber pelbagai macam ilmu ilmu yang mampu menambah keyakinan manusia kepada keagungan dan kemuliaan Allah, serta bermanfaat untuk penduduk. Oleh karena keimanan [ketauhidan] itu adalah masalah yang pokok, maka di dalam surat Al-Faatihah tidak cukup dinyatakan dengan isyarat saja, tetapi ditegaskan dan dilengkapi oleh ayat 5, yaitu : Iyyaaka na'budu wa iyyaka nasta'iin/إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِين [hanya kepada Engkau-lah kami menyembah, dan hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan]. Janji memberi pahala terhadap afal yang adil dan ancaman terhadap afal yang buruk.

Yang dimaksud dengan Yang Menguasai Hari Pembalasan ialah pada hari itu Allah-lah yang berkuasa, segala sesuatu tunduk kepada kebesaran-Nya sambil mengharap nikmat dan takut kepada siksaan-Nya. Hal ini mengandung guna janji sebagai memberi pahala terhadap afal yang adil dan ancaman terhadap afal yang buruk. Ibadat yang terdapat pada ayat 5 semata-mata ditujukan kepada Allah.

Hukum-hukum

Jalan kebahagiaan dan bagaimana seharusnya menempuh jalan itu sebagai memperoleh kebahagiaan alam dan alam baka. Maksud "Hidayah" disini ialah hidayah yang menjadi sebab mampunya keselamatan, kebahagiaan alam dan alam baka, adil yang tentang keyakinan maupun budi pekerti, hukum-hukum dan pelajaran. .

Kisah-kisah

Kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang Allah. Sebahagian mulia dari ayat-ayat Al -Quran memuat kisah-kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang. Yang dimaksud dengan orang yang diberi nikmat dalam ayat ini, ialah para Nabi, para shiddieqiin/صدّيقين [orang-orang yang sungguh-sungguh beriman], syuhadaa'/شهداء [orang-orang yang mati syahid], shaalihiin/صالحين [orang-orang yang saleh]. Orang-orang yang dimurkai dan orang-orang yang sesat, ialah golongan yang menyimpang dari nasihat Islam.

Perincian dari yang telah diceritakan diatas terdapat dalam ayat-ayat Al Quran pada surat-surat lainnya.

Al-Fatihah

Al-Fatihah adalah satu-satunya surah yang dipandang penting dalam salat. Salat diasumsikan tidak aci apabila pembacanya tidak membaca surah ini.[4] Dalam hadits dinyatakan bahwa salat yang tidak didampingi al-Fatihah adalah salat yang "buntung" dan "tidak sempurna".[5] Walau begitu, hal tersebut tidak berlaku untuk orang yang tidak hafal Al-Fatihah. Dalam hadits lain diceritakan bahwa orang yang tidak hafal Al-Fatihah diperintahkan membaca:

"Maha Suci Allah, segala puji milik Allah, tidak hadir tuhan kecuali Allah, Allah Maha Besar, tidak hadir kekuatan dan kekuatan kecuali karena bantuan Allah."[6]

Dalam pelaksanaan salat, Al-Fatihah dibaca setelah pembacaan Doa Iftitah dan dilanjutkan dengan "Amin" dan pengahabisan membaca ayat atau surah al-Qur'an [pada rakaa'at tertentu]. Al-Fatihah yang dibaca pada rakaat pertama dan kedua dalam salat, harus diikuti dengan ayat atau surah lain al-Qur'an. Sedangkan pada rakaat ketiga sampai keempat, hanya Al-Fatihah saja yang dibaca.[7]

Diceritakan bahwa pembacaan Al-Fatihah seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad adalah dengan memberi henti pada setiap ayat sampai habis membacanya[8], misal:

Bismillāhir rahmānir rahīm [jeda] Alhamdu lillāhi rabbil ʿālamīn [jeda] Arrahmānir rahīm [jeda] Māliki yaumiddīn [jeda] dst-nya.

Selain itu, kadang bacaan Nabi Muhammad pada ayat Maliki yaumiddīn dengan ma pendek dibaca Māliki yaumiddīn dengan ma panjang.[9]

Dalam salat, Al-Fatihah kebanyakan diakhiri dengan kata "Amin". "Amin" dalam salat Jahr kebanyakan didahului oleh imam dan pengahabisan didampingi oleh makmum. Pembacaan "Amin" diharuskan dengan suara keras dan panjang.[10] Dalam hadits diceritakan bahwa makmum harus mengucapkan "amin" karena malaikat juga mengucapkannya, sedangkan argumen lain mengatakan bahwa "amin" diceritakan apabila imam mengucapkannya.[11]

Pembacaan Al-Fatihah dan surah-surah lain dalam salat hadir yang membacanya keras dan hadir yang lirih. Hal itu tergantung dai salat yang sedang dijalankan dan urutan rakaat dalam salat. Salat yang melirihkan seluruh bacaannya [termasuk Al-Fatihah dan surah-surah lain] dari awal sampai kesudahan salat, dinamakan Salat Sir [membaca tanpa suara]. Salat Sir contohnya adalah Salat Zuhur dan Salat Ashar dimana seluruh bacaan salat dalam salat itu dilirihkan. Selain salat Sir, terdapat pula salat Jahr, yaitu salat yang membaca dengan suara keras. Salat Jahr contohnya adalah salat Subuh, salat Maghrib, dan salat Isya'. Dalam salat Jahr yang berjamaah, Al-Fatihah dan surah-surah lain dibaca dengan keras oleh imam salat. Sedangkan pada masa itu, makmum tidak diperbolehkan mengikuti bacaan Imam karena mampu mengganggu bacaan Imam dan hanya sebagai mendengarkan. Makmum diperbolehkan membaca [dengan lirih] apabila imam tidak mengeraskan suaranya.[11] Sementara dalam Salat Lail, bacaan Al-Fatihah diperbolehkan membaca keras dan diperbolehkan lirih, hal ini seperti yang tertera dalam hadits:

"Rasulullah bersabda, "Wahai Sisa dari pembakaran Bakar, saya telah lewat di depan rumahmu ketika engkau salat Lail dengan bacaan lirih." Sisa dari pembakaran Bakar menjawab, "Wahai Rasulullah, Dzat yang saya bisiki sudah mendengar." Dia bersabda kepada Umar, "Saya telah lewat di depan rumahmu ketika kamu salat Lail dengan bacaan yang keras." Jawabnya, "Wahai Rasulullah, saya membangunkan orang yang terlelap dan mengusir setan." Nabi SAW. bersabda, "Wahai Sisa dari pembakaran Bakar, keraskan sedikit suaramu." Kepada Umar dia bersabda, "Lirihkan sedikit suaramu."[12]

Penutup

Surat Al-Fatihaah ini melengkapi unsur-unsur pokok syari'at Islam, pengahabisan diterangkan perinciannya oleh ayat-ayat Al-Quran yang 113 surat berikutnya.

Persesuaian surat ini dengan surat Al Baqarah dan surat-surat sesudahnya ialah surat Al Fatihah adalah titik-titik pembahasan yang akan diperinci dalam surat Al Baqarah dan surat-surat yang sesudahnya.

Dibahagian kesudahan surat Al Faatihah diceritakan permohonan pelayan agar diberi ajar oleh Tuhan kejalan yang lurus, sedang surat Al Baqarah dimulai dengan penunjukan al Kitaab [Al Quran] yang cukup sempurna sebagai pedoman menuju jalan yang dimaksudkan itu.

Nama Lain

Selain dinamai Al-Fatihah [Pembuka], surah ini sering juga dinamakan Fatihatul Kitab [Pembukaan Kitab], Ummul Kitab [Induk Kitab], Ummul Qur'an [Induk Al-Qur'an], As-Sabu'ul Matsani [Tujuh yang Diulang]. Selain keempat sebutan tersebut, banyak ulama tafsir yang menyebutnya dengan: Ash-Shalah [Arab: الصلاة, Salat], al-Hamd [Arab: الحمد, Pujian], Al-Wafiyah [Arab: الوافية, Yang Sempurna], al-Kanz [Arab: الكنز, Simpanan Yang Tebal], asy-Syafiyah [Yang Menyembuhkan], Asy-Syifa [Arab: الشفاء, Obat], al-Kafiyah [Arab: الكافية, Yang Mencukupi], al-Asas [Pokok], al-Ruqyah [Mantra], asy-Syukru [Syukur], ad-Du'au [Do'a], dan al-Waqiyah [Yang Melindungi dari Kesesatan].[1]

Lihat pula

  • Al-Fatihah dalam beragam bahasa

Catatan kaki

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m "Banyak nama sebagai sebutan Surah al-Fatihah", Hidayah, Februari 2009
  2. ^ a b Departemen Agama RI [1987]. hal 3
  3. ^ Hamzah [2003]. hal 47
  4. ^ "Tidak aci salat seseorang jika tidak membaca Al-Fatihah". HR. Bukhari, Muslim, Sisa dari pembakaran Awanah, dan Baihaqi. Baca Irwa' Hadits no. 302
  5. ^ HR. Muslim dan Sisa dari pembakaran 'Awanah
  6. ^ HR. Sisa dari pembakaran Dawud, Ibnu Khuzaimah, Hakim, Thabarani, dan Ibnu Hibban. Disahkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi. Baca Al-Irwa' Hadits no. 303
  7. ^ HR. Ibnu Majah dengan sanad shahih. Baca Al-Irwa' Hadits no.506
  8. ^ HR. Sisa dari pembakaran Dawud dan dan Sahmi, disahkan oleh Hakim dan disetujui oleh Dzahabi. Baca Al-Irwa' Hadits no. 343. Diriwayatkan pula oleh 'Amr ad-Dani dalam Kitab Muktafa 5/2.
  9. ^ HR. Tamam ar-Razi dalam Al-Fawaaid, Ibnu Sisa dari pembakaran Dawud dalam Al-Mushahif 7/2, Sisa dari pembakaran Nu'aim dalam Akhbaari Asbahan 1/104, dan Hakim, disahkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi.
  10. ^ HR. Bukhari dan Sisa dari pembakaran Dawud dengan sanad sahih.
  11. ^ a b Muhammad Nashrudin Al-Albani. Sifat Salat Nabi. 2000. Yogyakarta: Media Hidayah
  12. ^ HR. Sisa dari pembakaran Dawud dan Hakim, disahkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi.

Referensi

  • Al-Qur'an dan Terjemahannya [1978]. Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia
  • Hamzah, Muchotob [2003]. Studi Al-Qur'an Komprehensif. Yogyakarta: Gama Media ISBN 979-95526-1-3

Tautan luar

  • [Inggris] Surah Al-Fatihah MP3
Surah Sebelumnya:
Al-Qur'anSurah Berikutnya:
Surah Al-Baqarah
Surah 1
Sumber :

wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ilmu-pendidikan.com, p2k.nomor.net, dan sebagainya.

Page 5

al-Fatihah
الفاتحة
InformasiStatistik

 
 

Ayah 1 s.d. Ayah 7

GunaPembukaan
Nama lainFatihatul Kitab[1], Ummul Qur'an, Ummul Kitab, as-Sab'ul Masani[2], al-Kanz[1], al-Wafiyah[1], al-Kafiyah[1], al-Asas[1], asy-Syafiyah[3], al-Hamd[1], as-Shalah[1], al-Ruqyah[1], asy-Syukru[1], ad-Du'au[1], asy-Syifa[1], al-Waqiyah[1]
KlasifikasiMakkiyah
Madaniyah[2]
Surah ke1
JuzJuz 1
Jumlah ruku'1 ruku
Jumlah ayat7 ayat
Jumlah kata25 kata
Jumlah huruf113 huruf

Mushaf Surah al-Fatihah

Surah Al-Fatihah [Arab: الفاتح , al-Fātihah, "Pembukaan"] adalah surah pertama dalam al-Qur'an. Surah ini diturunkan di Mekah dan terdiri dari 7 ayat. Al-Fatihah adalah surah yang pertama-tama diturunkan dengan lengkap di selang surah-surah yang hadir dalam Al-Qur'an. Surah ini dinamakan Al-Fatihah [Pembukaan], karena dengan surah inilah dibuka dan dimulainya Al-Quran. Dinamakan Ummul Qur'an [induk Al-Quran/أمّ القرءان] atau Ummul Kitab [induk Al-Kitab/أمّ الكتاب] karena dia adalah induk dari semua isi Al-Quran. Dinamakan pula As Sab'ul matsaany [tujuh yang berulang-ulang/السبع المثاني] karena jumlah ayatnya yang tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam salat.

Unsur Pokok

Keimanan

Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa terdapat dalam ayat 2, dimana dinyatakan dengan tegas bahwa segala puji dan ucapan syukur atas suatu nikmat itu untuk Allah, karena Allah adalah Pencipta dan sumber segala nikmat yang terdapat dalam alam ini. Di selang nikmat itu ialah : nikmat menciptakan, nikmat mendidik dan menumbuhkan, sebab kata Rabb [ربّ] dalam kalimat Rabbul-'aalamiin [ربّ العالمين] tidak hanya berfaedah Tuhan atau Penguasa, tetapi juga mengandung guna tarbiyah [التربية] yaitu mendidik dan menumbuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa segala nikmat yang diamankan oleh seseorang dalam dirinya sendiri dan dalam segala alam ini berasal dari Allah, karena Tuhan-lah Yang Maha Berkuasa di alam ini. Pendidikan, penjagaan dan Penumbuhan oleh Allah di alam ini haruslah diamati dan dipikirkan oleh manusia sedalam-dalamnya, sehingga menjadi sumber pelbagai macam ilmu ilmu yang mampu menambah keyakinan manusia kepada keagungan dan kemuliaan Allah, serta bermanfaat untuk penduduk. Oleh karena keimanan [ketauhidan] itu adalah masalah yang pokok, maka di dalam surat Al-Faatihah tidak cukup dinyatakan dengan isyarat saja, tetapi ditegaskan dan dilengkapi oleh ayat 5, yaitu : Iyyaaka na'budu wa iyyaka nasta'iin/إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِين [hanya kepada Engkau-lah kami menyembah, dan hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan]. Janji memberi pahala terhadap afal yang adil dan ancaman terhadap afal yang buruk.

Yang dimaksud dengan Yang Menguasai Hari Pembalasan ialah pada hari itu Allah-lah yang berkuasa, segala sesuatu tunduk kepada kebesaran-Nya sambil mengharap nikmat dan takut kepada siksaan-Nya. Hal ini mengandung guna janji sebagai memberi pahala terhadap afal yang adil dan ancaman terhadap afal yang buruk. Ibadat yang terdapat pada ayat 5 semata-mata ditujukan kepada Allah.

Hukum-hukum

Jalan kebahagiaan dan bagaimana seharusnya menempuh jalan itu sebagai memperoleh kebahagiaan alam dan alam baka. Maksud "Hidayah" disini ialah hidayah yang menjadi sebab mampunya keselamatan, kebahagiaan alam dan alam baka, adil yang tentang keyakinan maupun budi pekerti, hukum-hukum dan pelajaran. .

Kisah-kisah

Kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang Allah. Sebahagian mulia dari ayat-ayat Al -Quran memuat kisah-kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang. Yang dimaksud dengan orang yang diberi nikmat dalam ayat ini, ialah para Nabi, para shiddieqiin/صدّيقين [orang-orang yang sungguh-sungguh beriman], syuhadaa'/شهداء [orang-orang yang mati syahid], shaalihiin/صالحين [orang-orang yang saleh]. Orang-orang yang dimurkai dan orang-orang yang sesat, ialah golongan yang menyimpang dari nasihat Islam.

Perincian dari yang telah diceritakan diatas terdapat dalam ayat-ayat Al Quran pada surat-surat lainnya.

Al-Fatihah

Al-Fatihah adalah satu-satunya surah yang dipandang penting dalam salat. Salat diasumsikan tidak aci apabila pembacanya tidak membaca surah ini.[4] Dalam hadits dinyatakan bahwa salat yang tidak didampingi al-Fatihah adalah salat yang "buntung" dan "tidak sempurna".[5] Walau begitu, hal tersebut tidak berlaku untuk orang yang tidak hafal Al-Fatihah. Dalam hadits lain diceritakan bahwa orang yang tidak hafal Al-Fatihah diperintahkan membaca:

"Maha Suci Allah, segala puji milik Allah, tidak hadir tuhan kecuali Allah, Allah Maha Besar, tidak hadir kekuatan dan kekuatan kecuali karena bantuan Allah."[6]

Dalam pelaksanaan salat, Al-Fatihah dibaca setelah pembacaan Doa Iftitah dan dilanjutkan dengan "Amin" dan pengahabisan membaca ayat atau surah al-Qur'an [pada rakaa'at tertentu]. Al-Fatihah yang dibaca pada rakaat pertama dan kedua dalam salat, harus diikuti dengan ayat atau surah lain al-Qur'an. Sedangkan pada rakaat ketiga sampai keempat, hanya Al-Fatihah saja yang dibaca.[7]

Diceritakan bahwa pembacaan Al-Fatihah seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad adalah dengan memberi henti pada setiap ayat sampai habis membacanya[8], misal:

Bismillāhir rahmānir rahīm [jeda] Alhamdu lillāhi rabbil ʿālamīn [jeda] Arrahmānir rahīm [jeda] Māliki yaumiddīn [jeda] dst-nya.

Selain itu, kadang bacaan Nabi Muhammad pada ayat Maliki yaumiddīn dengan ma pendek dibaca Māliki yaumiddīn dengan ma panjang.[9]

Dalam salat, Al-Fatihah kebanyakan diakhiri dengan kata "Amin". "Amin" dalam salat Jahr kebanyakan didahului oleh imam dan pengahabisan didampingi oleh makmum. Pembacaan "Amin" diharuskan dengan suara keras dan panjang.[10] Dalam hadits diceritakan bahwa makmum harus mengucapkan "amin" karena malaikat juga mengucapkannya, sedangkan argumen lain mengatakan bahwa "amin" diceritakan apabila imam mengucapkannya.[11]

Pembacaan Al-Fatihah dan surah-surah lain dalam salat hadir yang membacanya keras dan hadir yang lirih. Hal itu tergantung dai salat yang sedang dijalankan dan urutan rakaat dalam salat. Salat yang melirihkan seluruh bacaannya [termasuk Al-Fatihah dan surah-surah lain] dari awal sampai kesudahan salat, dinamakan Salat Sir [membaca tanpa suara]. Salat Sir contohnya adalah Salat Zuhur dan Salat Ashar dimana seluruh bacaan salat dalam salat itu dilirihkan. Selain salat Sir, terdapat pula salat Jahr, yaitu salat yang membaca dengan suara keras. Salat Jahr contohnya adalah salat Subuh, salat Maghrib, dan salat Isya'. Dalam salat Jahr yang berjamaah, Al-Fatihah dan surah-surah lain dibaca dengan keras oleh imam salat. Sedangkan pada masa itu, makmum tidak diperbolehkan mengikuti bacaan Imam karena mampu mengganggu bacaan Imam dan hanya sebagai mendengarkan. Makmum diperbolehkan membaca [dengan lirih] apabila imam tidak mengeraskan suaranya.[11] Sementara dalam Salat Lail, bacaan Al-Fatihah diperbolehkan membaca keras dan diperbolehkan lirih, hal ini seperti yang tertera dalam hadits:

"Rasulullah bersabda, "Wahai Sisa dari pembakaran Bakar, saya telah lewat di depan rumahmu ketika engkau salat Lail dengan bacaan lirih." Sisa dari pembakaran Bakar menjawab, "Wahai Rasulullah, Dzat yang saya bisiki sudah mendengar." Dia bersabda kepada Umar, "Saya telah lewat di depan rumahmu ketika kamu salat Lail dengan bacaan yang keras." Jawabnya, "Wahai Rasulullah, saya membangunkan orang yang terlelap dan mengusir setan." Nabi SAW. bersabda, "Wahai Sisa dari pembakaran Bakar, keraskan sedikit suaramu." Kepada Umar dia bersabda, "Lirihkan sedikit suaramu."[12]

Penutup

Surat Al-Fatihaah ini melengkapi unsur-unsur pokok syari'at Islam, pengahabisan diterangkan perinciannya oleh ayat-ayat Al-Quran yang 113 surat berikutnya.

Persesuaian surat ini dengan surat Al Baqarah dan surat-surat sesudahnya ialah surat Al Fatihah adalah titik-titik pembahasan yang akan diperinci dalam surat Al Baqarah dan surat-surat yang sesudahnya.

Dibahagian kesudahan surat Al Faatihah diceritakan permohonan pelayan agar diberi ajar oleh Tuhan kejalan yang lurus, sedang surat Al Baqarah dimulai dengan penunjukan al Kitaab [Al Quran] yang cukup sempurna sebagai pedoman menuju jalan yang dimaksudkan itu.

Nama Lain

Selain dinamai Al-Fatihah [Pembuka], surah ini sering juga dinamakan Fatihatul Kitab [Pembukaan Kitab], Ummul Kitab [Induk Kitab], Ummul Qur'an [Induk Al-Qur'an], As-Sabu'ul Matsani [Tujuh yang Diulang]. Selain keempat sebutan tersebut, banyak ulama tafsir yang menyebutnya dengan: Ash-Shalah [Arab: الصلاة, Salat], al-Hamd [Arab: الحمد, Pujian], Al-Wafiyah [Arab: الوافية, Yang Sempurna], al-Kanz [Arab: الكنز, Simpanan Yang Tebal], asy-Syafiyah [Yang Menyembuhkan], Asy-Syifa [Arab: الشفاء, Obat], al-Kafiyah [Arab: الكافية, Yang Mencukupi], al-Asas [Pokok], al-Ruqyah [Mantra], asy-Syukru [Syukur], ad-Du'au [Do'a], dan al-Waqiyah [Yang Melindungi dari Kesesatan].[1]

Lihat pula

  • Al-Fatihah dalam beragam bahasa

Catatan kaki

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m "Banyak nama sebagai sebutan Surah al-Fatihah", Hidayah, Februari 2009
  2. ^ a b Departemen Agama RI [1987]. hal 3
  3. ^ Hamzah [2003]. hal 47
  4. ^ "Tidak aci salat seseorang jika tidak membaca Al-Fatihah". HR. Bukhari, Muslim, Sisa dari pembakaran Awanah, dan Baihaqi. Baca Irwa' Hadits no. 302
  5. ^ HR. Muslim dan Sisa dari pembakaran 'Awanah
  6. ^ HR. Sisa dari pembakaran Dawud, Ibnu Khuzaimah, Hakim, Thabarani, dan Ibnu Hibban. Disahkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi. Baca Al-Irwa' Hadits no. 303
  7. ^ HR. Ibnu Majah dengan sanad shahih. Baca Al-Irwa' Hadits no.506
  8. ^ HR. Sisa dari pembakaran Dawud dan dan Sahmi, disahkan oleh Hakim dan disetujui oleh Dzahabi. Baca Al-Irwa' Hadits no. 343. Diriwayatkan pula oleh 'Amr ad-Dani dalam Kitab Muktafa 5/2.
  9. ^ HR. Tamam ar-Razi dalam Al-Fawaaid, Ibnu Sisa dari pembakaran Dawud dalam Al-Mushahif 7/2, Sisa dari pembakaran Nu'aim dalam Akhbaari Asbahan 1/104, dan Hakim, disahkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi.
  10. ^ HR. Bukhari dan Sisa dari pembakaran Dawud dengan sanad sahih.
  11. ^ a b Muhammad Nashrudin Al-Albani. Sifat Salat Nabi. 2000. Yogyakarta: Media Hidayah
  12. ^ HR. Sisa dari pembakaran Dawud dan Hakim, disahkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi.

Referensi

  • Al-Qur'an dan Terjemahannya [1978]. Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia
  • Hamzah, Muchotob [2003]. Studi Al-Qur'an Komprehensif. Yogyakarta: Gama Media ISBN 979-95526-1-3

Tautan luar

  • [Inggris] Surah Al-Fatihah MP3
Surah Sebelumnya:
Al-Qur'anSurah Berikutnya:
Surah Al-Baqarah
Surah 1
Sumber :

wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ilmu-pendidikan.com, p2k.nomor.net, dan sebagainya.

Page 6

al-Fatihah
الفاتحة
InformasiStatistik

 
 

Ayah 1 s.d. Ayah 7

GunaPembukaan
Nama lainFatihatul Kitab[1], Ummul Qur'an, Ummul Kitab, as-Sab'ul Masani[2], al-Kanz[1], al-Wafiyah[1], al-Kafiyah[1], al-Asas[1], asy-Syafiyah[3], al-Hamd[1], as-Shalah[1], al-Ruqyah[1], asy-Syukru[1], ad-Du'au[1], asy-Syifa[1], al-Waqiyah[1]
KlasifikasiMakkiyah
Madaniyah[2]
Surah ke1
JuzJuz 1
Jumlah ruku'1 ruku
Jumlah ayat7 ayat
Jumlah kata25 kata
Jumlah huruf113 huruf

Mushaf Surah al-Fatihah

Surah Al-Fatihah [Arab: الفاتح , al-Fātihah, "Pembukaan"] adalah surah pertama dalam al-Qur'an. Surah ini diturunkan di Mekah dan terdiri dari 7 ayat. Al-Fatihah adalah surah yang pertama-tama diturunkan dengan lengkap di selang surah-surah yang hadir dalam Al-Qur'an. Surah ini dinamakan Al-Fatihah [Pembukaan], karena dengan surah inilah dibuka dan dimulainya Al-Quran. Dinamakan Ummul Qur'an [induk Al-Quran/أمّ القرءان] atau Ummul Kitab [induk Al-Kitab/أمّ الكتاب] karena dia adalah induk dari semua isi Al-Quran. Dinamakan pula As Sab'ul matsaany [tujuh yang berulang-ulang/السبع المثاني] karena jumlah ayatnya yang tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam salat.

Unsur Pokok

Keimanan

Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa terdapat dalam ayat 2, dimana dinyatakan dengan tegas bahwa segala puji dan ucapan syukur atas suatu nikmat itu untuk Allah, karena Allah adalah Pencipta dan sumber segala nikmat yang terdapat dalam alam ini. Di selang nikmat itu ialah : nikmat menciptakan, nikmat mendidik dan menumbuhkan, sebab kata Rabb [ربّ] dalam kalimat Rabbul-'aalamiin [ربّ العالمين] tidak hanya berfaedah Tuhan atau Penguasa, tetapi juga mengandung guna tarbiyah [التربية] yaitu mendidik dan menumbuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa segala nikmat yang diamankan oleh seseorang dalam dirinya sendiri dan dalam segala alam ini berasal dari Allah, karena Tuhan-lah Yang Maha Berkuasa di alam ini. Pendidikan, penjagaan dan Penumbuhan oleh Allah di alam ini haruslah diperhatikan dan dipikirkan oleh manusia sedalam-dalamnya, sehingga menjadi sumber pelbagai macam ilmu pengetahuan yang mampu menambah keyakinan manusia kepada keagungan dan kemuliaan Allah, serta berjasa untuk penduduk. Oleh karena keimanan [ketauhidan] itu adalah masalah yang pokok, maka di dalam surat Al-Faatihah tidak cukup dinyatakan dengan isyarat saja, tetapi ditegaskan dan dilengkapi oleh ayat 5, yaitu : Iyyaaka na'budu wa iyyaka nasta'iin/إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِين [hanya kepada Engkau-lah kami menyembah, dan hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan]. Janji memberi pahala terhadap afal yang baik dan ancaman terhadap afal yang buruk.

Yang dimaksud dengan Yang Menguasai Hari Pembalasan ialah pada hari itu Allah-lah yang berkuasa, segala sesuatu tunduk kepada kebesaran-Nya sambil mengharap nikmat dan takut kepada siksaan-Nya. Hal ini mengandung guna janji untuk memberi pahala terhadap afal yang baik dan ancaman terhadap afal yang buruk. Ibadat yang terdapat pada ayat 5 semata-mata ditujukan kepada Allah.

Hukum-hukum

Jalan kebahagiaan dan bagaimana seharusnya menempuh jalan itu untuk memperoleh kebahagiaan alam dan alam baka. Maksud "Hidayah" disini ialah hidayah yang menjadi sebab mampunya keselamatan, kebahagiaan alam dan alam baka, baik yang tentang keyakinan maupun budi pekerti, hukum-hukum dan pelajaran. .

Kisah-kisah

Kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang Allah. Sebahagian mulia dari ayat-ayat Al -Quran memuat kisah-kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang. Yang dimaksud dengan orang yang diberi nikmat dalam ayat ini, ialah para Nabi, para shiddieqiin/صدّيقين [orang-orang yang sungguh-sungguh beriman], syuhadaa'/شهداء [orang-orang yang mati syahid], shaalihiin/صالحين [orang-orang yang saleh]. Orang-orang yang dimurkai dan orang-orang yang sesat, ialah golongan yang menyimpang dari nasihat Islam.

Perincian dari yang telah diceritakan diatas terdapat dalam ayat-ayat Al Quran pada surat-surat lainnya.

Al-Fatihah

Al-Fatihah adalah satu-satunya surah yang dipandang penting dalam salat. Salat dianggap tidak aci apabila pembacanya tidak membaca surah ini.[4] Dalam hadits dinyatakan bahwa salat yang tidak disertai al-Fatihah adalah salat yang "buntung" dan "tidak sempurna".[5] Walau begitu, hal tersebut tidak berjalan untuk orang yang tidak hafal Al-Fatihah. Dalam hadits lain diceritakan bahwa orang yang tidak hafal Al-Fatihah diperintahkan membaca:

"Maha Suci Allah, segala puji milik Allah, tidak hadir tuhan kecuali Allah, Allah Maha Besar, tidak hadir kekuatan dan kekuatan kecuali karena bantuan Allah."[6]

Dalam pelaksanaan salat, Al-Fatihah dibaca setelah pembacaan Doa Iftitah dan dilanjutkan dengan "Amin" dan pengahabisan membaca ayat atau surah al-Qur'an [pada rakaa'at tertentu]. Al-Fatihah yang dibaca pada rakaat pertama dan kedua dalam salat, harus diikuti dengan ayat atau surah lain al-Qur'an. Sedangkan pada rakaat ketiga sampai keempat, hanya Al-Fatihah saja yang dibaca.[7]

Diceritakan bahwa pembacaan Al-Fatihah seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad adalah dengan memberi henti pada setiap ayat sampai habis membacanya[8], misal:

Bismillāhir rahmānir rahīm [jeda] Alhamdu lillāhi rabbil ʿālamīn [jeda] Arrahmānir rahīm [jeda] Māliki yaumiddīn [jeda] dst-nya.

Selain itu, kadang bacaan Nabi Muhammad pada ayat Maliki yaumiddīn dengan ma pendek dibaca Māliki yaumiddīn dengan ma panjang.[9]

Dalam salat, Al-Fatihah kebanyakan diakhiri dengan kata "Amin". "Amin" dalam salat Jahr kebanyakan didahului oleh imam dan pengahabisan disertai oleh makmum. Pembacaan "Amin" diharuskan dengan suara keras dan panjang.[10] Dalam hadits diceritakan bahwa makmum harus mengucapkan "amin" karena malaikat juga mengucapkannya, sedangkan argumen lain mengatakan bahwa "amin" diceritakan apabila imam mengucapkannya.[11]

Pembacaan Al-Fatihah dan surah-surah lain dalam salat hadir yang membacanya keras dan hadir yang lirih. Hal itu tergantung dai salat yang sedang dijalankan dan urutan rakaat dalam salat. Salat yang melirihkan seluruh bacaannya [termasuk Al-Fatihah dan surah-surah lain] dari awal sampai kesudahan salat, dinamakan Salat Sir [membaca tanpa suara]. Salat Sir contohnya adalah Salat Zuhur dan Salat Ashar dimana seluruh bacaan salat dalam salat itu dilirihkan. Selain salat Sir, terdapat pula salat Jahr, yaitu salat yang membaca dengan suara keras. Salat Jahr contohnya adalah salat Subuh, salat Maghrib, dan salat Isya'. Dalam salat Jahr yang berjamaah, Al-Fatihah dan surah-surah lain dibaca dengan keras oleh imam salat. Sedangkan pada masa itu, makmum tidak diperbolehkan mengikuti bacaan Imam karena mampu mengganggu bacaan Imam dan hanya untuk mendengarkan. Makmum diperbolehkan membaca [dengan lirih] apabila imam tidak mengeraskan suaranya.[11] Sementara dalam Salat Lail, bacaan Al-Fatihah diperbolehkan membaca keras dan diperbolehkan lirih, hal ini seperti yang tertera dalam hadits:

"Rasulullah bersabda, "Wahai Sisa dari pembakaran Bakar, saya telah lewat di depan rumahmu ketika engkau salat Lail dengan bacaan lirih." Sisa dari pembakaran Bakar menjawab, "Wahai Rasulullah, Dzat yang saya bisiki sudah mendengar." Dia bersabda kepada Umar, "Saya telah lewat di depan rumahmu ketika kamu salat Lail dengan bacaan yang keras." Jawabnya, "Wahai Rasulullah, saya membangunkan orang yang terlelap dan mengusir setan." Nabi SAW. bersabda, "Wahai Sisa dari pembakaran Bakar, keraskan sedikit suaramu." Kepada Umar dia bersabda, "Lirihkan sedikit suaramu."[12]

Penutup

Surat Al-Fatihaah ini melengkapi unsur-unsur pokok syari'at Islam, pengahabisan diterangkan perinciannya oleh ayat-ayat Al-Quran yang 113 surat berikutnya.

Persesuaian surat ini dengan surat Al Baqarah dan surat-surat sesudahnya ialah surat Al Fatihah adalah titik-titik pembahasan yang akan diperinci dalam surat Al Baqarah dan surat-surat yang sesudahnya.

Dibahagian kesudahan surat Al Faatihah diceritakan permohonan pelayan agar diberi ajar oleh Tuhan kejalan yang lurus, sedang surat Al Baqarah dimulai dengan penunjukan al Kitaab [Al Quran] yang cukup sempurna sebagai pedoman menuju jalan yang dimaksudkan itu.

Nama Lain

Selain dinamai Al-Fatihah [Pembuka], surah ini sering juga dinamakan Fatihatul Kitab [Pembukaan Kitab], Ummul Kitab [Induk Kitab], Ummul Qur'an [Induk Al-Qur'an], As-Sabu'ul Matsani [Tujuh yang Diulang]. Selain keempat sebutan tersebut, banyak ulama tafsir yang menyebutnya dengan: Ash-Shalah [Arab: الصلاة, Salat], al-Hamd [Arab: الحمد, Pujian], Al-Wafiyah [Arab: الوافية, Yang Sempurna], al-Kanz [Arab: الكنز, Simpanan Yang Tebal], asy-Syafiyah [Yang Menyembuhkan], Asy-Syifa [Arab: الشفاء, Obat], al-Kafiyah [Arab: الكافية, Yang Mencukupi], al-Asas [Pokok], al-Ruqyah [Mantra], asy-Syukru [Syukur], ad-Du'au [Do'a], dan al-Waqiyah [Yang Melindungi dari Kesesatan].[1]

Lihat pula

  • Al-Fatihah dalam beragam bahasa

Catatan kaki

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m "Banyak nama untuk sebutan Surah al-Fatihah", Hidayah, Februari 2009
  2. ^ a b Departemen Agama RI [1987]. hal 3
  3. ^ Hamzah [2003]. hal 47
  4. ^ "Tidak aci salat seseorang jika tidak membaca Al-Fatihah". HR. Bukhari, Muslim, Sisa dari pembakaran Awanah, dan Baihaqi. Baca Irwa' Hadits no. 302
  5. ^ HR. Muslim dan Sisa dari pembakaran 'Awanah
  6. ^ HR. Sisa dari pembakaran Dawud, Ibnu Khuzaimah, Hakim, Thabarani, dan Ibnu Hibban. Disahkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi. Baca Al-Irwa' Hadits no. 303
  7. ^ HR. Ibnu Majah dengan sanad shahih. Baca Al-Irwa' Hadits no.506
  8. ^ HR. Sisa dari pembakaran Dawud dan dan Sahmi, disahkan oleh Hakim dan disetujui oleh Dzahabi. Baca Al-Irwa' Hadits no. 343. Diriwayatkan pula oleh 'Amr ad-Dani dalam Kitab Muktafa 5/2.
  9. ^ HR. Tamam ar-Razi dalam Al-Fawaaid, Ibnu Sisa dari pembakaran Dawud dalam Al-Mushahif 7/2, Sisa dari pembakaran Nu'aim dalam Akhbaari Asbahan 1/104, dan Hakim, disahkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi.
  10. ^ HR. Bukhari dan Sisa dari pembakaran Dawud dengan sanad sahih.
  11. ^ a b Muhammad Nashrudin Al-Albani. Sifat Salat Nabi. 2000. Yogyakarta: Media Hidayah
  12. ^ HR. Sisa dari pembakaran Dawud dan Hakim, disahkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi.

Referensi

  • Al-Qur'an dan Terjemahannya [1978]. Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia
  • Hamzah, Muchotob [2003]. Studi Al-Qur'an Komprehensif. Yogyakarta: Gama Media ISBN 979-95526-1-3

Tautan luar

  • [Inggris] Surah Al-Fatihah MP3
Surah Sebelumnya:
Al-Qur'anSurah Berikutnya:
Surah Al-Baqarah
Surah 1
Sumber :

wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ilmu-pendidikan.com, p2k.nomor.net, dan sebagainya.

Page 7

al-Fatihah
الفاتحة
InformasiStatistik

 
 

Ayah 1 s.d. Ayah 7

GunaPembukaan
Nama lainFatihatul Kitab[1], Ummul Qur'an, Ummul Kitab, as-Sab'ul Masani[2], al-Kanz[1], al-Wafiyah[1], al-Kafiyah[1], al-Asas[1], asy-Syafiyah[3], al-Hamd[1], as-Shalah[1], al-Ruqyah[1], asy-Syukru[1], ad-Du'au[1], asy-Syifa[1], al-Waqiyah[1]
KlasifikasiMakkiyah
Madaniyah[2]
Surah ke1
JuzJuz 1
Jumlah ruku'1 ruku
Jumlah ayat7 ayat
Jumlah kata25 kata
Jumlah huruf113 huruf

Mushaf Surah al-Fatihah

Surah Al-Fatihah [Arab: الفاتح , al-Fātihah, "Pembukaan"] adalah surah pertama dalam al-Qur'an. Surah ini diturunkan di Mekah dan terdiri dari 7 ayat. Al-Fatihah adalah surah yang pertama-tama diturunkan dengan lengkap di selang surah-surah yang hadir dalam Al-Qur'an. Surah ini dinamakan Al-Fatihah [Pembukaan], karena dengan surah inilah dibuka dan dimulainya Al-Quran. Dinamakan Ummul Qur'an [induk Al-Quran/أمّ القرءان] atau Ummul Kitab [induk Al-Kitab/أمّ الكتاب] karena dia adalah induk dari semua isi Al-Quran. Dinamakan pula As Sab'ul matsaany [tujuh yang berulang-ulang/السبع المثاني] karena jumlah ayatnya yang tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam salat.

Unsur Pokok

Keimanan

Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa terdapat dalam ayat 2, dimana dinyatakan dengan tegas bahwa segala puji dan ucapan syukur atas suatu nikmat itu untuk Allah, karena Allah adalah Pencipta dan sumber segala nikmat yang terdapat dalam alam ini. Di selang nikmat itu ialah : nikmat menciptakan, nikmat mendidik dan menumbuhkan, sebab kata Rabb [ربّ] dalam kalimat Rabbul-'aalamiin [ربّ العالمين] tidak hanya berfaedah Tuhan atau Penguasa, tetapi juga mengandung guna tarbiyah [التربية] yaitu mendidik dan menumbuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa segala nikmat yang diamankan oleh seseorang dalam dirinya sendiri dan dalam segala alam ini berasal dari Allah, karena Tuhan-lah Yang Maha Berkuasa di alam ini. Pendidikan, penjagaan dan Penumbuhan oleh Allah di alam ini haruslah diperhatikan dan dipikirkan oleh manusia sedalam-dalamnya, sehingga menjadi sumber pelbagai macam ilmu pengetahuan yang mampu menambah keyakinan manusia kepada keagungan dan kemuliaan Allah, serta berjasa untuk penduduk. Oleh karena keimanan [ketauhidan] itu adalah masalah yang pokok, maka di dalam surat Al-Faatihah tidak cukup dinyatakan dengan isyarat saja, tetapi ditegaskan dan dilengkapi oleh ayat 5, yaitu : Iyyaaka na'budu wa iyyaka nasta'iin/إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِين [hanya kepada Engkau-lah kami menyembah, dan hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan]. Janji memberi pahala terhadap afal yang baik dan ancaman terhadap afal yang buruk.

Yang dimaksud dengan Yang Menguasai Hari Pembalasan ialah pada hari itu Allah-lah yang berkuasa, segala sesuatu tunduk kepada kebesaran-Nya sambil mengharap nikmat dan takut kepada siksaan-Nya. Hal ini mengandung guna janji untuk memberi pahala terhadap afal yang baik dan ancaman terhadap afal yang buruk. Ibadat yang terdapat pada ayat 5 semata-mata ditujukan kepada Allah.

Hukum-hukum

Jalan kebahagiaan dan bagaimana seharusnya menempuh jalan itu untuk memperoleh kebahagiaan alam dan alam baka. Maksud "Hidayah" disini ialah hidayah yang menjadi sebab mampunya keselamatan, kebahagiaan alam dan alam baka, baik yang tentang keyakinan maupun budi pekerti, hukum-hukum dan pelajaran. .

Kisah-kisah

Kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang Allah. Sebahagian mulia dari ayat-ayat Al -Quran memuat kisah-kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang. Yang dimaksud dengan orang yang diberi nikmat dalam ayat ini, ialah para Nabi, para shiddieqiin/صدّيقين [orang-orang yang sungguh-sungguh beriman], syuhadaa'/شهداء [orang-orang yang mati syahid], shaalihiin/صالحين [orang-orang yang saleh]. Orang-orang yang dimurkai dan orang-orang yang sesat, ialah golongan yang menyimpang dari nasihat Islam.

Perincian dari yang telah diceritakan diatas terdapat dalam ayat-ayat Al Quran pada surat-surat lainnya.

Al-Fatihah

Al-Fatihah adalah satu-satunya surah yang dipandang penting dalam salat. Salat dianggap tidak aci apabila pembacanya tidak membaca surah ini.[4] Dalam hadits dinyatakan bahwa salat yang tidak disertai al-Fatihah adalah salat yang "buntung" dan "tidak sempurna".[5] Walau begitu, hal tersebut tidak berjalan untuk orang yang tidak hafal Al-Fatihah. Dalam hadits lain diceritakan bahwa orang yang tidak hafal Al-Fatihah diperintahkan membaca:

"Maha Suci Allah, segala puji milik Allah, tidak hadir tuhan kecuali Allah, Allah Maha Besar, tidak hadir kekuatan dan kekuatan kecuali karena bantuan Allah."[6]

Dalam pelaksanaan salat, Al-Fatihah dibaca setelah pembacaan Doa Iftitah dan dilanjutkan dengan "Amin" dan pengahabisan membaca ayat atau surah al-Qur'an [pada rakaa'at tertentu]. Al-Fatihah yang dibaca pada rakaat pertama dan kedua dalam salat, harus diikuti dengan ayat atau surah lain al-Qur'an. Sedangkan pada rakaat ketiga sampai keempat, hanya Al-Fatihah saja yang dibaca.[7]

Diceritakan bahwa pembacaan Al-Fatihah seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad adalah dengan memberi henti pada setiap ayat sampai habis membacanya[8], misal:

Bismillāhir rahmānir rahīm [jeda] Alhamdu lillāhi rabbil ʿālamīn [jeda] Arrahmānir rahīm [jeda] Māliki yaumiddīn [jeda] dst-nya.

Selain itu, kadang bacaan Nabi Muhammad pada ayat Maliki yaumiddīn dengan ma pendek dibaca Māliki yaumiddīn dengan ma panjang.[9]

Dalam salat, Al-Fatihah kebanyakan diakhiri dengan kata "Amin". "Amin" dalam salat Jahr kebanyakan didahului oleh imam dan pengahabisan disertai oleh makmum. Pembacaan "Amin" diharuskan dengan suara keras dan panjang.[10] Dalam hadits diceritakan bahwa makmum harus mengucapkan "amin" karena malaikat juga mengucapkannya, sedangkan argumen lain mengatakan bahwa "amin" diceritakan apabila imam mengucapkannya.[11]

Pembacaan Al-Fatihah dan surah-surah lain dalam salat hadir yang membacanya keras dan hadir yang lirih. Hal itu tergantung dai salat yang sedang dijalankan dan urutan rakaat dalam salat. Salat yang melirihkan seluruh bacaannya [termasuk Al-Fatihah dan surah-surah lain] dari awal sampai kesudahan salat, dinamakan Salat Sir [membaca tanpa suara]. Salat Sir contohnya adalah Salat Zuhur dan Salat Ashar dimana seluruh bacaan salat dalam salat itu dilirihkan. Selain salat Sir, terdapat pula salat Jahr, yaitu salat yang membaca dengan suara keras. Salat Jahr contohnya adalah salat Subuh, salat Maghrib, dan salat Isya'. Dalam salat Jahr yang berjamaah, Al-Fatihah dan surah-surah lain dibaca dengan keras oleh imam salat. Sedangkan pada masa itu, makmum tidak diperbolehkan mengikuti bacaan Imam karena mampu mengganggu bacaan Imam dan hanya untuk mendengarkan. Makmum diperbolehkan membaca [dengan lirih] apabila imam tidak mengeraskan suaranya.[11] Sementara dalam Salat Lail, bacaan Al-Fatihah diperbolehkan membaca keras dan diperbolehkan lirih, hal ini seperti yang tertera dalam hadits:

"Rasulullah bersabda, "Wahai Sisa dari pembakaran Bakar, saya telah lewat di depan rumahmu ketika engkau salat Lail dengan bacaan lirih." Sisa dari pembakaran Bakar menjawab, "Wahai Rasulullah, Dzat yang saya bisiki sudah mendengar." Dia bersabda kepada Umar, "Saya telah lewat di depan rumahmu ketika kamu salat Lail dengan bacaan yang keras." Jawabnya, "Wahai Rasulullah, saya membangunkan orang yang terlelap dan mengusir setan." Nabi SAW. bersabda, "Wahai Sisa dari pembakaran Bakar, keraskan sedikit suaramu." Kepada Umar dia bersabda, "Lirihkan sedikit suaramu."[12]

Penutup

Surat Al-Fatihaah ini melengkapi unsur-unsur pokok syari'at Islam, pengahabisan diterangkan perinciannya oleh ayat-ayat Al-Quran yang 113 surat berikutnya.

Persesuaian surat ini dengan surat Al Baqarah dan surat-surat sesudahnya ialah surat Al Fatihah adalah titik-titik pembahasan yang akan diperinci dalam surat Al Baqarah dan surat-surat yang sesudahnya.

Dibahagian kesudahan surat Al Faatihah diceritakan permohonan pelayan agar diberi ajar oleh Tuhan kejalan yang lurus, sedang surat Al Baqarah dimulai dengan penunjukan al Kitaab [Al Quran] yang cukup sempurna sebagai pedoman menuju jalan yang dimaksudkan itu.

Nama Lain

Selain dinamai Al-Fatihah [Pembuka], surah ini sering juga dinamakan Fatihatul Kitab [Pembukaan Kitab], Ummul Kitab [Induk Kitab], Ummul Qur'an [Induk Al-Qur'an], As-Sabu'ul Matsani [Tujuh yang Diulang]. Selain keempat sebutan tersebut, banyak ulama tafsir yang menyebutnya dengan: Ash-Shalah [Arab: الصلاة, Salat], al-Hamd [Arab: الحمد, Pujian], Al-Wafiyah [Arab: الوافية, Yang Sempurna], al-Kanz [Arab: الكنز, Simpanan Yang Tebal], asy-Syafiyah [Yang Menyembuhkan], Asy-Syifa [Arab: الشفاء, Obat], al-Kafiyah [Arab: الكافية, Yang Mencukupi], al-Asas [Pokok], al-Ruqyah [Mantra], asy-Syukru [Syukur], ad-Du'au [Do'a], dan al-Waqiyah [Yang Melindungi dari Kesesatan].[1]

Lihat pula

  • Al-Fatihah dalam beragam bahasa

Catatan kaki

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m "Banyak nama untuk sebutan Surah al-Fatihah", Hidayah, Februari 2009
  2. ^ a b Departemen Agama RI [1987]. hal 3
  3. ^ Hamzah [2003]. hal 47
  4. ^ "Tidak aci salat seseorang jika tidak membaca Al-Fatihah". HR. Bukhari, Muslim, Sisa dari pembakaran Awanah, dan Baihaqi. Baca Irwa' Hadits no. 302
  5. ^ HR. Muslim dan Sisa dari pembakaran 'Awanah
  6. ^ HR. Sisa dari pembakaran Dawud, Ibnu Khuzaimah, Hakim, Thabarani, dan Ibnu Hibban. Disahkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi. Baca Al-Irwa' Hadits no. 303
  7. ^ HR. Ibnu Majah dengan sanad shahih. Baca Al-Irwa' Hadits no.506
  8. ^ HR. Sisa dari pembakaran Dawud dan dan Sahmi, disahkan oleh Hakim dan disetujui oleh Dzahabi. Baca Al-Irwa' Hadits no. 343. Diriwayatkan pula oleh 'Amr ad-Dani dalam Kitab Muktafa 5/2.
  9. ^ HR. Tamam ar-Razi dalam Al-Fawaaid, Ibnu Sisa dari pembakaran Dawud dalam Al-Mushahif 7/2, Sisa dari pembakaran Nu'aim dalam Akhbaari Asbahan 1/104, dan Hakim, disahkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi.
  10. ^ HR. Bukhari dan Sisa dari pembakaran Dawud dengan sanad sahih.
  11. ^ a b Muhammad Nashrudin Al-Albani. Sifat Salat Nabi. 2000. Yogyakarta: Media Hidayah
  12. ^ HR. Sisa dari pembakaran Dawud dan Hakim, disahkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi.

Referensi

  • Al-Qur'an dan Terjemahannya [1978]. Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia
  • Hamzah, Muchotob [2003]. Studi Al-Qur'an Komprehensif. Yogyakarta: Gama Media ISBN 979-95526-1-3

Tautan luar

  • [Inggris] Surah Al-Fatihah MP3
Surah Sebelumnya:
Al-Qur'anSurah Berikutnya:
Surah Al-Baqarah
Surah 1
Sumber :

wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ilmu-pendidikan.com, p2k.nomor.net, dan sebagainya.

Page 8

al-Fatihah
الفاتحة
InformasiStatistik

 
 

Ayah 1 s.d. Ayah 7

GunaPembukaan
Nama lainFatihatul Kitab[1], Ummul Qur'an, Ummul Kitab, as-Sab'ul Masani[2], al-Kanz[1], al-Wafiyah[1], al-Kafiyah[1], al-Asas[1], asy-Syafiyah[3], al-Hamd[1], as-Shalah[1], al-Ruqyah[1], asy-Syukru[1], ad-Du'au[1], asy-Syifa[1], al-Waqiyah[1]
KlasifikasiMakkiyah
Madaniyah[2]
Surah ke1
JuzJuz 1
Banyak ruku'1 ruku
Banyak ayat7 ayat
Banyak kata25 kata
Banyak huruf113 huruf

Mushaf Surah al-Fatihah

Surah Al-Fatihah [Arab: الفاتح , al-Fātihah, "Pembukaan"] adalah surah pertama dalam al-Qur'an. Surah ini diturunkan di Mekah dan terdiri dari 7 ayat. Al-Fatihah adalah surah yang pertama-tama diturunkan dengan lengkap di selang surah-surah yang hadir dalam Al-Qur'an. Surah ini dinamakan Al-Fatihah [Pembukaan], karena dengan surah inilah dibuka dan dimulainya Al-Quran. Dinamakan Ummul Qur'an [induk Al-Quran/أمّ القرءان] atau Ummul Kitab [induk Al-Kitab/أمّ الكتاب] karena dia adalah induk dari semua pokok Al-Quran. Dinamakan pula As Sab'ul matsaany [tujuh yang berulang-ulang/السبع المثاني] karena banyak ayatnya yang tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam salat.

Unsur Pokok

Keimanan

Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa terdapat dalam ayat 2, dimana dinyatakan dengan tegas bahwa segala puji dan ucapan syukur atas suatu nikmat itu untuk Allah, karena Allah adalah Pencipta dan sumber segala nikmat yang terdapat dalam alam ini. Di selang nikmat itu ialah : nikmat menciptakan, nikmat mendidik dan menumbuhkan, karena kata Rabb [ربّ] dalam kalimat Rabbul-'aalamiin [ربّ العالمين] tidak hanya berfaedah Tuhan atau Penguasa, tetapi juga mengandung guna tarbiyah [التربية] yaitu mendidik dan menumbuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa segala nikmat yang diamankan oleh seseorang dalam dirinya sendiri dan dalam segala alam ini berasal dari Allah, karena Tuhan-lah Yang Maha Berkuasa di alam ini. Pendidikan, penjagaan dan Penumbuhan oleh Allah di alam ini haruslah diamati dan dipikirkan oleh manusia sedalam-dalamnya, sehingga menjadi sumber pelbagai jenis ilmu ilmu yang bisa menambah keyakinan manusia kepada keagungan dan kemuliaan Allah, serta bermanfaat untuk penduduk. Oleh karena keimanan [ketauhidan] itu adalah masalah yang pokok, karenanya di dalam surat Al-Faatihah tidak cukup dinyatakan dengan isyarat saja, tetapi ditegaskan dan dilengkapi oleh ayat 5, yaitu : Iyyaaka na'budu wa iyyaka nasta'iin/إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِين [hanya kepada Engkau-lah kami menyembah, dan hanya kepada Engkau-lah kami mohon pertolongan]. Janji memberi pahala terhadap afal yang adil dan ancaman terhadap afal yang buruk.

Yang dimaksud dengan Yang Menguasai Hari Pembalasan ialah pada hari itu Allah-lah yang berkuasa, segala sesuatu tunduk kepada kebesaran-Nya sambil mengharap nikmat dan takut kepada siksaan-Nya. Hal ini mengandung guna janji sebagai memberi pahala terhadap afal yang adil dan ancaman terhadap afal yang buruk. Ibadat yang terdapat pada ayat 5 semata-mata ditujukan kepada Allah.

Hukum-hukum

Jalan kebahagiaan dan bagaimana seharusnya menempuh jalan itu sebagai memperoleh kebahagiaan alam dan alam baka. Maksud "Hidayah" disini ialah hidayah yang menjadi karena bisanya keselamatan, kebahagiaan alam dan alam baka, adil yang tentang keyakinan maupun budi pekerti, hukum-hukum dan pelajaran. .

Kisah-kisah

Kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang Allah. Sebahagian mulia dari ayat-ayat Al -Quran berisi kisah-kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang menentang. Yang dimaksud dengan orang yang diberi nikmat dalam ayat ini, ialah para Nabi, para shiddieqiin/صدّيقين [orang-orang yang sungguh-sungguh beriman], syuhadaa'/شهداء [orang-orang yang mati syahid], shaalihiin/صالحين [orang-orang yang saleh]. Orang-orang yang dimurkai dan orang-orang yang sesat, ialah golongan yang menyimpang dari nasihat Islam.

Perincian dari yang telah diceritakan diatas terdapat dalam ayat-ayat Al Quran pada surat-surat lainnya.

Al-Fatihah

Al-Fatihah adalah satu-satunya surah yang dipandang penting dalam salat. Salat diasumsikan tidak aci apabila pembacanya tidak membaca surah ini.[4] Dalam hadits dinyatakan bahwa salat yang tidak didampingi al-Fatihah adalah salat yang "buntung" dan "tidak sempurna".[5] Walau begitu, hal tersebut tidak berlaku untuk orang yang tidak hafal Al-Fatihah. Dalam hadits lain diceritakan bahwa orang yang tidak hafal Al-Fatihah diperintahkan membaca:

"Maha Suci Allah, segala puji milik Allah, tidak hadir tuhan kecuali Allah, Allah Maha Besar, tidak hadir kekuatan dan kekuatan kecuali karena bantuan Allah."[6]

Dalam pelaksanaan salat, Al-Fatihah dibaca setelah pembacaan Doa Iftitah dan dilanjutkan dengan "Amin" dan pengahabisan membaca ayat atau surah al-Qur'an [pada rakaa'at tertentu]. Al-Fatihah yang dibaca pada rakaat pertama dan kedua dalam salat, mesti diikuti dengan ayat atau surah lain al-Qur'an. Sedangkan pada rakaat ketiga sampai keempat, hanya Al-Fatihah saja yang dibaca.[7]

Diceritakan bahwa pembacaan Al-Fatihah seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad adalah dengan memberi henti pada setiap ayat sampai habis membacanya[8], misal:

Bismillāhir rahmānir rahīm [jeda] Alhamdu lillāhi rabbil ʿālamīn [jeda] Arrahmānir rahīm [jeda] Māliki yaumiddīn [jeda] dst-nya.

Selain itu, kadang bacaan Nabi Muhammad pada ayat Maliki yaumiddīn dengan ma pendek dibaca Māliki yaumiddīn dengan ma panjang.[9]

Dalam salat, Al-Fatihah kebanyakan diakhiri dengan kata "Amin". "Amin" dalam salat Jahr kebanyakan didahului oleh imam dan pengahabisan didampingi oleh makmum. Pembacaan "Amin" diharuskan dengan suara keras dan panjang.[10] Dalam hadits diceritakan bahwa makmum mesti mengucapkan "amin" karena malaikat juga mengucapkannya, sedangkan argumen lain mengatakan bahwa "amin" diceritakan apabila imam mengucapkannya.[11]

Pembacaan Al-Fatihah dan surah-surah lain dalam salat hadir yang membacanya keras dan hadir yang lirih. Hal itu tergantung dai salat yang sedang dijalankan dan urutan rakaat dalam salat. Salat yang melirihkan seluruh bacaannya [termasuk Al-Fatihah dan surah-surah lain] dari awal sampai kesudahan salat, dinamakan Salat Sir [membaca tanpa suara]. Salat Sir misalnya adalah Salat Zuhur dan Salat Ashar dimana seluruh bacaan salat dalam salat itu dilirihkan. Selain salat Sir, terdapat pula salat Jahr, yaitu salat yang membaca dengan suara keras. Salat Jahr misalnya adalah salat Subuh, salat Maghrib, dan salat Isya'. Dalam salat Jahr yang berjamaah, Al-Fatihah dan surah-surah lain dibaca dengan keras oleh imam salat. Sedangkan pada masa itu, makmum tidak diperbolehkan mengikuti bacaan Imam karena bisa mengganggu bacaan Imam dan hanya sebagai mendengarkan. Makmum diperbolehkan membaca [dengan lirih] apabila imam tidak mengeraskan suaranya.[11] Sementara dalam Salat Lail, bacaan Al-Fatihah diperbolehkan membaca keras dan diperbolehkan lirih, hal ini seperti yang tertera dalam hadits:

"Rasulullah bersabda, "Wahai Sisa dari pembakaran Bakar, saya telah lewat di depan rumahmu ketika engkau salat Lail dengan bacaan lirih." Sisa dari pembakaran Bakar menjawab, "Wahai Rasulullah, Dzat yang saya bisiki sudah mendengar." Dia bersabda kepada Umar, "Saya telah lewat di depan rumahmu ketika kamu salat Lail dengan bacaan yang keras." Jawabnya, "Wahai Rasulullah, saya membangunkan orang yang terlelap dan mengusir setan." Nabi SAW. bersabda, "Wahai Sisa dari pembakaran Bakar, keraskan sedikit suaramu." Kepada Umar dia bersabda, "Lirihkan sedikit suaramu."[12]

Penutup

Surat Al-Fatihaah ini melengkapi unsur-unsur pokok syari'at Islam, pengahabisan diterangkan perinciannya oleh ayat-ayat Al-Quran yang 113 surat berikutnya.

Persesuaian surat ini dengan surat Al Baqarah dan surat-surat sesudahnya ialah surat Al Fatihah adalah titik-titik pembahasan yang akan diperinci dalam surat Al Baqarah dan surat-surat yang sesudahnya.

Dibahagian kesudahan surat Al Faatihah diceritakan permohonan pelayan agar diberi ajar oleh Tuhan kejalan yang lurus, sedang surat Al Baqarah dimulai dengan penunjukan al Kitaab [Al Quran] yang cukup sempurna sebagai pedoman menuju jalan yang dimaksudkan itu.

Nama Lain

Selain dinamai Al-Fatihah [Pembuka], surah ini sering juga dinamakan Fatihatul Kitab [Pembukaan Kitab], Ummul Kitab [Induk Kitab], Ummul Qur'an [Induk Al-Qur'an], As-Sabu'ul Matsani [Tujuh yang Diulang]. Selain keempat sebutan tersebut, banyak ulama tafsir yang menyebutnya dengan: Ash-Shalah [Arab: الصلاة, Salat], al-Hamd [Arab: الحمد, Pujian], Al-Wafiyah [Arab: الوافية, Yang Sempurna], al-Kanz [Arab: الكنز, Simpanan Yang Tebal], asy-Syafiyah [Yang Menyembuhkan], Asy-Syifa [Arab: الشفاء, Obat], al-Kafiyah [Arab: الكافية, Yang Mencukupi], al-Asas [Pokok], al-Ruqyah [Mantra], asy-Syukru [Syukur], ad-Du'au [Do'a], dan al-Waqiyah [Yang Melindungi dari Kesesatan].[1]

Lihat juga

  • Al-Fatihah dalam beragam bahasa

Catatan kaki

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m "Banyak nama sebagai sebutan Surah al-Fatihah", Hidayah, Februari 2009
  2. ^ a b Departemen Agama RI [1987]. hal 3
  3. ^ Hamzah [2003]. hal 47
  4. ^ "Tidak aci salat seseorang jika tidak membaca Al-Fatihah". HR. Bukhari, Muslim, Sisa dari pembakaran Awanah, dan Baihaqi. Baca Irwa' Hadits no. 302
  5. ^ HR. Muslim dan Sisa dari pembakaran 'Awanah
  6. ^ HR. Sisa dari pembakaran Dawud, Ibnu Khuzaimah, Hakim, Thabarani, dan Ibnu Hibban. Disahkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi. Baca Al-Irwa' Hadits no. 303
  7. ^ HR. Ibnu Majah dengan sanad shahih. Baca Al-Irwa' Hadits no.506
  8. ^ HR. Sisa dari pembakaran Dawud dan dan Sahmi, disahkan oleh Hakim dan disetujui oleh Dzahabi. Baca Al-Irwa' Hadits no. 343. Diriwayatkan pula oleh 'Amr ad-Dani dalam Kitab Muktafa 5/2.
  9. ^ HR. Tamam ar-Razi dalam Al-Fawaaid, Ibnu Sisa dari pembakaran Dawud dalam Al-Mushahif 7/2, Sisa dari pembakaran Nu'aim dalam Akhbaari Asbahan 1/104, dan Hakim, disahkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi.
  10. ^ HR. Bukhari dan Sisa dari pembakaran Dawud dengan sanad sahih.
  11. ^ a b Muhammad Nashrudin Al-Albani. Sifat Salat Nabi. 2000. Yogyakarta: Media Hidayah
  12. ^ HR. Sisa dari pembakaran Dawud dan Hakim, disahkan oleh Hakim dan disetujui Dzahabi.

Referensi

  • Al-Qur'an dan Terjemahannya [1978]. Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia
  • Hamzah, Muchotob [2003]. Studi Al-Qur'an Komprehensif. Yogyakarta: Gama Media ISBN 979-95526-1-3

Pranala luar

  • [Inggris] Surah Al-Fatihah MP3
Surah Sebelumnya:
Al-Qur'anSurah Berikutnya:
Surah Al-Baqarah
Surah 1
Sumber :

wiki.edunitas.com, id.wikipedia.org, ilmu-pendidikan.com, p2k.nomor.net, dan sebagainya.

Page 9

Surah Al-Falaq adalah surah ke-113 dalam Al-Qur'an. Nama Al-Falaq diambil dari kata Al-Falaq yang terdapat pada ayat pertama surah ini yang manfaatnya waktu subuh. Surat ini tergolong surah Makkiyah.

Pokok-pokok isinya

Perintah supaya kita berlindung kepada Allah SWT dari segala jenis kejahatan

Bacaan

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

  1. قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ
  2. مِن شَرِّ مَا خَلَقَ
  3. وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ
  4. وَمِن شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ
  5. وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ

Artinya:

  1. Katakanlah: "Aku berlindung kepada TuhanYang Menguasai subuh,
  2. dari kejahatan makhluk-Nya,
  3. dan dari kejahatan malam apabila telah gelapgulita,
  4. dan dari kejahatan wanita-wanita tukangsihir yang menghembus pada buhul-buhul,
  5. dan dari kejahatan orang yang dengki apabilaia dengki".

Keutamaan Surah Al-Falaq

Aisyah menerangkan: bahwa Rasulullah s.a.w. pada setiap malam apabila akan tidur, Beliau membaca Surat Al-Ikhlas, Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas, ditiupkan pada kedua telapak tangan selanjutnya disapukan ke seluruh tubuh dan kepala.

Sayyidiah' Ali r.a. menerangkan: pernah Rasulullah s.a.w. digigit saat, selanjutnya Beliau mengambil cairan garam. Dibacakan Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas laludisapukan pada anggota badan yang digigit saat tadi.

'Uqbah bin' Amir menerangkan, ketika saya sesat jalan dalam suatu perjalanan bersama dengan Rasulullah s.a.w., Beliau membaca Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas dan akupun disuruh Beliau juga bagi membacanya.

Benda/barang siapa terkena penyakit karena afal syaitan atau manusia, hendaklah membaca Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas sebanyak 41 kali selama 3 hari, 5 hari atau 7 hari berturuh-turut.

Benda/barang siapa yang takut akan godaan syaitan atau manusia atau takut dalam kegelapan malam, atau takut kejahatan manusia, bacalah Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas sebanyak 100 kali.

Hubungan Surat Al Falaq dengan Surat An Naas

  1. Kedua-duanya sama-sama mengajarkan kepada manusia, hanya kepada Allah-lah menyerahkan perlindungan diri dari segala kejahatan.
  2. Surat Al Falaq memerintahkan bagi memohon perlindungan dari segala wujud kejahatan, sedang Surat An Naas memerintahkan bagi memohon perlindungan dari jin dan manusia.

Referensi

  1. ^ Departemen Agama RI.2007.Al-Qur'an dan Terjemahannya Al-Jumanatul 'Ali Seuntai Mutiara Yang Maha Luhur.Bandung:J-Art
Sumber :

id.wikipedia.org, buku.us, p2k.pahlawan.web.id, wiki.edunitas.com, dan lain sebagainya.

Page 10

Surah Al-Falaq adalah surah ke-113 dalam Al-Qur'an. Nama Al-Falaq diambil dari kata Al-Falaq yang terdapat pada ayat pertama surah ini yang manfaatnya waktu subuh. Surat ini tergolong surah Makkiyah.

Pokok-pokok isinya

Perintah supaya kita berlindung kepada Allah SWT dari segala jenis kejahatan

Bacaan

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

  1. قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ
  2. مِن شَرِّ مَا خَلَقَ
  3. وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ
  4. وَمِن شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ
  5. وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ

Artinya:

  1. Katakanlah: "Aku berlindung kepada TuhanYang Menguasai subuh,
  2. dari kejahatan makhluk-Nya,
  3. dan dari kejahatan malam apabila telah gelapgulita,
  4. dan dari kejahatan wanita-wanita tukangsihir yang menghembus pada buhul-buhul,
  5. dan dari kejahatan orang yang dengki apabilaia dengki".

Keutamaan Surah Al-Falaq

Aisyah menerangkan: bahwa Rasulullah s.a.w. pada setiap malam apabila akan tidur, Beliau membaca Surat Al-Ikhlas, Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas, ditiupkan pada kedua telapak tangan selanjutnya disapukan ke seluruh tubuh dan kepala.

Sayyidiah' Ali r.a. menerangkan: pernah Rasulullah s.a.w. digigit saat, selanjutnya Beliau mengambil cairan garam. Dibacakan Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas laludisapukan pada anggota badan yang digigit saat tadi.

'Uqbah bin' Amir menerangkan, ketika saya sesat jalan dalam suatu perjalanan bersama dengan Rasulullah s.a.w., Beliau membaca Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas dan akupun disuruh Beliau juga bagi membacanya.

Benda/barang siapa terkena penyakit karena afal syaitan atau manusia, hendaklah membaca Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas sebanyak 41 kali selama 3 hari, 5 hari atau 7 hari berturuh-turut.

Benda/barang siapa yang takut akan godaan syaitan atau manusia atau takut dalam kegelapan malam, atau takut kejahatan manusia, bacalah Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas sebanyak 100 kali.

Hubungan Surat Al Falaq dengan Surat An Naas

  1. Kedua-duanya sama-sama mengajarkan kepada manusia, hanya kepada Allah-lah menyerahkan perlindungan diri dari segala kejahatan.
  2. Surat Al Falaq memerintahkan bagi memohon perlindungan dari segala wujud kejahatan, sedang Surat An Naas memerintahkan bagi memohon perlindungan dari jin dan manusia.

Referensi

  1. ^ Departemen Agama RI.2007.Al-Qur'an dan Terjemahannya Al-Jumanatul 'Ali Seuntai Mutiara Yang Maha Luhur.Bandung:J-Art
Sumber :

id.wikipedia.org, buku.us, p2k.pahlawan.web.id, wiki.edunitas.com, dan lain sebagainya.

Page 11

Surah Al-Falaq adalah surah ke-113 dalam Al-Qur'an. Nama Al-Falaq diambil dari kata Al-Falaq yang terdapat pada ayat pertama surah ini yang manfaatnya waktu subuh. Surat ini tergolong surah Makkiyah.

Pokok-pokok isinya

Perintah supaya kita berlindung kepada Allah SWT dari segala jenis kejahatan

Bacaan

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

  1. قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ
  2. مِن شَرِّ مَا خَلَقَ
  3. وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ
  4. وَمِن شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ
  5. وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ

Artinya:

  1. Katakanlah: "Aku berlindung kepada TuhanYang Menguasai subuh,
  2. dari kejahatan makhluk-Nya,
  3. dan dari kejahatan malam apabila telah gelapgulita,
  4. dan dari kejahatan wanita-wanita tukangsihir yang menghembus pada buhul-buhul,
  5. dan dari kejahatan orang yang dengki apabilaia dengki".

Keutamaan Surah Al-Falaq

Aisyah menerangkan: bahwa Rasulullah s.a.w. pada setiap malam apabila akan tidur, Beliau membaca Surat Al-Ikhlas, Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas, ditiupkan pada kedua telapak tangan selanjutnya disapukan ke seluruh tubuh dan kepala.

Sayyidiah' Ali r.a. menerangkan: pernah Rasulullah s.a.w. digigit masa, selanjutnya Beliau mengambil cairan garam. Dibacakan Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas laludisapukan pada anggota badan yang digigit masa tadi.

'Uqbah bin' Amir menerangkan, ketika saya sesat jalan dalam suatu perjalanan bersama dengan Rasulullah s.a.w., Beliau membaca Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas dan akupun disuruh Beliau juga bagi membacanya.

Benda/barang siapa terkena penyakit karena afal syaitan atau manusia, hendaklah membaca Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas sebanyak 41 kali selama 3 hari, 5 hari atau 7 hari berturuh-turut.

Benda/barang siapa yang takut akan godaan syaitan atau manusia atau takut dalam kegelapan malam, atau takut kejahatan manusia, bacalah Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas sebanyak 100 kali.

Hubungan Surat Al Falaq dengan Surat An Naas

  1. Kedua-duanya sama-sama mengajarkan kepada manusia, hanya kepada Allah-lah menyerahkan perlindungan diri dari segala kejahatan.
  2. Surat Al Falaq memerintahkan bagi memohon perlindungan dari segala wujud kejahatan, sedang Surat An Naas memerintahkan bagi memohon perlindungan dari jin dan manusia.

Referensi

  1. ^ Departemen Agama RI.2007.Al-Qur'an dan Terjemahannya Al-Jumanatul 'Ali Seuntai Mutiara Yang Maha Luhur.Bandung:J-Art
Sumber :

id.wikipedia.org, buku.us, p2k.pahlawan.web.id, wiki.edunitas.com, dan lain sebagainya.

Page 12

Surah Al-Falaq adalah surah ke-113 dalam Al-Qur'an. Nama Al-Falaq diambil dari kata Al-Falaq yang terdapat pada ayat pertama surah ini yang manfaatnya waktu subuh. Surat ini tergolong surah Makkiyah.

Pokok-pokok isinya

Perintah supaya kita berlindung kepada Allah SWT dari segala jenis kejahatan

Bacaan

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

  1. قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ
  2. مِن شَرِّ مَا خَلَقَ
  3. وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ
  4. وَمِن شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ
  5. وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ

Artinya:

  1. Katakanlah: "Aku berlindung kepada TuhanYang Menguasai subuh,
  2. dari kejahatan makhluk-Nya,
  3. dan dari kejahatan malam apabila telah gelapgulita,
  4. dan dari kejahatan wanita-wanita tukangsihir yang menghembus pada buhul-buhul,
  5. dan dari kejahatan orang yang dengki apabilaia dengki".

Keutamaan Surah Al-Falaq

Aisyah menerangkan: bahwa Rasulullah s.a.w. pada setiap malam apabila akan tidur, Beliau membaca Surat Al-Ikhlas, Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas, ditiupkan pada kedua telapak tangan selanjutnya disapukan ke seluruh tubuh dan kepala.

Sayyidiah' Ali r.a. menerangkan: pernah Rasulullah s.a.w. digigit masa, selanjutnya Beliau mengambil cairan garam. Dibacakan Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas laludisapukan pada anggota badan yang digigit masa tadi.

'Uqbah bin' Amir menerangkan, ketika saya sesat jalan dalam suatu perjalanan bersama dengan Rasulullah s.a.w., Beliau membaca Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas dan akupun disuruh Beliau juga bagi membacanya.

Benda/barang siapa terkena penyakit karena afal syaitan atau manusia, hendaklah membaca Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas sebanyak 41 kali selama 3 hari, 5 hari atau 7 hari berturuh-turut.

Benda/barang siapa yang takut akan godaan syaitan atau manusia atau takut dalam kegelapan malam, atau takut kejahatan manusia, bacalah Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas sebanyak 100 kali.

Hubungan Surat Al Falaq dengan Surat An Naas

  1. Kedua-duanya sama-sama mengajarkan kepada manusia, hanya kepada Allah-lah menyerahkan perlindungan diri dari segala kejahatan.
  2. Surat Al Falaq memerintahkan bagi memohon perlindungan dari segala wujud kejahatan, sedang Surat An Naas memerintahkan bagi memohon perlindungan dari jin dan manusia.

Referensi

  1. ^ Departemen Agama RI.2007.Al-Qur'an dan Terjemahannya Al-Jumanatul 'Ali Seuntai Mutiara Yang Maha Luhur.Bandung:J-Art
Sumber :

id.wikipedia.org, buku.us, p2k.pahlawan.web.id, wiki.edunitas.com, dan lain sebagainya.

Page 13

Surah Al-Falaq adalah surah ke-113 dalam Al-Qur'an. Nama Al-Falaq diambil dari kata Al-Falaq yang terdapat pada ayat pertama surah ini yang manfaatnya waktu subuh. Surat ini tergolong surah Makkiyah.

Pokok-pokok intinya

Perintah supaya kita berlindung kepada Allah SWT dari segala jenis kejahatan

Bacaan

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

  1. قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ
  2. مِن شَرِّ مَا خَلَقَ
  3. وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ
  4. وَمِن شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ
  5. وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ

Artinya:

  1. Katakanlah: "Aku berlindung kepada TuhanYang Menguasai subuh,
  2. dari kejahatan makhluk-Nya,
  3. dan dari kejahatan malam apabila telah gelapgulita,
  4. dan dari kejahatan wanita-wanita tukangsihir yang menghembus pada buhul-buhul,
  5. dan dari kejahatan orang yang dengki apabilaia dengki".

Keutamaan Surah Al-Falaq

Aisyah menerangkan: bahwa Rasulullah s.a.w. pada setiap malam apabila akan tidur, Beliau membaca Surat Al-Ikhlas, Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas, ditiupkan pada kedua telapak tangan selanjutnya disapukan ke seluruh tubuh dan kepala.

Sayyidiah' Ali r.a. menerangkan: pernah Rasulullah s.a.w. digigit saat, selanjutnya Beliau mengambil cairan garam. Dibacakan Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas laludisapukan pada anggota badan yang digigit saat tadi.

'Uqbah bin' Amir menerangkan, ketika saya sesat jalan dalam suatu perjalanan bersama dengan Rasulullah s.a.w., Beliau membaca Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas dan akupun disuruh Beliau juga bagi membacanya.

Benda/barang siapa terkena penyakit karena afal syaitan atau manusia, hendaklah membaca Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas sebanyak 41 kali selama 3 hari, 5 hari atau 7 hari berturuh-turut.

Benda/barang siapa yang takut akan godaan syaitan atau manusia atau takut dalam kegelapan malam, atau takut kejahatan manusia, bacalah Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas sebanyak 100 kali.

Hubungan Surat Al Falaq dengan Surat An Naas

  1. Kedua-duanya sama-sama mengajarkan kepada manusia, hanya kepada Allah-lah menyerahkan perlindungan diri dari segala kejahatan.
  2. Surat Al Falaq memerintahkan bagi memohon perlindungan dari segala wujud kejahatan, sedang Surat An Naas memerintahkan bagi memohon perlindungan dari jin dan manusia.

Referensi

  1. ^ Departemen Agama RI.2007.Al-Qur'an dan Terjemahannya Al-Jumanatul 'Ali Seuntai Mutiara Yang Maha Luhur.Bandung:J-Art
Sumber :

id.wikipedia.org, buku.us, p2k.pahlawan.web.id, wiki.edunitas.com, dan lain sebagainya.

Page 14

Surah Al-Falaq adalah surah ke-113 dalam Al-Qur'an. Nama Al-Falaq diambil dari kata Al-Falaq yang terdapat pada ayat pertama surah ini yang manfaatnya waktu subuh. Surat ini tergolong surah Makkiyah.

Pokok-pokok intinya

Perintah supaya kita berlindung kepada Allah SWT dari segala jenis kejahatan

Bacaan

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

  1. قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ
  2. مِن شَرِّ مَا خَلَقَ
  3. وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ
  4. وَمِن شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ
  5. وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ

Artinya:

  1. Katakanlah: "Aku berlindung kepada TuhanYang Menguasai subuh,
  2. dari kejahatan makhluk-Nya,
  3. dan dari kejahatan malam apabila telah gelapgulita,
  4. dan dari kejahatan wanita-wanita tukangsihir yang menghembus pada buhul-buhul,
  5. dan dari kejahatan orang yang dengki apabilaia dengki".

Keutamaan Surah Al-Falaq

Aisyah menerangkan: bahwa Rasulullah s.a.w. pada setiap malam apabila akan tidur, Beliau membaca Surat Al-Ikhlas, Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas, ditiupkan pada kedua telapak tangan selanjutnya disapukan ke seluruh tubuh dan kepala.

Sayyidiah' Ali r.a. menerangkan: pernah Rasulullah s.a.w. digigit saat, selanjutnya Beliau mengambil cairan garam. Dibacakan Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas laludisapukan pada anggota badan yang digigit saat tadi.

'Uqbah bin' Amir menerangkan, ketika saya sesat jalan dalam suatu perjalanan bersama dengan Rasulullah s.a.w., Beliau membaca Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas dan akupun disuruh Beliau juga bagi membacanya.

Benda/barang siapa terkena penyakit karena afal syaitan atau manusia, hendaklah membaca Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas sebanyak 41 kali selama 3 hari, 5 hari atau 7 hari berturuh-turut.

Benda/barang siapa yang takut akan godaan syaitan atau manusia atau takut dalam kegelapan malam, atau takut kejahatan manusia, bacalah Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas sebanyak 100 kali.

Hubungan Surat Al Falaq dengan Surat An Naas

  1. Kedua-duanya sama-sama mengajarkan kepada manusia, hanya kepada Allah-lah menyerahkan perlindungan diri dari segala kejahatan.
  2. Surat Al Falaq memerintahkan bagi memohon perlindungan dari segala wujud kejahatan, sedang Surat An Naas memerintahkan bagi memohon perlindungan dari jin dan manusia.

Referensi

  1. ^ Departemen Agama RI.2007.Al-Qur'an dan Terjemahannya Al-Jumanatul 'Ali Seuntai Mutiara Yang Maha Luhur.Bandung:J-Art
Sumber :

id.wikipedia.org, buku.us, p2k.pahlawan.web.id, wiki.edunitas.com, dan lain sebagainya.

Page 15

Surah Al-Falaq adalah surah ke-113 dalam Al-Qur'an. Nama Al-Falaq diambil dari kata Al-Falaq yang terdapat pada ayat pertama surah ini yang manfaatnya waktu subuh. Surat ini tergolong surah Makkiyah.

Pokok-pokok intinya

Perintah supaya kita berlindung kepada Allah SWT dari segala jenis kejahatan

Bacaan

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

  1. قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ
  2. مِن شَرِّ مَا خَلَقَ
  3. وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ
  4. وَمِن شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ
  5. وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ

Artinya:

  1. Katakanlah: "Aku berlindung kepada TuhanYang Menguasai subuh,
  2. dari kejahatan makhluk-Nya,
  3. dan dari kejahatan malam apabila telah gelapgulita,
  4. dan dari kejahatan wanita-wanita tukangsihir yang menghembus pada buhul-buhul,
  5. dan dari kejahatan orang yang dengki apabilaia dengki".

Keutamaan Surah Al-Falaq

Aisyah menerangkan: bahwa Rasulullah s.a.w. pada setiap malam apabila akan tidur, Beliau membaca Surat Al-Ikhlas, Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas, ditiupkan pada kedua telapak tangan selanjutnya disapukan ke seluruh tubuh dan kepala.

Sayyidiah' Ali r.a. menerangkan: pernah Rasulullah s.a.w. digigit saat, selanjutnya Beliau mengambil cairan garam. Dibacakan Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas laludisapukan pada anggota badan yang digigit saat tadi.

'Uqbah bin' Amir menerangkan, ketika saya sesat jalan dalam suatu perjalanan bersama dengan Rasulullah s.a.w., Beliau membaca Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas dan akupun disuruh Beliau juga bagi membacanya.

Benda/barang siapa terkena penyakit karena afal syaitan atau manusia, hendaklah membaca Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas sebanyak 41 kali selama 3 hari, 5 hari atau 7 hari berturuh-turut.

Benda/barang siapa yang takut akan godaan syaitan atau manusia atau takut dalam kegelapan malam, atau takut kejahatan manusia, bacalah Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas sebanyak 100 kali.

Hubungan Surat Al Falaq dengan Surat An Naas

  1. Kedua-duanya sama-sama mengajarkan kepada manusia, hanya kepada Allah-lah menyerahkan perlindungan diri dari segala kejahatan.
  2. Surat Al Falaq memerintahkan bagi memohon perlindungan dari segala wujud kejahatan, sedang Surat An Naas memerintahkan bagi memohon perlindungan dari jin dan manusia.

Referensi

  1. ^ Departemen Agama RI.2007.Al-Qur'an dan Terjemahannya Al-Jumanatul 'Ali Seuntai Mutiara Yang Maha Luhur.Bandung:J-Art
Sumber :

id.wikipedia.org, buku.us, p2k.pahlawan.web.id, wiki.edunitas.com, dan lain sebagainya.

Page 16

Surah Al-Falaq adalah surah ke-113 dalam Al-Qur'an. Nama Al-Falaq diambil dari kata Al-Falaq yang terdapat pada ayat pertama surah ini yang manfaatnya waktu subuh. Surat ini tergolong surah Makkiyah.

Pokok-pokok intinya

Perintah supaya kita berlindung kepada Allah SWT dari segala jenis kejahatan

Bacaan

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

  1. قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ
  2. مِن شَرِّ مَا خَلَقَ
  3. وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ
  4. وَمِن شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ
  5. وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ

Artinya:

  1. Katakanlah: "Aku berlindung kepada TuhanYang Menguasai subuh,
  2. dari kejahatan makhluk-Nya,
  3. dan dari kejahatan malam apabila telah gelapgulita,
  4. dan dari kejahatan wanita-wanita tukangsihir yang menghembus pada buhul-buhul,
  5. dan dari kejahatan orang yang dengki apabilaia dengki".

Keutamaan Surah Al-Falaq

Aisyah menerangkan: bahwa Rasulullah s.a.w. pada setiap malam apabila akan tidur, Beliau membaca Surat Al-Ikhlas, Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas, ditiupkan pada kedua telapak tangan selanjutnya disapukan ke seluruh tubuh dan kepala.

Sayyidiah' Ali r.a. menerangkan: pernah Rasulullah s.a.w. digigit saat, selanjutnya Beliau mengambil cairan garam. Dibacakan Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas laludisapukan pada anggota badan yang digigit saat tadi.

'Uqbah bin' Amir menerangkan, ketika saya sesat jalan dalam suatu perjalanan bersama dengan Rasulullah s.a.w., Beliau membaca Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas dan akupun disuruh Beliau juga bagi membacanya.

Benda/barang siapa terkena penyakit karena afal syaitan atau manusia, hendaklah membaca Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas sebanyak 41 kali selama 3 hari, 5 hari atau 7 hari berturuh-turut.

Benda/barang siapa yang takut akan godaan syaitan atau manusia atau takut dalam kegelapan malam, atau takut kejahatan manusia, bacalah Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas sebanyak 100 kali.

Hubungan Surat Al Falaq dengan Surat An Naas

  1. Kedua-duanya sama-sama mengajarkan kepada manusia, hanya kepada Allah-lah menyerahkan perlindungan diri dari segala kejahatan.
  2. Surat Al Falaq memerintahkan bagi memohon perlindungan dari segala wujud kejahatan, sedang Surat An Naas memerintahkan bagi memohon perlindungan dari jin dan manusia.

Referensi

  1. ^ Departemen Agama RI.2007.Al-Qur'an dan Terjemahannya Al-Jumanatul 'Ali Seuntai Mutiara Yang Maha Luhur.Bandung:J-Art
Sumber :

id.wikipedia.org, buku.us, p2k.pahlawan.web.id, wiki.edunitas.com, dan lain sebagainya.

Video yang berhubungan