Pemberontakan Kuti yang membahayakan kerajaan Majapahit terjadi pada masa pemerintahan raja

Senin, 29 Desember 2014 - 05:00 WIB

Kisah Gajah Mada Menumpas Pemberontakan Ra Kuti

SAAT Jayanegara berkuasa di Majapahit, terjadi Pemberontakan Ra Kuti. Seperti apa ceritanya?

Cerita Pagi kali ini akan mengupas tentang Pemberontakan Ra Kuti. Pemberontakan Ra Kuti adalah salah satu pemberontakan yang terjadi saat Majapahit diperintah oleh Prabu Jayanegara (ada juga yang menulis Jayanagara).

Pemberontakan Ra Kuti terjadi tahun 1319, dipimpin oleh Ra Kuti, salah seorang Dharmaputra. Menurut wikipedia, adanya jabatan Dharmaputra diketahui dari naskah Pararaton.

Tidak diketahui dengan pasti apa tugas dan wewenang Dharmaputra. Pararaton hanya menyebutkan bahwa para Dharmaputra disebut sebagai pengalasan wineh suka, yang artinya "pegawai istimewa yang disayangi raja".

Mereka dikisahkan diangkat oleh Raden Wijaya dan tidak diketahui lagi keberadaannya setelah tahun 1328.

Jayanagara (lahir: 1294 - wafat: 1328) adalah raja kedua Kerajaan Majapahit yang memerintah pada tahun 1309-1328, dengan bergelar Sri Maharaja Wiralandagopala Sri Sundarapandya Dewa Adhiswara. Pemerintahan Jayanagara terkenal sebagai masa pergolakan dalam sejarah awal Kerajaan Majapahit. Ia sendiri meninggal akibat dibunuh oleh Ra Tanca, tabib istananya.

Pemberontakan Kuti yang membahayakan kerajaan Majapahit terjadi pada masa pemerintahan raja
JayanagaraSri Maharaja Wiralandagopala Sri Sundarapandya Dewa Adhiswara

Ilustrasi Jayanagara

Raja Majapahit ke 2Berkuasa
Pemberontakan Kuti yang membahayakan kerajaan Majapahit terjadi pada masa pemerintahan raja
Majapahit (1309 - 1328)PendahuluRaden WijayaPenerusTribhuwana Wijayatunggadewi

Lahir'Garbhopati'
'Kalagemet'
1294Wafat1328
Pemberontakan Kuti yang membahayakan kerajaan Majapahit terjadi pada masa pemerintahan raja
MajapahitPemakaman1329

Istana Kapopongan, Antawulan (Trowulan)

DinastiWangsa Rajasa
Nama lengkap
Jayanegara
AyahRaden WijayaIbuDara Petak (Indreswari)AgamaSiwa-Buddha

Menurut Pararaton, nama asli Jayanagara adalah Kalagemet putra Wijaya dan Dara Petak. Ibunya ini berasal dari Kerajaan Dharmasraya di Pulau Sumatra. Ia dibawa Kebo Anabrang ke tanah Jawa sepuluh hari setelah pengusiran pasukan Mongol oleh pihak Majapahit. Wijaya yang sebelumnya telah memiliki dua orang istri putri Kertanagara, kemudian menjadikan Dara Petak sebagai istri Tinuheng Pura, atau "istri yang dituakan di istana".

Menurut Pararaton, pengusiran pasukan Mongol dan berdirinya Kerajaan Majapahit terjadi pada tahun 1294. Sedangkan menurut kronik Cina dari dinasti Yuan, pasukan yang dipimpin oleh Ike Mese itu meninggalkan Jawa tanggal 24 April 1293. Naskah Nagarakretagama juga menyebut angka tahun 1293. Sehingga, jika berita-berita di atas dipadukan, maka kedatangan Kebo Anabrang dan Dara Petak dapat diperkirakan terjadi pada tanggal 4 Mei 1293, dan kelahiran Jayanagara terjadi dalam tahun 1294.

Nama Dara Petak tidak dijumpai dalam Nagarakretagama dan prasasti-prasasti peninggalan Majapahit. Menurut Nagarakretagama, Wijaya bukan hanya menikahi dua, tetapi empat orang putri Kertanagara, yaitu Tribhuwaneswari, Narendraduhita, Jayendradewi, dan Gayatri. Sedangkan Jayanagara dilahirkan dari istri yang bernama Indreswari. Hal ini menimbulkan dugaan kalau Indreswari adalah nama lain Dara Petak.

Nagarakretagama menyebutkan Jayanagara diangkat sebagai yuwaraja atau raja muda di Kadiri atau Daha pada tahun 1295. Nama Jayanagara juga muncul dalam prasasti Penanggungan tahun 1296 sebagai putra mahkota. Mengingat Raden Wijaya menikahi Dara Petak pada tahun 1293, maka Jayanagara dapat dipastikan masih sangat kecil ketika diangkat sebagai raja muda. Tentu saja pemerintahannya diwakili oleh Lembu Sora yang disebutkan dalam prasasti Pananggungan menjabat sebagai patih Daha.

Dari prasasti tersebut dapat diketahui pula bahwa Jayanagara adalah nama asli sejak kecil atau Garbhopati, bukan nama gelar atau abhiseka. Sementara nama Kalagemet yang diperkenalkan Pararaton jelas bernada ejekan, karena nama tersebut bermakna "jahat" dan "lemah", hal itu dikarenakan kepribadian Jayanagara yang dipenuhi prilaku amoral namun lemah sebagai penguasa sehingga banyak pemberontakan yang timbul dalam masa pemerintahannya.

Raja Majapahit

Jayanagara naik takhta menjadi raja Majapahit menggantikan ayahnya yang menurut Nagarakretagama meninggal dunia tahun 1309.

Dari Piagam Sidateka yang bertarikh 1323, Jayanagara menetapkan susunan mahamantri katrini dalam membantu pemerintahannya, yaitu sebagai berikut:

  1. Rakryan Mahamantri Hino: Dyah Sri Rangganata
  2. Rakryan Mahamantri Sirikan: Dyah Kameswara
  3. Rakryan Mahamantri Halu: Dyah Wiswanata

Menurut Pararaton, pemerintahan Jayanagara diwarnai banyak pemberontakan oleh para pengikut ayahnya. Hal ini disebabkan karena Jayanagara adalah raja berdarah campuran Jawa-Melayu, bukan keturunan Kertanagara murni.

Pemberontakan pertama terjadi ketika Jayanagara naik takhta, yaitu dilakukan oleh Ranggalawe pada tahun 1295 dan kemudian Lembu Sora pada tahun 1300. Dalam hal ini pengarang Pararaton kurang teliti karena Jayanagara baru menjadi raja pada tahun 1309. Mungkin yang benar ialah, pemberontakan Ranggalawe terjadi ketika Jayanagara diangkat sebagai raja muda atau putra mahkota. Mungkin pula pemberontakan Ranggalawe sebenarnya terjadi pada tahun 1309.

Pararaton juga memberitakan pemberontakan Juru Demung tahun 1313, Gajah Biru tahun 1314, Mandana dan Pawagal tahun 1316, serta Ra Semi tahun 1318. Akan tetapi, menurut Kidung Sorandaka, Juru Demung dan Gajah Biru mati bersama Lembu Sora tahun 1300, sedangkan Mandana, Pawagal, dan Ra Semi mati bersama Nambi tahun 1316.

Berita pemberontakan Nambi tahun 1316 dalam Pararaton juga disebutkan dalam Nagarakretagama, dan diuraikan panjang lebar dalam Kidung Sorandaka. Menurut Nagarakretagama, pemberontakan Nambi tersebut dipadamkan langsung oleh Jayanagara sendiri.

Di antara pemberontakan-pemberontakan yang diberitakan Pararaton, yang paling berbahaya adalah pemberontakan Ra Kuti tahun 1319. Ibu kota Majapahit bahkan berhasil direbut kaum pemberontak, sedangkan Jayanagara sekeluarga terpaksa mengungsi ke desa Badander dikawal para prajurit bhayangkari yang dipimpin oleh Gajah Mada. Kemudian, Gajah Mada kembali ke ibu kota menyusun kekuatan. Berkat kerja sama antara para pejabat dan rakyat ibu kota, Kelompok Ra Kuti dapat dihancurkan.

Sewaktu menjadi raja, Jayanagara masih berusia muda sehingga dimanfaatkan orang-orang yang merasa tidak puas untuk memberontak. Mereka merasa tidak puas terhadap kebijakan Raja terdahulu, yaitu Raden Wijaya, yang menurut ukuran mereka tidak memberikan kedudukan yang mereka inginkan, dianggap tidak sepadan dengan jasanya sewaktu berjuang bersama Raden Wijaya. Maka, timbullah beberapa pemberontakan pada masa Raja Jayanagara, diantaranya adalah:

  1. Pemberontakan Ranggalawe (1309) => Ranggalawe sangat kecewa karena pengangkatan Nambi sebagai Patih di Istana Majapahit, dia hanya diberikan kedudukan yang lebih rendah sebagai penguasa wilayah Tuban. Pemberontakannya dapat segera dihancurkan dan Ranggalawe dibunuh oleh Kebo Anabrang di pertempuran Sungai Tambak Beras.
  2. Pemberontakan Lembu Sora (1311) => Lembu Sora memberontak karena mendapat hasutan dari seorang pejabat Majapahit yang bernama Mahapati. Mahapati sebenarnya juga musuh dalam selimut bagi Raja Jayanagara, yang selalu membuat intrik dan konspirasi dalam Istana. Pemberontakan Lembu Sora dapat digagalkan pihak Istana yang dipimpin oleh Nambi.
  3. Pemberontakan Nambi (1316) => Nambi memberontak karena dianggap akan menjadi raja, meskipun Nambi sudah diberi kedudukan yang tinggi sebagai Patih istana. Oleh hasutan 'Mahapati', Jayanegara kemudian menyerang Nambi. Nambi bersama Ra Semi sempat membuat pertahanan di Pajarakan, tetapi akhirnya dapat dihancurkan juga oleh Jayanegara.
  4. Pemberontakan Kuti (1319) => Pemberontakan para Dharmaputra yang dipimpin Ra Kuti berhasil menduduki istana kerajaan sehingga Raja Jayanagara terpaksa meninggalkan Istana. Oleh para pasukan 'Bhayangkari' di bawah pimpinan Gajah Mada, raja disembunyikan di tempat yang sangat dirahasiakan yaitu di desa Badander. Atas inisiatif dan usaha dari Gajah Mada maka akhirnya pihak kerajaan dapat menyusun kekuatan dan merebut kembali istana. Akhirnya raja Jayanagara dapat kembali lagi ke istana.

Daratan Tiongkok saat itu dikuasai oleh Dinasti Yuan atau bangsa Mongol. Pada tahun 1321 seorang pengembara misionaris bernama Odorico da Pordenone mengunjungi Pulau Jawa dan sempat menyaksikan pemerintahan Jayanagara. Ia mencatat pasukan Mongol kembali datang untuk menjajah Jawa, tetapi berhasil dipukul mundur oleh pihak Majapahit. Hal ini mengulangi kegagalan mereka pada tahun 1293.

Namun hubungan antara Majapahit dengan Mongol kemudian membaik. Catatan dinasti Yuan menyebutkan pada tahun 1325 pihak Jawa mengirim duta besar bernama Seng-kia-lie-yulan untuk misi diplomatik. Tokoh ini diterjemahkan sebagai Adityawarman putra Dara Jingga, atau sepupu Jayanagara sendiri. Ayah Adityawarman adalah bekas pejabat Singosari yaitu Mahamantri I Hino Dyah Adwayabrahma.

Pada tahun 1328 M, sembilan tahun setelah pemberontakan Kuti, Jayanagara mati di tangan Tanca, seorang pelantun syair yang sering diminta menghibur sang prabu. Cerita pembunuhan itu bermula pada 1328, saat Tanca yang juga seorang tabib diminta mengoperasi bisul yang diderita Jayanagara. Dalam operasi bisul yang ketiga kalinya itu Tanca menikam Jayanagara di tempat tidurnya. Gajah Mada yang menunggu di samping raja segera bangkit menusuk Tanca dan mati seketika itu juga. Namun peristiwa pembunuhan itu masih simpang siur.

Ada beberapa versi sejarah tentang siapa sang pembunuh dan apa motifnya.

1. Versi pertama dari Slamet Muljana dalam Tafsir Sejarah Nagara Kretagama, menyebutkan bahwa Jayanagara dilanda rasa takut kehilangan takhtanya sehingga ia pun melarang kedua adiknya, yaitu Dyah Gitarja (Tribhuwana Tunggadewi) dan Dyah Wiyat (Rajadewi Maharajasa) menikah karena khawatir iparnya bisa menjadi saingan. Bahkan muncul desas-desus kalau kedua putri yang lahir dari Gayatri itu hendak dinikahi oleh Jayanagara sendiri. Desas-desus itu disampaikan Ra Tanca kepada Gajah Mada yang saat itu sudah menjadi abdi kesayangan Jayanagara. Ra Tanca juga menceritakan tentang istrinya yang diganggu oleh Jayanagara. Namun Gajah Mada seolah tidak peduli pada laporan tersebut dan tidak mengambil tindakan apa-apa. Tanca pun menunggu kesempatan yang baik. Kebetulan Raja Jayanagara yang menderita bisul menghendaki pembedahan kepadanya. Momen mengobati sang raja pun digunakan Tanca sebagai jalan untuk membunuhnya di tempat tidur.

2. Versi kedua lain menurut arkeolog Belanda N.J. Krom dalam Hindoe-Javaansche Geschiedenis, sebagaimana dikutip Parakitri T. Simbolon dalam Menjadi Indonesia, istri Tanca menyebarkan berita bahwa dirinya dicabuli Jayanagara. Mendengar hal itu Gajah Mada malah balik menuduh dan mengadukan Tanca menebarkan fitnah.

3. Versi lain yang lebih menyentak, tulis Parakitri T. Simbolon, menurut N.J. Krom lagi, dalam tradisi Bali disebutkan bahwa justru Gajah Mada yang menjadi otak pembunuhan tersebut. Konon isu Raja Jayanagara mencabuli istri Ra Tanca adalah siasat dari Gajah Mada. Dan Ra Tanca hanya diperalat oleh Gajah Mada untuk membunuh Jayanagara. Slamet Muljana juga menafsirkan bahwa Gajah Mada yang pada hakikatnya tidak suka pada sikap Jayanagara, menggunakan Tanca sebagai alat untuk memusnahkan sang prabu. Untuk menyelimuti perbuatannya, dia segera membunuh Tanca tanpa proses pengadilan.

4. Versi terakhir diutarakan oleh Muhammad Yamin dalam Gajah Mada Pahlawan Persatuan Nusantara, menyebut bahwa Tanca terus-menerus merasa tak senang pada raja atas kejadian yang menimpa Kuti, kawan Tanca sesama dharmaputera. Dia menulis bahwa awal sengketa berasal dari mulut seorang perempuan, yaitu istri Darmaputera Ra Tanca. Istri ini mengeluarkan perkataan bahwa dia mendapat gangguan dari Sang Prabu. Kabar angin menimbulkan kegemparan dalam keraton dan di pusat pemerintahahan.” Gajah Mada kemudian memeriksa Tanca. Namun, waktu pemeriksaan berjalan, Jayanagara sakit dan meminta Tanca membedah bisulnya. Kesempatan itu digunakan Tanca untuk melepaskan dendamnya membunuh raja. Yamin, pengagum dan penemu wajah Gajah Mada, membela Gajah Mada menulis: “Di belakang lakon yang menyedihkan hati ini, terbayang pula suatu tuduhan kepada Gajah Mada bahwa dialah yang mendorong Ra Tanca berlaku demikian, karena kabarnya Sang Prabu salah lihat dan salah raba kepada istri Gajah Mada yang teguh setia itu. Namun, tuduhan ini tak beralasan dan berlawanan dengan kesetian hatinya kepada Seri Mahkota.

5. Kematian jayanegara disebabkan karena meminum racun yang dibuat oleh tabib ra tanca dan pembantunya. Hal itu dilakukan sang tabib karena adanya hasutan dari para pemberontak.


Menurut Pararaton, Jayanagara didharmakan dalam candi Srenggapura di Kapopongan dengan arca di Antawulan, gapura paduraksa Bajang Ratu kemungkinan besar adalah gapura yang tersisa dari kompleks Srenggapura. Sedangkan menurut Nagarakretagama ia dimakamkan di dalam pura berlambang arca Wisnuparama. Jayanagara juga dicandikan di Silapetak dan Bubat sebagai Wisnu serta di Sukalila sebagai Buddha jelmaan Amoghasiddhi.

Jayanagara meninggal dunia tanpa memiliki keturunan. Oleh karena itu, takhta Majapahit diteruskan oleh Ibu Suri Gayatri sebagai satu-satunya istri Raden Wijaya yang masih hidup. Namun karena Gayatri telah menjadi seorang Bhiksuni, kekuasaan Majapahit jatuh pada putri sulungnya, yaitu Dyah Gitarja yang bergelar Tribhuwana Wijayatunggadewi

  • Slamet Muljana. 2005. Menuju Puncak Kemegahan (terbitan ulang 1965). Yogyakarta: LKIS
  • Slamet Muljana. 1979. Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhratara
  • Kumpulan Sejarah Indonesia: https://www.facebook.com/KumpulanSejarahIndonesia/posts/464135513681551
Didahului oleh:
Raden Wijaya
Raja Majapahit
1309—1328
Diteruskan oleh:
Tribhuwana Wijayatunggadewi

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Jayanagara&oldid=20995729"


Page 2

4 Mei adalah hari ke-124 (hari ke-125 dalam tahun kabisat) dalam kalender Gregorian.

1 2 3 4 5 6 7
8 9 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21
22 23 24 25 26 27 28
29 30 31  
  • 1635 – Willem van Outhoorn, kelak menjadi Gubernur-Jendral Hindia Belanda di Batavia antara tahun 1691–1704, lahir di Ambon
  • 1814 – Napoleon Bonaparte tiba di Pulau Elba dan memulai pengasingannya yang pertama
  • 1861 – Perang Banjar: Pertempuran Paringin antara pasukan Antasari melawan kolonial Belanda
  • 1878 – Pornografi dipertontonkan untuk pertama kalinya di Grand Opera House
  • 1904 – Pembangunan Terusan Panama dilanjutkan oleh Amerika Serikat setelah dihentikan oleh Prancis pada tahun 1893
  • 1919 – Gerakan 4 Mei di Beijing, unjuk rasa para mahasiswa menuntut reformasi kebudayaan dan pendidikan
  • 1924 – Olimpiade modern ke-8 dibuka di Paris, Prancis
  • 1945 – Pasukan Jerman memasuki wilayah Belanda, sementara Denmark dan Norwegia sudah menyerah
  • 1979 – Margaret Thatcher menjadi Perdana Menteri Inggris wanita pertama
  • 1982 – Pemilu ketiga pada masa Orde Baru berlangsung di Indonesia
  • 1998 – Hari Reformasi: Kerusuhan besar mulai terjadi di Medan, mengawali peristiwa kerusuhan di kota-kota besar Indonesia
  • 2009 – Awal pelaksanaan Ujian Nasional SD/MI tahun ajaran 2008/2009 di Indonesia
  • 1635 – Willem van Outhoorn, kelak menjadi Gubernur-Jendral Hindia Belanda di Batavia antara tahun 1691–1704, lahir di Ambon
  • 1655 – Bartolomeo Cristofori, penemu piano asal Francesco, Prancis (m. 1731)
  • 1918 – Tanaka Kakuei, pemimpin politik Jepang (m. 1993)
  • 1928 – Hosni Mubarak, Presiden Mesir
  • 1929 – Audrey Hepburn, aktris Anglo-Belanda (m. 1993)
  • 1955 – Avram Grant, manajer sepak bola Israel
  • 1958 – Keith Haring, pelukis Amerika Serikat (m. 1990)
  • 1960 – Werner Faymann, Kanselir Austria
  • 1970 – Wishnutama, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia, pendiri dan Komisaris Utama NET.
  • 1972 – Mike Dirnt, musisi Amerika Serikat (Green Day)
  • 1987 – Cesc Fabregas, pemain sepak bola Spanyol
  • 1987 – Jorge Lorenzo, pembalap motor Spanyol
  • 1994 – Alexander Gould, aktor Amerika Serikat
  • 2002 - telah lahir, AG
  • AGUNG AHMMAD DANI REZA
  • 1566 – Luca Ghini, fisikawan dan botanis Italia (l. 1490)
  • 1677 – Isaac Barrow, matematikawan Inggris (l. 1630)
  • 1799 – Tipu Sultan, pemimpin militer India (l. 1750)
  • 1849 – Hokusai, artis Jepang (l. 1760)
  • 1938 – Carl von Ossietzky, tokoh perdamaian Jerman, penerima Penghargaan Nobel Perdamaian (l. 1889)
  • 1946 – Teuku Nyak Arif Gubernur Aceh yang pertama
  • 1955 – George Enescu, komposer Rumania (l. 1881)
  • 1972 – Edward Calvin Kendall, kimiawan Amerikan, penerima Penghargaan Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran (l. 1886)
  • 1980 – Josip Broz Tito, Presiden Yugoslavia (l. 1892)
  • 1967 – Kenaikan Yesus Kristus
  • 1978 – Kenaikan Yesus Kristus
  • 1989 – Kenaikan Yesus Kristus
  • 2016 – Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW 1437 Hijriah
  • Tiongkok - Hari Pemuda

3 Mei – 4 Mei – 5 Mei

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=4_Mei&oldid=20938474"