[4:3] 1 Full Life : SEORANG PENABUR KELUAR UNTUK MENABUR. Show Nas : Mr 4:3 Yesus memakai perumpamaan ini untuk menceritakan bagaimana Injil akan diterima di dunia ini. Tiga kebenaran dapat kita pelajari:
[4:15] 2 Full Life : MENGAMBIL FIRMAN. Nas : Mr 4:15-17 Di sini Kristus berbicara tentang pertobatan yang tidak sempurna -- yaitu pertobatan di mana seseorang mencari pengampunan dosa namun tidak sampai dilahirkan kembali oleh Roh Kudus (lihat art. PEMBAHARUAN). Mereka tidak menerima keselamatan dan kelahiran baru sehingga tidak pernah masuk ke dalam persekutuan orang percaya; atau jikalau mereka menjadi anggota gereja, mereka gagal menunjukkan komitmen yang sungguh-sungguh kepada Kristus dan tidak benar-benar memisahkan diri dari dunia. Pertobatan yang setengah-setengah ini merupakan akibat dari hal-hal berikut:
Biasanya ketika ingin menekankan tentang sesuatu, kita mengulanginya lebih dari satu kali. Demikian pula, sekalipun segala sesuatu di dalam Firman Allah itu penting, namun sesuatu yang diulangi lebih dari satu kali, pastilah sangat penting dan kita perlu menaruh perhatian istimewa terhadapnya. Salah satu dari hal penting itu adalah perumpamaan tentang penabur. Di dalam keempat kitab Injil yang mencatat tentang kehidupan Tuhan Yesus Kristus, perumpamaan ini diulangi sebanyak tiga kali. Mari kita mempelajarinya dan melihat apakah hal penting yang ingin Allah ajarkan kepada kita melalui perumpamaan tersebut. 1. PerumpamaanPerumpamaan tentang penabur dicatat dalam: Matius 13:1-8, Markus 4:1-9, dan Lukas 8:4-8. Sebagai titik awal, kita akan melihat apa yang dicatat oleh Lukas.
Lukas 8:4-8 Waktu yang Yesus pilih untuk mengatakan perumpamaan ini bukan sebuah kebetulan. Seperti yang dikatakan dalam ayat ke-4: “ 2. "Di pinggir jalan"Dalam teks di atas, Lukas mencatat bahwa perumpamaan ini adalah tentang benih yang jatuh di empat tanah yang berbeda. Yang pertama “di pinggir jalan”. Lukas 8:5 berkata:
Lukas 8:5 Sebagian benih yang ditaburkan penabur jatuh “DI PINGGIR jalan” sehingga benih itu tidak tumbuh juga tidak menghasilkan buah, tetapi diinjak orang dan dimakan burung. Penjelasan tentang bagian dari perumpamaan ini diberikan di beberapa ayat sesudahnya. Dalam Lukas 8:11-12 kita membaca:
Lukas 8:11-12 Juga, Matius 13:19, menjelaskan bagian yang sama, yakni: “Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan.” Menurut ayat-ayat di atas, benih yang ditaburkan adalah FIRMAN ALLAH atau “firman tentang Kerajaan Allah.” Namun, Firman ini tidak memberikan hasil yang sama di semua tempat, karena tergantung pada tanah di mana Firman itu ditaburkan. Salah satu dari jenis tanah itu adalah tanah “di pinggir jalan”, yang menurut penafsirannya, adalah orang yang meskipun mendengarkan Firman Allah tetapi “tidak mengertinya”. Yang dimaksud dengan “tidak mengertinya” dapat kita ketahui melalui konteks dari perumpamaan ini. Kata bahasa Yunani yang dipadankan dengan “mengerti” dalam ayat di atas adalah kata kerja “suneimi” yang dipergunakan 6 kali dalam Matius 13, dan 5 di antaranya berkaitan dengan perumpamaan kita. Jadi Matius 13:13-15, mengatakan kepada kita: Matius 13:13-15 Seharusnya dengan telinga orang mendengar Firman, dengan hati (bagian lebih dalam dari pikiran kita) orang “mengerti” Firman, namun yang dimaksudkan dalam perumpamaan ini, bukan sekadar pemahaman mental yang sederhana. Yang dimaksud adalah pemahaman dan penerimaan akan Firman Allah dengan segenap hati dan dengan segenap pikiran kita yang terdalam. Itulah sebabnya hasil dari benih Firman Allah yang ditaburkan sangat bergantung pada tanahnya, yaitu pada hati orang yang mendengarkan Firman Allah. Benih yang sama namun jatuh di tanah yang berbeda atau hati yang berbeda kualitasnya, akan membuahkan hasil yang berbeda pula. Pada hati yang telah menebal, Firman Allah seakan jatuh di pinggir jalan. Firman itu tidak akan tumbuh, apalagi menghasilkan buah. Sebagaimana II Korintus 4:3-4 dan Efesus 4:17-19 katakan kepada kita:
II Korintus 4:3-4
Juga Efesus 4:17-19 Ada orang-orang yang bagi mereka Firman Allah “tertutup” dan mereka tidak dapat “mengerti”, bukan karena Firman Allah itu sesuatu yang terlalu sulit untuk dimengerti, namun karena hati mereka telah menebal, keras, sehingga tidak mengizinkan benih Firman itu bertumbuh. Kata dalam bahasa Yunani yang dipadankan dengan “kedegilan hati” dalam ayat-ayat Efesus di atas adalah “porosis” yang berarti “kekerasan atau kedegilan.” Kata yang sama dipergunakan dalam Markus 3:5 untuk menggambarkan hati sekelompok orang yang begitu banyak menganiaya Yesus, yakni orang Farisi:
Markus 3:5 Ketika itu, Tuhan Yesus Kristus, Anak Allah ada di hadapan orang-orang Farisi itu!! Mereka sedang mendengarkan dan melihat Guru terbesar, Manusia teragung yang pernah ada di muka bumi. Namun, mereka tidak percaya kepada-Nya. Apa alasannya? Karena hati mereka telah menebal, begitu kerasnya hingga membuat hati itu tidak memadai untuk menerima dan mengalami pertumbuhan benih Firman Allah. Bukan benihnya, bukan Firmannya yang tidak baik, namun TANAHnya, yaitu hati mereka, yang sudah menjadi teramat keras. 3. “Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu”Setelah mempelajari jenis tanah pertama yang ke atasnya benih Firman Allah ditaburkan, kita akan lanjutkan dengan jenis tanah yang kedua. Matius 13:5-6 menceritakan kepada kita tentang tanah itu:
Matius 13:5-6 Benih dapat tumbuh di dalam beragam jenis tanah, namun ada jenis tanah yang membuat benih tidak dapat bertahan atau menghasilkan buah. Salah satu jenis tanah di mana benih, yang sekalipun pada awalnya tumbuh, namun pada akhirnya tidak dapat bertahan adalah tanah yang berbatu-batu. Penyebab benih tidak dapat bertahan di sana adalah karena batu-batu tidak memungkinkan benih untuk berakar sehingga dapat menyerap air. Akibatnya begitu tertiup angin, benih itu pun menjadi kering. Kita akan membaca penjelasan bagian ini di dalam kitab Markus:
Markus 4:16-17 Seperti yang kita lihat, tanah yang berbatu-batu adalah orang-orang yang mendengarkan Firman, segera menerimanya, bahkan menerimanya dengan penuh kegembiraan. Namun, ini tidak berlangsung lama, karena begitu terjadi penindasan dan penganiayaan, orang-orang ini pun murtad, bahkan dengan segera. Jelas di sini, penyebab yang membuat mereka jatuh adalah karena mereka sangat lemah dalam penganiayaan dan penindasan. Sehingga, ketika Iblis melakukannya terhadap mereka, mereka pun segera jatuh. Kejatuhan mereka bukan disebabkan oleh karena penindasan itu terlampau berat untuk mereka tanggung, sebab II Korintus 4:17, I Korintus 10:12-13 and I Petrus 5:10 berkata bahwa pencobaan-pencobaan yang kita alami itu biasa dan tidak melebihi kekuatan kita (I Korintus 10:12-13). Sebaliknya, mereka jatuh karena tidak mau melakukan bahkan perlawanan terkecil pun terhadap si Iblis (mereka segera murtad, sebagaimana teks di atas katakan). Yakobus 4:7 berkata:
Yakobus 4:7
I Petrus 5:8-9 pun mengatakan: Bila kita tidak melawan Iblis, ia tidak akan lari dari kita. Sebaliknya, ia akan menelan mereka yang tidak melakukan perlawanan terhadapnya. Orang-orang yang termasuk dalam kategori kedua ini adalah calon makanan bagi si Iblis. Ketika Iblis datang dan membawa penindasan, mereka segera murtad dan menjadi makanan empuk baginya. Mereka mengalami awal yang baik, namun akhir yang buruk 4. Kategori yang ketigaSetelah belajar dua kategori pertama orang-orang yang mendengarkan Firman, mari kita melihat kategori yang ketiga. Markus 4:7 berkata:
Markus 4:7 Tanah ketiga yang ke atasnya benih ditaburkan adalah di tengah semak duri. Benih yang jatuh di tanah ini dihimpit, sehingga ia tidak berbuah. Untuk memahami apa yang dimaksud oleh bagian dari perumpamaan ini, kita akan melihat Markus 4:18-19. Di sana kita membaca: “Dan yang lain ialah yang ditaburkan di tengah semak duri, itulah yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.” Sayangnya, orang-orang kategori ketiga ini juga bermasalah. Masalahnya adalah mereka menyimpan Firman Tuhan di dalam hati mereka, namun menyimpannya bersama-sama dengan hal-hal lain, seperti “kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan akan hal-hal lain”. Hal-hal ini akhirnya menjadi duri bagi pertumbuhan Firman, menghimpitnya dan membuatnya tidak berbuah. Sebagai kontras terhadap orang-orang yang termasuk dalam kategori ini, Yesus Kristus berkata:
Matius 6:25-34 Carilah dahulu kerajaan Allah, maka semuanya itu akan ditambahkan kepada kita. Apabila kita tidak menerapkannya dan menempatkan kekhawatiran di posisi teratas dalam hidup kita, atau kita teperdaya oleh kekayaan atau keinginan untuk mengejar kesenangan duniawi dan hal-hal lain, maka benih Firman itu akan terhimpit dan tidak akan berbuah! Keseriusan hal ini ditunjukkan dalam Yohanes 15, di mana saat itu Tuhan Yesus berbicara kepada para murid sesaat sebelum penangkapan-Nya:
Yohanes 15: 1-8 Menjadi seorang kristiani yang tidak berbuah lebih merupakan sebuah ironi, sesuatu yang seharusnya tidak ada. Yesus sendiri berkata bahwa berbuah adalah bukti seseorang itu adalah murid Kristus. Mereka yang tidak berbuah, mereka yang mengejar keinginan duniawi sehingga tidak berbuah bukanlah murid Kristus. Jadi, apa yang harus kita lakukan? Bertobatlah dan kembalilah kepada pokok anggur! Kita harus menyerahkan segala kekhawatiran kita kepada Tuhan, mengabaikan keinginan kita akan kekayaan dan kesenangan duniawi, memikul salib, dan mengikuti Tuan kita. Apa yang akan terjadi apabila kita tidak melakukannya? “Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya,…..Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.” Mari kita melakukan apa yang Firman Allah katakan dan mari kita memilih untuk tidak pernah membiarkan si pembunuh iman yaitu kekayaan, kekhawatiran, kesenangan duniawi dan keinginan akan hal-hal lain membunuh iman kita sehingga membuat kita tidak berbuah di dalam Dia, yang adalah Tuhan dan Tuan kita! Mari kita membulatkan tekad untuk terus menempel dan tinggal pada pokok anggur, apa pun yang terjadi, menghasilkan banyak buah, sehingga dengan demikian kita memuliakan Bapa kita, dan membuktikan bahwa kita adalah murid-murid-Nya! 5. “Dan sebagian jatuh di tanah yang baik”Kita telah mempelajari tiga jenis tanah yang ke atasnya benih Firman ditaburkan. Sayangnya tak satu pun dari ketiga tanah itu dapat membuat benih itu berbuah. Tanah jenis pertama “di pinggir jalan” sangatlah keras sehingga tidak memungkinkan benih itu bertumbuh. Tanah yang kedua berbatu-batu, sehingga benih tidak dapat berakar dalam. Tanah yang ketiga di tengah semak duri, yang akhirnya menghimpit benih itu sehingga ia tidak berbuah. Setelah melihat ketiga kategori tidak berbuah di atas, mari kita sekarang melihat seperti apa tanah yang BAIK yang menghasilkan buah itu. Matius 13:8 mengatakan:
Matius 13:8 Dan inilah penjelasannya di dalam Matius 13:23: “Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti [Yunani: suniemi], dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.” Kali ini benih tidak jatuh di pinggir jalan, atau di tanah yang berbatu-batu atau di tengah semak duri, tetapi di tanah yang baik, di hati orang-orang yang mendengarkan Firman Tuhan dan mengerti [Yunani: suniemi]. Dan, Lukas 8:15 menjelaskan apa yang dimaksud dengan “mengerti”:
Lukas 8:15 Seperti yang kita ingat, kategori orang pertama tidak dapat “mengerti”, dan menerima Firman karena hati mereka tebal dan keras. Sebaliknya, orang-orang yang masuk kategori berbuah mengerti Firman dan menyimpannya dalam hati yang baik. Kategori yang berbuah ini memiliki apa tidak dimiliki oleh ketiga kategori yang tidak berbuah. Jadi, jika orang kategori pertama memiliki hati yang keras, di sini mereka memiliki hati yang baik. Jika orang kategori kedua tidak memiliki ketahanan dan segera jatuh begitu terjadi penindasan, di sini mereka memiliki ketekunan (mereka mengeluarkan buah dalam ketekunan, seperti yang dikatakan ayat di atas) dan tidak mudah menyerah. Jika pada orang kategori ketiga Firman Tuhan dihimpit oleh segala macam kekhawatiran dan berbagai keinginan lain menempati posisi tertinggi, di sini Firman Tuhan DISIMPAN di dalam hati mereka, dan Firman itu menduduki tempat tertinggi dalam hati mereka dan tidak tergantikan oleh hal-hal lain. Inilah kategori yang berbuah dan biarlah kita semua menjadi orang-orang yang termasuk dalam kategori ini sehingga kita akan menghasilkan banyak buah bagi Allah kita! 6. KesimpulanJadi kesimpulannya: Firman Allah dapat ditaburkan kepada bermacam-macam orang. Namun, hasilnya akan berbeda tergantung pada kualitas hati orang-orang yang mendengarkan Firman itu. Ada orang yang menolaknya, ada juga orang yang menerimanya namun segera murtad begitu terjadi penindasan. Ada orang yang menerimanya namun menempatkan Firman itu pada posisi terakhir dalam hatinya serta menggantikannya dengan hal-hal lain (kekhawatiran, kekayaan, dan keinginan lain), dan ada orang-orang yang menyimpan Firman itu di dalam hati yang baik dan menghasilkan banyak buah. Itulah mengapa ketika mengakhiri penjelasan-Nya tentang perumpamaan itu, Yesus berkata “perhatikanlah cara kamu mendengar” (Lukas 8:18). Ini bukan sekadar mendengarkan Firman tetapi bagaimana cara kita mendengarkan Firman, karena banyak orang mau mendengarkan Firman Allah tetapi hanya mereka yang mendengarnya serta menyimpannya dalam hati yang baik yang akan menghasilkan buah. Semoga kita semua selalu termasuk di dalam kategori ini. Anastasios Kioulachoglou |