Salah satu bagian darah yang memiliki peranan bagi pembekuan darah ialah

Keping darah jadi sel darah yang berfungsi dalam proses pembekuan darah. Foto: Pixabay

Sel darah terdiri dari tiga macam, yakni sel darah merah, putih, dan keping yang memiliki peran masing-masing. Salah satu jenis sel darah yang berfungsi dalam proses pembekuan darah adalah keping darah.

Mengutip Buku Siswa Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTs Kelas 8 karya Anik Astari, M.Pd, keping darah sering disebut juga dengan trombosit.

Lebih lanjut, keping darah tidak memiliki inti sel, bentuknya pun tidak teratur dan berwarna. Untuk ukuran keping darah, bentuknya lebih kecil dari sel darah merah maupun sel darah putih.

Umur keping darah berkisar 5 hingga 9 hari, setiap 1 milimeter darah mengandung 200.000 sampai 400.000 keping darah.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, keping darah menjadi salah satu sel darah yang berperan penting dalam proses pembekuan darah.

Bagaimanakah peran keping darah dalam proses pembekuan darah? Simak penjelasannya di bawah ini.

Peran Keping Darah dalam Proses Pembekuan Darah

Peran keping darah dalam proses pembekuan darah. Foto: Pixabay

Menurut buku Praktis Belajar Biologi yang disusun oleh Fiktor Ferdinand P, penghentian pendarahan merupakan proses yang kompleks.

Mulanya, pembekuan darah dimulai ketika keping-keping darah dan faktor-faktor lain di dalam plasma darah melakukan kontak dengan permukaan yang tidak biasa, misalnya pembuluh darah yang rusak atau terluka.

Lalu, ketika ada permukaan yang terbuka pada pembuluh darah yang terluka, keping-keping darah dengan segera menempel dan menutupi permukaan yang terbuka itu.

Keping-keping darah yang menempel dan jaringan yang terluka menjadi pemicu pengaktifan trombin dari protrombin dalam plasma darah.

Protrombin adalah suatu zat yang larut dan dihasilkan di hati. Setelah itu, trombin akan mengubah fibrinogen yang larut ke dalam plasma darah dan menjadi fibrin yang berbentuk seperti benang halus.

Trombrin yang terbentuk akan mengkatalis perubahan fibrinogen menjadi benang-benang fibrin. Molekul fibrin sendiri akan menempel satu sama lainnya dan membentuk jaringan berserat.

Jaringan protein fibrin ini menghentikan aliran darah dan membuat darah menjadi lebih padat, seperti gelatin ketika sudah dingin. Untuk memahami lebih jelas bagaimana proses pembekuan darah, berikut skema singkatnya, yakni:

Terjadi luka → trombosit pecah → keluarnya trombokinase → mengubah protombin → menjadi trombin → mengubah fibrinogen → menjadi benang fibrin → luka tertutup.

Lebih lanjut, keping-keping darah akan menempel di bagian yang berserat dan akan mengeluarkan benang-benang lengket dan membuatnya merekat satu sama lain.

Setelah itu, keping darah akan mengerut dan menarik lubang untuk merapat dan memaksa cairan yang ada untuk keluar. Karena proses tersebut, terciptalah pembekuan yang padat dan kuat, sehingga luka bisa merapat kembali.

Darah tersusun dari kombinasi antara plasma darah dan sel-sel darah, yang semuanya beredar di seluruh tubuh. Sel-sel darah ini kemudian dibagi lagi menjadi tiga jenis, yakni sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.Jadi secara keseluruhan, komponen darah manusia terdiri atas empat macam, meliputi plasma darah, sel darah merah, sel darah putih, serta trombosit. Semua komponennya memiliki tugas dan fungsinya masing-masing yang mendukung kerja darah dalam tubuh. 1. Plasma darah Plasma darah merupakan komponen darah yang berbentuk cairan. Plasma darah mengisi sekitar 55-60 persen dari volume darah dalam tubuh. 2. Sel darah Jika plasma darah menyumbang sekitar 55-60 persen, maka sel darah mengisi sisanya yakni kurang lebih sekitar 40-45 persen. 3. Sel darah putih (leukosit) Dibandingkan dengan sel darah merah, sel darah putih memiliki jumlah yang jauh lebih sedikit. Meski begitu, sel darah putih mengemban tugas yang tidak main-main, yakni melawan infeksi virus, bakteri, jamur, yang memicu perkembangan penyakit. 4. Trombosit (keping darah) Sedikit berbeda dengan sel darah putih dan merah, trombosit sebenarnya bukan sel, melainkan sebuah fragmen sel berukuran kecil. Trombosit memiliki peran penting proses pembekuan darah (koagulasi) saat tubuh terluka.

#rsi #rsislamayanisurabaya #rsisurabayaayani #rsislamayani #rsislamsurabayaayani #rsisurabaya #rsislamsurabaya #rsiayanisurabaya #rsiayani #komponendarah #seldarahmerah #seldarahputih #trombosit #healtheducation

Di saat yang bersamaan, faktor-faktor koagulasi atau pembekuan akan membentuk reaksi yang disebut dengan kaskade koagulasi.

Pada kaskade koagulasi, faktor pembekuan fibrinogen akan diubah menjadi benang-benang halus yang disebut dengan fibrin.

Benang-benang fibrin ini akan bergabung dengan trombosit untuk memperkuat sumbatan.

4. Proses pembekuan darah berhenti

Agar pembekuan darah tidak terjadi secara berlebihan, faktor-faktor koagulasi akan berhenti bekerja dan trombosit diambil kembali oleh darah.

Setelah luka berangsur-angsur membaik, benang fibrin yang sebelumnya terbentuk pun akan hancur sehingga tidak ada lagi sumbatan pada luka.

Masalah yang bisa terjadi pada proses pembekuan darah

Meski menjadi respons pertama saat terjadi luka, tak selamanya proses pembekuan darah berjalan mulus.

Beberapa orang yang memiliki gangguan pembekuan darah tentu akan memengaruhi proses ini dan kondisi kesehatannya, seperti berikut.

Pembekuan darah terganggu

Dalam beberapa kasus, ada orang-orang yang terlahir dengan mutasi genetik sehingga tubuhnya kekurangan faktor pembekuan darah tertentu.

Ketika jumlah faktor pembekuan darah tidak mencukupi, proses pembekuan darah pun terganggu.

Akibatnya, perdarahan dapat berlangsung lebih lama dan sulit dihentikan, misalnya saja orang dengan hemofilia.

Pada kasus yang lebih parah, perdarahan dapat terjadi meski orang tersebut tidak terluka atau mengalami cedera apa pun.

Bahkan, perdarahan juga dapat terjadi di organ dalam tubuh, atau perdarahan internal. Kondisi ini dapat mengancam nyawa.

Hiperkoagulasi

Hiperkoagulasi adalah kondisi yang berlawanan dengan gangguan pembekuan darah, di mana proses pembekuan darah terjadi secara berlebihan meski tidak ada luka apa pun.

Kondisi ini juga sama bahayanya karena gumpalan darah bisa menyumbat pembuluh arteri dan vena.

Apabila pembuluh darah tersumbat, tubuh tidak dapat mengalirkan darah yang mengandung oksigen dengan maksimal.

Hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya komplikasi mematikan, seperti:

Selama kehamilan, gumpalan darah dapat terbentuk pada pembuluh darah pelvis atau kaki.

Hal ini menyebabkan komplikasi kehamilan serius seperti persalinan prematur, keguguran, dan kematian ibu. Itu sebabnya, hiperkoagulasi adalah kondisi yang tak boleh disepelekan.

Salah satu tes yang dilakukan untuk memeriksa adanya gangguan darah adalah tes konsentrasi faktor pembekuan darah.

Tes ini berguna untuk mengetahui jenis faktor pembeku darah apa yang berkurang dari dalam tubuh.

Tergantung pada gangguan perdarahan yang Anda alami, dokter akan memberikan rencana pengobatan yang sesuai dengan kondisi kesehatan Anda.

Untuk perdarahan yang sulit berhenti, obat yang umum diberikan adalah konsentrat pengganti faktor pembekuan darah yang berkurang di dalam tubuh.

Sementara itu, gangguan penggumpalan darah biasanya dapat diatasi dengan obat pengencer darah.

Dengan melakukan pengobatan dini pada gangguan koagulasi darah, hal ini sangat membantu mengurangi risiko terjadinya komplikasi.