Pada persilangan nomor soal 15 di atas akan menghasilkan keturunan yang pendek sebanyak . . . . %

Persilangan dihibrida adalah persilangan antara dua individu sejenis yang melibatkan dua sifat beda, misalnya persilangan antara tumbuhan ercis berbiji bulat dan berwarna hijau dengan tumbuhan ercis berbiji kisut dan berwarna cokelat; padi berumur pendek dan berbulir sedikit dengan padi berumur panjang dan berbulir banyak.[1]

Percobaan Mendel atas persilangan dihibrida menyimpulkan bahwa dalam proses pembentukan gamet, setiap pasang alel dalam satu lokus bersegregasi dan akan berpadu secara bebas dengan alel dari lokus lainnya. Hukum perpaduan bebas ini dirumuskan dari hasil observasi terhadap penyebaran fenotip F2 persilangan dihibrida. Mendel memperoleh perbandingan fenotip F2 9 : 3 : 3 : 1,[2] misalnya persilangan dengan dua sifat beda antara biji bundar kuning dengan keriput hijau, kemudian F1 yang diperoleh biji bundar kuning. Hal ini terjadi karena setiap gen dapat berpasangan secara bebas. Artinya, biji bundar dominan terhadap keriput, dan kuning dominan terhadap hijau. Persilangan antara F1 menghasilkan keturunan F2 dengan perbandingan fenotip antara bulat kuning : keriput kuning : bulat hijau : keriput hijau = 9 : 3 : 3 : 1.[3]

Metode Punnett kuadrat menentukan rasio fenotipe dan genotipenya, metode ini pada dasarnya sama dengan persilangan monohibrida. Perbedaan utamanya ialah masing-masing gamet sekarang memiliki 1 alel dengan 1 atau 2 gen yang berbeda. Arti hibrida semacam itu juga dikemukakan oleh Gardner, hibrida dapat dibedakan menjadi monohibrida, dihibrida, trihibrida dan bahkan polihibrida tergantung pada jumlah sifat yang diperhatikan pada persilangan itu.[1]

Mendel memperoleh hasil yang tetap sama dan tidak berubah-ubah pada pengulangan dengan kombinasi sifat yang berbeda. Prinsip segregasi berlaku untuk kromosom homolog, pasangan-pasangan kromosom homolog yang berbeda mengatur sendiri pada khatulistiwa metafase I dengan cara bebas dan tetap bebas selama meiosis. Sebagai akibatnya, gen-gen yang terletak pada kromosom nonhomolog dengan kata lain gen-gen yang tidak terpaut mengalami pemilihan bebas secara meiosis. Pengamatan ini menghasilkan formulasi hukum genetika Mendel kedua, yaitu hukum pilihan acak yang menyatakan bahwa gen-gen yang menentukan sifat-sifat berbeda dipindahkan secara bebas satu dengan yang lain, oleh sebab itu akan timbul lagi pilihan acak pada keturunannya. Individu-individu demikian disebut dihibrida atau hibrida dengan 2 sifat beda. Ciri khas karya Mendel yang cermat ialah bahwa ia lalu menanam semua ercis dan membuktikan adanya genotipe terpisah di antara setiap ercis dengan kombinasi baru pada ciri-cirinya.[1]

Persilangan bertujuan untuk mempelajari hubungan antara pasangan-pasangan alela dari karakter tersebut, untuk itu tumbuhan kapri/ercis (Pisum sativum) yang memiliki biji bulat warna kuning (BBKK) disilangkan dengan kapri berbiji keriput warna hijau (bbkk). Keturunan F1 dari persilangan antara dua induk/tetua yang homozigot tersebut menghasilkan hibrida (heterozigot) bagi kedua pasangan gen tersebut. Keturunan F1-nya (BbKk) adalah hibrida dan persilangan antara BBKK x bbkk adalah persilangan dihibrida[3]

Contoh lain persilangan dihibrida yaitu persilangan antara biji kacang ercis berbentuk bulat dan berwarna kuning dengan biji yang yang berbentuk kisut dan berwarna hijau. Ternyata hasil keturunan silangan F1 100% berbiji bulat kuning. Jika tumbuhan hasil silangan ini dikawinkan sesamanya maka terjadilah hasil perkawinan sebagai berikut:

  1. 9/16 bagian = bulat kuning
  2. 3/16 bagian = bulat hijau
  3. 3/16 bagian = kisut kuning
  4. 1/16 bagian = kisut hijau

Hukum mendel II merupakan hukum pengelompokkan gen secara bebas. Berdasarkan percobaan, anggota dari sepasang gen memisah secara bebas (tidak saling mempengaruhi), ketika berlangsung meiosis selama pembentukkan gamet-gamet [2]

Persilangan ini dapat membuktikan kebenaran Hukum Mendel II yaitu bahwa gen-gen yang terletak pada kromosom yang berlainan akan bersegregasi secara bebas dan dihasilkan empat macam fenotip dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. Percobaan yang dilakukan persilangan dihibrida dapat dipraktikan dengan menggunakan kancing genetika berwarna merah, putih, hijau, dan hitam.[2]

  1. ^ a b c Wildan, Yatim (2003). Genetika. Bandung: Tarsito.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  2. ^ a b c Genetika. Yogyakarta: UGM Press. 2005.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan); Parameter |first1= tanpa |last1= di Authors list (bantuan)
  3. ^ a b Walker, R (2003). Seri Pengetahuan Gen dan DNA. Jakarta: Erlangga.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Persilangan_dihibrida&oldid=19744895"

Pada persilangan nomor soal 15 di atas akan menghasilkan keturunan yang pendek sebanyak . . . . %

Pada persilangan nomor soal 15 di atas akan menghasilkan keturunan yang pendek sebanyak . . . . %
Lihat Foto

Kompas.com/SILMI NURUL UTAMI

Persilangan intermediet bunga warna merah dan warna putih menghasilkan keturunan dengan perpaduan sifat keduanya, yaitu bunga warna merah muda

KOMPAS.com – Persilangan dua individu yang bersifat intermediet antara warna merah dan putih akan menghasilkan f2 dengan warna merah, merah muda, dan putih.

Namun, apakah yang dimaksud dengan persilangan intermediet dan mengapa ada keturunan berwarna merah mudah padahal fenotipe orang tuanya hanya merah dan putih?

Untuk mengetahui jawabannya, simaklah penjelasan berikut!

Sejarah persilangan intermediet

Perilangan intermediet adalah persilangan monohibrid yang terjadi pada perkawinan dua individu dengan satu sifat yang berbeda.

Persilangan intermediet ditemukan oleh seorang ahli botani dan genetika asal Jerman bernama Carl Erich Correns. Correns mempelajari penurunan sifat untuk membuktikan Hukum Mendel.

Baca juga: Memahami Hukum Mendel

Correns menyilangkan bunga pukul empat berwarna merah yang genotipenya dominan, dengan bunga pukul empat berwarna putih yang genotipenya resesif.

Correns kemudian menemukan keturunan persilangan tersebut menghasilkan warna merah muda yang tidak ada sebelumnya.

Artinya, sifat dominasi penuh menurut Mendel tidak selalu terjadi. Persilangan tersebut, Correns namakan sebagai persilangan intermediet.

Pengertian persilangan intermediet

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa persilangan intermediet adalah persilangan dengan dominasi tidak lengkap.

Dilansir dari Biology Dictionary, dominasi tidak lengkap adalah ketika alel dominan tidak sepenuhnya menutupi alel resesif dan menghasilkan keturunan dengan penampilan fisik berupa perpaduan antara dua alel.

Baca juga: Penyimpangan Hukum Mendel

Perhatikan contoh soal pewarisan sifat pada persilangan dihibrid beserta jawabannya berikut ini.

Contoh Soal Pewarisan Sifat pada Persilangan Dihibrid beserta jawabannya Pilihan Ganda

Jika warna biji kuning (K) dominan terhadap warna biji hijau (k) dan biji kisut (b) memiliki sifat lemah terhadap biji bulat (B). Maka persilangan antara tanaman berbiiji bulat warna kuning (BbKK) dengan tanaman berbiji kisut warna hijau akan menghasilkan keturunan dengan fenotip kisut warna kuning sebesar …

A. 25%

B. 50%

C. 75%

D. 100%

Jawaban: B

Pembahasan:

Diketahui:

Tanaman berbiji bulat warna kuning (BbKK)

Tanaman berbiji kisut warna hijau (bbkk)

Ditanyakan: Rasio keturunan tanaman berbiji kisut warna kuning = …?

Jawaban:

P1 = BbKK >< bbkk

Gamet = BK, bK >< bk

Genotip = 1 BbKk : 1 bbKk

Fenotip = Biji bulat warna kuning : biji kisut warna kuning

Rasio = 50% : 50%

Soal No. 2

Padi bulir bulat berbatang tinggi (BBTT) disilangkan dengan padi bulir panjang berbatang pendek (bbtt). Apabila gen bulir bulat dan batang tinggi memiliki sifat dominan, maka jika tanaman F1 disilangkan dengan sesamanya maka akan memperoleh tanaman F2 yang memiliki sifat bulir bulat berbatang pendek adalah …

Pelajari Juga:  10 Soal Pilihan Ganda Alat Optik Kelas 8

A. 6,25%

B. 18,75%

C. 56,25%

D. 76,33%

Jawaban: B

Pembahasan:

Diketahui:

Bulir bulat batang tinggi (BBTT)

bulir panjang batang pendek (bbtt)

Bulat – tinggi dominan terhadap lonjong – pendek

Ditanyakan: F2 yang memiliki sifat bulir bulat berbatang pendek = …?

P1 = BBTT >< bbtt

Gamet = BT >< bt

P2 = BbTt >< BbTt

Gamet = BT, Bt, bT, bt >< BT, Bt, bT, bt

F2BTBtbTbt
BTBBTTBBTtBbTTBbTt
BtBBTtBBttBbTtBbtt
bTBbTtBbTtbbTTbbTt
btBbTtBbttBbTtbbtt

F2 yang memiliki sifat bulir bulat berbatang pendek yaitu 1BBtt dan 2Bbtt

Rasionya = 3/16 x 100% = 18,75%

Soal No. 3

Perkawinan antara seorang pria berambut keriting kulit sawo matang (KKSS) dengan seorang wanita berambut lurus kulit kuning langsat (kkss) ternyata semua anaknya berambut keriting kuning langsat. Jika salah satu anaknya yang pria menikahi gadis berambut keriting kulit sawo matang maka hasil persilangan tampak seperti ditunjukkan oleh tabel berikut.

Individu berambut lurus kulit sawo matang terletak pada kotak nomer …

A. 2

Pelajari Juga:  Materi Tekanan Gas SMP Kelas 8

B. 5

C. 7

D. 8

Jawaban: C

Pembahasan:

Diketahui:

Pria berambut keriting kulit sawo matang (KKSS)

Wanita berambut lurus kulit kuning langsat (kkss)

Semua keturunannya berambut keriting kulit kuning langsat (KkSs)

Itu artinya, keriting daminan terhadap lurus dan kuning langsat dominan terhadap sawo matang.

Oleh sebab itu, jika salah satu anaknya yang pria menikah dengan gadis berambut keriting kulit sawo matang (KkSS), maka hasil persilangannya tampak seperti pada tabel berikut:

 KSKskSks
KSKKSSKKSsKkSSKkSs
kSKkSSKkSskkSSkkSs

Sehingga individu berambut lurus kulit sawo matang memiliki genotip = kkSS.

Soal No. 4

Persilangan antara tanaman mangga berdaging tebal – rasa asam (TTmm) dengan mangga berdaging tipis – rasa manis (ttMM) akan menghasilkan tanaman mangga berdaging tebal – rasa manis heterozigotik. Jika tanaman F1 disilangkan dengan sesamanya maka akan diperoleh tanaman bergenotip berdaging tebal – rasa manis homozigotik sebesar …

A. 6,25%

B. 18,75%

C. 56,25%

D. 76,33%

Jawaban: A

Pembahasan:

Diketahui:

Mangga berdaging tebal rasa – asam (TTmm)

Mangga berdaging tipis rasa – manis (ttMM)

Mangga berdaging tebal – rasa manis (TtMm)

Ditanyakan: Rasio F2 mangga berdaging tebal – rasa manis homozigotik = …?

P2 = TtMm >< TtMm

Gamet = TM, Tm, tM, tm >< TM, Tm, tM, tm

F2TMTmtMtm
TMTTMMTTMmTtMMTtMm
TmTTMmTTmmTtMmTtmm
tMTtMMTtMmttMMttMm
tmTtMmTtmmttMmttmm

Mangga berdaging tebal rasa manis homozigotik = TTMM

Rasio Mangga berdaging tebal rasa manis homozigotik = 1/16 = 6,25%

Soal No. 5

Persilangan antara tanaman terung berwarna ungu berbatang pendek (Uupp) dengan terung warna hijau berbatang tinggi (uuPp) akan menghasilkan tanaman terung warna ungu berbatang tinggi sebanyak …

A. 25%

B. 30%

C. 50%

D. 75%

Jawaban: A

Pembahasan:

Diketahui:

Terung berwarna ungu berbatang pendek (Uupp)

Terung berwarna hijau berbatang tinggi (uuPp)

Ditanyakan: Rasio F1 terung berwarna ungu berbatang tinggi = …?

Jawaban:

P1 = Uupp >< uuPp

Gamet = Up, up >< uP, up

F1Upup
uPUuPpuuPp
upUuppuupp

Genotip = 1 UuPp : 1 uuPp : 1 Uupp : 1 uupp

Fenotipe = Terung berwarna ungu berbatang tinggi : Terung berwarna hijau berbatang tinggi : Terung berwarna ungu berbatang pendek : Terung berwarna hijau berbatang pendek

Rasio keturunan = 25% : 25% : 25% : 25%

Rasio terung berwarna ungu berbatang tinggi = 25%