Pusat dakwah secara sembunyi sembunyi yang dilakukan rasulullah saw di rumah

Pusat dakwah secara sembunyi sembunyi yang dilakukan rasulullah saw di rumah

DAKWAH SECARA SEMBUNYI SEMBUNYI DILAKUKAN DI RUMAH?

  1. ARQAM BIN ABIL ARQAM
  2. ABDURRAHMAN BIN AUF
  3. USMAN BIN AFFAN
  4. THALHAH BIN AUBAIDILLAH
  5. Semua jawaban benar

Jawaban: A. ARQAM BIN ABIL ARQAM

Dilansir dari Encyclopedia Britannica, dakwah secara sembunyi sembunyi dilakukan di rumah arqam bin abil arqam.

Kemudian, saya sangat menyarankan anda untuk membaca pertanyaan selanjutnya yaitu KETIKA JIBRIL MEMERINTAHKAN NABI MUHAMMAD SAW UNTUK MEMBACA KETIKA ITU JAWAB NABI ADALAH? beserta jawaban penjelasan dan pembahasan lengkap.

ISLAM hadir di tengah-tengah masyarakat Arab ketika masa jahiliah. Penyebaran Islam pada masa itu tidak mulus. Banyak rintangan yang harus dihadapi oleh pengikut Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.

Pada awal Islam hadir dibawa oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, ada beberapa dari kalangan kerabat dekat Rasulullah yang mengikuti ajaran beliau. Dalam hal ini Rasulullah melarang mereka yang telah mengikuti ajaran beliau untuk memproklamirkan keislaman mereka, baik dalam bentuk perkataan ataupun tindakan serta tidak mengizinkan mereka bertemu dengan beliau kecuali rahasia. Karena apabila mereka bertemu dengan beliau secara terbuka, maka tidak diragukan lagi kaum musyrik akan membatasi ruang gerak mereka sehingga keinginan Rasulullah untuk mengajarkan mereka al-Kitab dan as-sunnah akan terhalangi.

BACA JUGA: Rahasia Sukses Dakwah Nabi

Tidak tertutup kemungkinan dapat menyebabkan terjadinya benturan antara kedua belah pihak, bahkan hal tersebut benar-benar terjadi pada tahun keempat kenabian, yaitu manakala sahabat-sahabat Rasulullah berkumpul di lereng-lereng perbukitan tempat mereka melakukan shalat secara rahasia.

Suatu ketika ketika umat muslim sedang melakukan shalat secara rahasia. Tiba-tiba, hal itu terlihat oleh beberapa orang kaum musyrik, lalu mereka mencaci-maki dan memerangi kaum muslim. Hal ini membuat Sa’ad bin Abi Waqqash memukul salah satu dari mereka sehingga mengalirlah darah ketika itu. Inilah darah pertama yang mengalir dalam Islam .

Bisa diketahui akibatnya bila benturan ini berulang kali terjadi dan berkepanjangan, tentunya akan berdampak pada penghancuran dan pembantaian terhadap kaum muslim. Oleh karena itu sembunyi-sembunyi merupakan siasat yang paling tepat.

Ketika Rasulullah menyuruh mereka yang telah mengikuti ajaran Rasulullah SAW untuk menyembunyikan keislaman mereka, tetapi Rasulullah tetap terbuka dalam melakukan peribadatan, dakwah dan aktivitas lainnya.

Tidak ada yang bisa menghalang-halangi dakwah Rasulullah, sekalipun Rasulullah senantiasa mendapatkan ancaman dari kaum kafir Quraisy.

BACA JUGA: Perlakuan Kasar yang Dialami Rasulullah ketika Berdakwah Secara Terang-terangan

Demi kepentingan mereka dan agama Islam, rumah Arqam bin Abi Arqam menjadi tempat umat muslim untuk melakukan pertemuan.

Rumah Arqam berada di atas bukit Shafa dan terpencil sehingga luput dari intaian mata para Thaghut dan bahan pembicaraan pertemuan-pertemuan mereka. Tempat itulah yang dijadikan Rasulullah sebagai pusat dakwah dan pertemuan beliau dengan kaum muslim. Di salam rumah tersebut , beliau membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, menyucikan hati mereka serta mengajarkan mereka al-Kitab dan as-Sunnah. []

Sumber: Sirah Nabawiyah Perjalanan Hidup Rasul yang Agung/ Penulis: Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri/ Penerbit: Darul Haq/ November, 2016

Rumah Arqam berada di bawah bukit Shafa, jauh dari jangkauan kaum Quraisy.

KONTRASACEH.NET, Kaum Quraisy mulai secara terang-terangan memusuhi Rasulullah SAW. Kondisi yang demikian genting, membuat Nabi SAW memikirkan langkah strategis untuk menyelamatkan umat Islam dari siksaan kaum Quraisy.

Ada dua langkah yang dilakukan Rasulullah. Pertama, Memilih rumah Arqam bin Abil al-Aqram al-Mahzumi sebagai pusat dakwah dan tarbiyah. Kedua, memerintahkan umat Islam hijrah.

Rumah Arqam berada di bawah bukit Shafa, jauh dari jangkauan kaum Quraisy. Rasulullah memilih rumah ini sebagai tempat berkumpul umat Islam secara sembunyi-sembunyi. Di rumah inilah, Rasulullah mengajarkan Alquran kepada para sahabatnya.

Satu kesempatan, para sahabat Rasulullah SAW berkumpul di lereng-lereng perbukitan. Di tempat itu, mereka mendirikan shalat. Saat shalat, tak diduga, seorang Quraisy melihat mereka. Para sahabat kaget dibuatnya.

Orang Quraisy itu mencaci maki para sahabat hingga akhirnya membuat bentrokan antara Quraisy dan sahabat. Rasulullah SAW yang tahu segera menenangkan para sahabat. Rasulullah pun meminta para sahabat melakukan kegiatan secara sembunyi-sembunyi. Harapannya, agar tidak terjadi bentrokan yang merugikan umat Islam yang tengah berkembang. Rasulullah ingin umat Islam aman dari gangguan Quraisy.

Dikutip ; https://www.republika.co.id/berita/qr5akk313/darul-arqam-tempat-rasulullah-saw-mendidik-para-sahabat

Setiap kali kaki ini menginjak di bukit shofa, pikiran sering kali dihantarkan untuk bertemu sosok sahabat ke tujuh dalam rangking sabiqunal awwalun, sahabat yang paling awal masuk Islam. Sahabat mulia itu adalah Abu ‘Abdullah Al-Arqam bin Abi Al-Arqam dari suku Makhzum, suku yang terkenal kaya dan terpandang di Kota Mekah. Persis di bukit dimana jemaah haji dan umrah melakukan sa’i, rumah tempat tinggalnya berada.Ia masuk Islam dalam usia yang sangat muda, di tengah umumnya pemuda Mekah dikepung dan larut dalam pandemik kemusyrikan.

Pilihannya untuk mengikuti jejak Nabi bukan tanpa resiko, keluarga besarnya Bani Mahzum adalah komunitas yang begitu benci kepada Rasulllah. Alih-alih takut kepada keluarganya, Al-Arqam malah mewakafkan rumahnya untuk menjadi markas dakwah Nabi. Dalam catatan sejarah, rumah Al-Arqam itu selanjutnya disebut Darul Arqom.

Pada fase awal perkembangan Islam, dimana dakwah masih dilakukan secara sembunyi-sembunyi, tentu saja baginda Nabi membutuhkan meeting point sebagai tempat berkumpul yang aman dan strategis untuk untuk menjaga keimanan para pengikutnya. Atas hal itu, Darul Arqom adalah jawabannya.

Posisi Darul Arqom tidak terlalu jauh dari Ka’bah. Dengan begitu semakin menguatkan deminsi spiritual dan keimanan para sahabat yang baru masuk Islam. Berikutnya, sang pemilik rumah, Al-Arqam ketika masuk Islam baru berusia 16 tahun ditambah Bani Mahzum nenek moyangnya adalah klan yang sangat konfrontatif terhadap Rasulullah. Atas fakta itu, kaum musyrikin tidak akan mengendus kalau Darul Arqom dijadikan tempat berkumpul Nabi dengan para sahabat. Dalam nalar mereka, sangat tidak mungkin keluarga yang membenci Nabi memberikan tempatnya untuk dijadikan markas dakwah.

Dalam gerakan dakwah sirriyah (sembunyi-sembunyi), Darul Arqom dijadikan Rasululloh sebagai basis dakwah untuk mengajarkan wahyu, mengatur strategi dakwah, kaderisasi, dan tentu sebagai tempat mengislamkan para sahabat. Umar bin Khatab adalah salah seorang sahabat yang di Islamkan Rasulullah di Darul Arqam. Ketika, jumlah pengikut Islam sudah cukup banyak, maka strategi dakwah berikutnya adalah terang-terangan.

Ada pelajaran berharga yang bisa kita petik dari sejarah Darul Arqam bila tarik dalam konteks pandemik covid 19 sekarang. Latar sejarah saat itu, sangat tidak memungkinkan Rasulullah untuk melakukan dakwah terbuka di ruang public. Penyebabnya respon konfrontatif masyarakat Mekah yang sangat mengancam keselamatan jiwa. Maka langkah strategisnya, dakwah dilakukan di Darul Arqom. Hari ini, karena pandemic 19 keselamatan jiwa manuisa terancam manaka aktivitas sosialnya dilakukan di ruang public.

Oleh karena itu, sejatinya rumah kita bisa menjadi Darul Arqom, yakni markas dakwah, minimal dakwah untuk keluarga. Dalam konteks ini, rumah bisa dijadikan tempat untuk melakukan interaksi dengan al-Qur’an, baik pada level qiraah, tilawah, terjemah, tafsir ataupun tahfidz. Selain itu, rumah bisa dijadikan tempat untuk memperbaiki kuantitas dan kualitas ibadah fardu, dzikir, wirid dan munajat serta ibadah mahdhoh yang lainnya.

Berikutnya, rumah bisa dijadikan madrasah, yakni tempat untuk melakukan sharing empat hal; pertama, power sharing, menghimpun kekuatan seluruh anggta keluarga untuk mensolusi problem yang muncul dalam kehidupan keluarga. Kedua, information sharing, yakni berbagi informasi. Seorang ayah bisa berbagi informasi dunia kerja kepada anaknya, anak bisa berbagi informasi pada ibunya dan begitulah seterusnya. Ketiga, knowledge sharing, berbagi pengetahuan. Seluruh anggota keluarga bisa berbagi pengetahuan yang berbasis pada pengalaman yang ditemui pada kehidupannya masing-masing. Keempat, reward sharing, yakni berbagi hadiah. Dalam posisi rumah sebagai madrasah, masing-masing elemen dalam keluarga akan dihantarkan untuk saling mengapresiasi.

Bila rumah dijadikan basis dakwah seperti Darul Arqom, maka buahnya adalah transformasi ilmu. Dengan begitu, proses kaderisasi anggota keluarga yang tangguh, militan dan cinta Islam akan terbangun. Semoga.

Dr. H. Aang Ridwan, M.Ag, Pembimbing Haji Plus dan Umroh Khalifah Tour dan Dosen FDK UIN Bandung.

Sumber, Pikiran Rakyat 21 April 2020