perbedaan dan pengertian antara simpati dan empati

JAKARTA – Simpati dan empati memiliki kedekatan makna. Keduanya berarti penting bagi manusia yang notabene adalah makhluk sosial. Untuk menjalin hubungan dan kedekatan dengan sesama, setiap orang perlu bersimpati dan berempati.

Kedua kata ini berbeda meski sama-sama berkaitan dengan perasaan. Banyak yang keliru memahami walaupun melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.

Empati pernah diterjemahkan oleh psikolog Edward Titchener dari frase bahasa Inggris, feeling into. Mengutip penjelasan Neel Burton (28/1/2020) di Empathy vs Simpathy dipublikasikan di Psychology Today, empati bisa diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengenali dan berbagi emosi.

Berbagi emosi dalam berempati membutuhkan proses pengenalan. Pada umumnya berempati terjadi pada orang yang dikenal. Perlu mengubah persepsi dan menempatkan diri pada posisi orang tersebut. Artinya membayangkan diri sendiri berada di posisinya dan tidak bersifat abstrak.

Untuk menumbuhkan rasa empati, diperlukan pengetahuan. Di antaranya mengetahui siapa orang tersebut dan apa yang lakukan atau alami. Banyak orang sering keliru menganggap empati sama dengan belas kasihan, simpati, dan kasih sayang.

Misalnya, merasa kasihan karena penderitaan orang lain. Kasihan merupakan perasaan tidak nyaman dan bernada merendahkan atau paternalistik. Rasa kasihan menyiratkan bahwa orang tersebut tidak pantas menerima kesedihannya atau tidak berdaya.

Ini berarti bahwa belas kasih tidak dapat dipakai dalam menjelaskan apa itu empati. Keduanya memiliki muatan nilai tersirat yang berbeda.

Empati lain juga dengan simpati. Simpati adalah rasa peduli dan perhatian pada seseorang. Seringkali rasa simpati tercurah pada orang terdekat. Simpati juga sering disertai harapan serta keinginan melihat orang terdekat lebih bahagia. Mudahnya, simpati dimaknai dengan ‘perasaan terhadap sesama manusia’.

Beda dengan empati, simpati tidak melibatkan kesamaan perspektif. Kita bisa bersimpati dengan orang yang berbeda pendapat atau berbeda ideologi sekalipun. Karena tidak melibatkan perspektif, kadang rasa simpati tidak disertai dengan menunjukkan ‘senasib’.

Atau secara ekspresi memang peduli tapi tidak menunjukkan kesusahan bersama. Empati sangat mungkin didasari simpati meski tidak selalu. Setelah rasa simpati dan empati, ada rasa welas asih. Ini tingkatnya lebih tinggi sebab berhubungan dengan pengalaman universal.

Setelah mengenali perbedaan rasa empati, simpati, dan welas asih, mengapa ketiganya penting ada dalam kehidupan?

Kepedulian teramat penting sebab dapat menunjukkan peran seseorang dalam lingkungannya. Semakin orang tersebut dihargai, maka semakin dibutuhkan rasa empati, simpati, dan welas asih.

Kehidupan sosial memang penuh dengan masalah dan hambatan tidak terkecuali untuk orang di sekitar kita. Pernah nggak sih kamu melihat temanmu sedang mengalami sial, stres, atau merasa kehilangan? Kita sebagai teman yang baik tentu saja akan berusaha untuk bersimpati terhadap hal tersebut dengan berusaha membantu dan lebih suportif terhadap teman kita. Terlepas dari masalah fisik seperti kesehatan atau masalah secara emosional, seperti putus cinta contohnya.

Tentunya kita akan berusaha untuk merespon teman kita dengan cara mendengarkan dan memahami teman kita. Tetapi bagaimana sih caranya agar kita dapat merespon teman kita dengan baik? Sudahkan kamu mengetahui perbedaan simpati dan empati?

Apa itu Empati?

Empati terkadang mirip seperti simpati, yang membedakan adalah perbedaan respon dari orang yang sedang mengalami masalah tersebut ketika mendapatkan simpati atau empati. Menurut Eisenberg dalam Gazzaniga, Heatherton and Halpern (2016) empati yang ada pada manusia timbul melalui perasaan saling memahami kondisi emosional dan merefleksikan perasaan orang yang sedang mengalami perasaan tersebut pada situasi tertentu.

Hasil dari empati ini menjadi dasar untuk saling percaya terhadap lawan bicara. Hal tersebut dikarenakan adanya perasaan dimengerti dan pengalaman yang sama antara kita dan lawan bicara. Pengalaman tersebut membuat orang menjadi relatable sehingga terjadi rasa saling memahami.

Coba kita ambil contoh sejenak, misal teman kamu sedang mengalami putus cinta. Temanmu mengalami rasa sedih yang mendalam karena kehilangan seseorang yang disayangi, jika kamu pernah mengalami bagaimana rasanya putus cinta tentu saja kamu lebih mudah untuk mengidentifikasi rasa sedihnya karena kamu pernah mengalaminya. Mulai dari hari pertama kamu harus mengalami masa denial karena kamu berpisah dengan orang yang kamu sayangi untuk pertama kali. Hingga waktu yang dibutuhkan untuk dapat pulih kembali dari rasa sedih tersebut. Tentu saja pengalaman ini akan memberikan pemahaman yang mendalam terhadap teman kamu ketika melihat temanmu mengalami putus cinta.

Kamu mengetahui rasanya menjadi teman kamu melalui perspektif temanmu. Kamu menempatkan dirimu seperti dirinya karena empati yang kamu punya. Tentu saja temanmu juga mengerti dengan hal tersebut dan akhirnya temanmu merasa dimengerti. Walaupun begitu, empati bukan berarti tidak dapat dilakukan jika kamu tidak mengalami pengalaman tersebut. Kamu masih bisa merasakan empati baik secara emosional atau secara mental. Empati tersebut dapat dilakukan dengan cara berimajinasi dirimu seperti teman kamu dan berimajinasi kamu berada di situasi seperti teman kamu. Hal tersebut akan membentuk empati dari imajinasi tersebut.

Tanda-Tanda bahwa Kamu adalah Orang yang Empatik

Tau nggak sih, kalau ternyata kamu bisa dikatakan orang yang empatik jika:

  • Kamu adalah pendengar yang baik ketika temanmu sedang bercerita
  • Temanmu mempercayai kamu untuk menceritakan masalahnya
  • Kamu lebih mudah untuk memahami perasaan temanmu ketika dalam masalah
  • Kamu orangnya suka memikirkan perasaan orang lain atau temanmu
  • Temanmu sering meminta nasihat
  • Kamu mudah tertekan dengan kejadian yang menyedihkan
  • Terkadang kamu merasa lelah dan tertekan pada situasi tertentu dalam lingkup sosial

Memiliki empati yang tinggi tentu saja akan membuatmu lebih memperhatikan kebahagiaan dan kebaikan orang lain. Tetapi itu juga berarti bahwa kamu terkadang juga akan tertekan dan lebih mudah lelah karena selalu memikirkan perasaan orang lain.

Apakah Empati Berguna?

Empati tentu saja akan mengembangkan koneksi sosial terhadap orang lain. Menumbuhkan rasa saling memahami apa yang orang pikir dan rasakan, sehingga dapat bertindak sesuai dengan situasi yang terjadi. Menjadi orang empatik juga mengajarkanmu untuk bisa lebih baik dalam mengontrol emosi. Empati juga dapat meningkatkan hal positif karena adanya perilaku membantu terhadap sesama.

Apa itu Simpati?

Kata simpati menurut KBBI adalah keikutsertaan merasakan perasaan orang lain baik senang, susah, dan sebagainya. Simpati lebih didefinisikan sebagai perasaan kasihan atau sedih untuk musibah yang dialami orang lain. Simpati tidak mengalami tingkat pemahaman yang sama dengan empati namun masih dapat membantu teman kita ketika sedang mengalami masalah jika disampaikan dengan baik dan tulus. Eisenberg dalam Gazzaniga, Heatherton and Halpern (2016) mengatakan bahwa simpati berkebalikan dengan empati, simpati timbul dari perasaan perhatian, kasihan, atau kesedihan terhadap satu sama lain. Bisa dikatakan bahwa simpati melibatkan perasaan “terhadap” orang tersebut sementara empati melibatkan perasaan “bersama” dengan orang tersebut.

Kesimpulan Perbedaan Simpati dan Empati

Perbedaan simpati dan empati yang unik dimana empati lebih menekankan terhadap hubungan antara satu orang dengan orang yang lain sehingga meningkatkan pemahaman yang mendalam antara orang lain karena mengimajinasikan diri kita berada di posisi orang tersebut. Simpati lebih ditunjukkan sebagai rasa kasihan atau sedih terhadap seseorang, memahami bahwa orang tersebut sedang mengalami masalah atau kesusahan.

Menjadi orang yang berempati memang bagus, tetapi cobalah untuk tidak tenggelam dalam masalah orang lain demi membahagiakan orang lain. Cobalah mencari keseimbangan dengan menjadi orang yang berempati terhadap orang lain dan diri sendiri.

Referensi:

Cherry, K. (2020, Mei 2). Why Empathy Is Important. //www.verywellmind.com/what-is-empathy-2795562

Davis, T. (2020, Juli 14). Sympathy vs. Empathy. //www.psychologytoday.com/us/blog/click-here-happiness/202007/sympathy-vs-empathy

Gazzaniga, M., Heatherton, T. and Halpern, D., 2016. Psychological Science. 5th ed. New York: W. W. Norton & Company Inc.

Video yang berhubungan

Postingan terbaru

LIHAT SEMUA