Academia.edu no longer supports Internet Explorer. To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
Serang, Uthera | “Boy!” Teriakan itu bukan memanggil seorang anak lelaki, tapi teriakan kemenangan bagi Tim yang berhasil menyusun pecahan genting atau asbes atau benda apa saja yang bisa disusun ke atas. Boyboyan. Demikian nama permainan tradisional ini Seiring perkembangan zaman, permainan tradisional yang melatih stamina, kelincahan dan konsentrasi ini pun tersisih dari masa kejayaannya. Permainan canggih yang tidak mengharuskan pemainnya berkeringat, memang lebih banyak dipilih anak-anak. Alasannya pun bermacam-macam. Mulai dari panas, hingga permainan tradisional yang tidak ngetrend. Bahkan, salah seorang kawan yang RR Online tanya perihal kebiasaannya bermain Boy-boyan saat kanak-kanak pun memilih menjawab; “Buat apa? Toh sudah tidak ngetrend lagi?” Ketidakpedulian terhadap permainan tradisional inilah yang membuat permainan tradisional itu tidak dimainkan lagi. Miris memang, disaat permainan tradisional ini bersifat foklor—diturunkan dari mulut ke mulut, dipraktekan bersama, tapi orang dewasa yang memiliki ingatan tentang permainan itu, memilih diam dan tidak mempedulikannya. Oleh karen itu, RR Online kali ini sengaja mengulas perihal permainan yang memiliki banyak nama ini. Orang Sunda menyebutnya boy-boyan, ada pula yang menyebutnya bebencaran dan ada yang menyebut gebokan. Sementara di daerah Pati, Jawa Tengah, permainan ini dikenal dengan nama gaprek kempung. Permainan ini tidak dikhususkan bagi anak lelaki saja, tapi anak perempuan pun bisa memainkannya. Meskipun memiliki istilah nama yang berbeda, namun inti permainannya sama saja. Tidak berbeda dengan permainan tradisional lainnya, permainan boy-boyan pun cenderung menggunakan alat yang sederhana dan bisa didapat di sekitar rumah. Alat yang digunakan dalam permainan boy-boyan, hanyalah pecahan genting atau pecahan asbes atau kaleng susu bekas yang bisa didapatkan di sekitar rumah. Sedangkan bolanya, bisa dibuat dari kertas atau plastik yang digulung menyerupai bola. Karena bola ini digunakan untuk dilemparkan ke tubuh pemain, maka bola ini biasanya dibuat sangat empuk. Sehingga, tidak akan melukai para pemain. Permainan yang memadukan kerja motorik dan mengasah kemampuan membuat strategi ini, biasanya dilakukan di lapangan yang cukup luas oleh dua kelompok pemain. Anggota kelompok terdiri atas empat sampai sepuluh orang, tergantung banyaknya anak yang ingin ikut bermain. Setelah kedua kelompok ditentukan, hal pertama yang dilakukan adalah menentukan kelompok mana yang akan menjadi pelempar bola dan penjaga. Hal ini biasanya dilakukan dengan suit atau hompimpa. Setelah pemenang didapatkan, maka dilanjutkan dengan menyepakati garis lempar bola dan menyusun pecahan genting menyerupai menara. Salah seorang pemain yang memenangkan hompimpa atau suit, akan langsung menuju garis lempar. Sementara kawan-kawan satu timnya pergi menjauh. Sedangkan salah seorang pemain yang kalah, menunggu di sebalik susunan pecahan genting, sementara kawan-kawan lainnya berjaga di sekitar. Tugas pelempar bola pertama adalah meruntuhkan tumpukan genting, jika berhasil runtuh, maka semua anggota timnya harus segera berlari, sekaligus menghindari lemparan bola dari tim yang menjaga. Selain itu, tim pelempar ini juga harus bekerjasama untuk menyusun kembali tumpukan genting, sebelum semua tim terkena lemparan bola. Jika berhasil menyusunnya, maka tim ini harus berteriak ‘boy!’. Maka, tim ini pun berhak menjadi pelempar lagi. Sementara tugas tim penjaga adalah bekerjasama agar tim lawannya terkena lemparan bola, serta menggagalkan usaha tim lawannya untuk menyusun pecahan genting kembali. Caranya, dengan melemparkan bola ke badan tim lawan. Mengoper bola dari satu anggota ke anggota yang lain, untuk dilemparkannya ke badan tim lawan. Jika semua anggota tim lawan terkena lemparan bola, atau gagal menyusun kembali pecahan genting, maka tim penjaga akan mendapatkan giliran melempar bola. Pemainan tradisional seperti boy-boyan ini, secara tidak langsung dapat membantu anak-anak mengasah konsentrasi, kecepatan, kelincahan dan ketepatan, serta kerja sama antar anggota tim. Strategi permainan pun dapat dikembangkan anak-anak, baik yang menjadi tim penjaga, maupun tim pelempar. Selain itu, permainan ini pun dapat membantu anak dalam bersosialisasi, mempererat pertemanan, kerjasama tim, serta dapat membantu kebugaran anak. Mari bermain! [*] Ditulis untuk Dolanan ruangrekonstruksi.co
Home » Kelas VI » Permainan Tradisional Boy-Boyan
Permainan ini dikenal juga dengan nama Pecah Piring atau Gebokan. Boy-boyan merupakan permainan tradisional yang berasal dari provinsi Jawa Barat. Di daerah Sunda asal permainan ini, ada yang menyebutnya boy-boyan, ada juga yang menyebutnya Bebencaran. Permainan ini memiliki nama yang berbeda-beda di setiap daerahnya. Di daerah Pati dikenal dengan nama Gaprek Kempung. Dan di beberapa daerah lainnya permainan ini disebut Gebokan, yang berasal dari suara bola karet yang digunakan dalam permainan mengenai anggota badan dari pemain akan menimbulkan suara "Gebok”. Permainan tradisional ini memadukan kerja motorik anak dan juga mengasah kemampuan membuat strategi. Alat yang digunakan dalam permainan ini adalah pecahan genteng atau gerabah, pecahan asbes, potongan kayu, atau pacahan batu bata, atau kaleng susu, dan sebagainya. Bola plastik, bola tenis atau buat sendiri bolanya dari kumpulan kertas yang yang dibungkus kantong kresek dan diikat dengan karet. Bola ini digunakan untuk mematikan lawan. Jumlah pemain dalam permainan boy-boyan 8-10 pemain, diusahkan berjumlah genap karena masing-masing regu baik regu penyerang dan regu jaga pemainnya berjumlah sama sehingga permainan dapat berjalan seimbang. Teknik dan Aturan Permainan
Permainan boy-boyan ini memang sederhana. Tapi dibalik kesederhanaan itu kami diajarkan tentang bagaimana cara bekerja sama dalam satu tim, yaitu berusaha untuk melindungi kawan supaya tidak terkena tembakan bola lawan. Disamping itu, permainan ini juga melatih konsentrasi. Konsentrasi ketika menembakan bola supaya tepat mengenai genteng dan bisa merobohkannya. Pelajaran lain yang dapat diambil dari permainan boy-boyan ini adalah kami belajar tentang ketepatan dan kecepatan ketika harus menghindari tembakan bola lawan dan menyusun kembali genteng yang berserakan. Manfaat Permainan Selain sebagai hiburan permainan tradisional boy-boyan ternyata memiliki banyak manfaat yang sangat dibutuhkan oleh anak. Manfaat permainan boy-boyan dapat dikelompokkan dalam kelompok kognitif, afektif, psikomotor, dan emosional..
Posted by Nanang_Ajim Mikirbae.com Updated at: 6:50 AM |