Perairan air tawar terdapat didaratan mulai dari pegunungan, perbukitan, hingga daratan rendah dekat pantai. Dalam kondisi alami bentuk – bentuk perairan tawar yang lazim disebut perairan umum yaitu : Danau dan Waduk adalah salah satu perairan umum yang dimanfaatkan dalam produksi perikanan, baik melalui kegiatan budidaya maupun penangkapan. Ekosistem danau terbagi atas zona (mintakat);
Sedimen danau merupakan alami bagi berbagai jenis hewan makrobentos yang menghabiskan seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya didasar perairan. Hewan bentik ini makan deposit bahanb organic dari detritus tumbuhan air seperti eceng gondokl, kangkung,m teratai, dan tumbuhan akuatik lainnya, bakteri dan jamur yang melekat pada detritus. Habitat danau yang bercirikan dangkal dan kaya kandungan nutrien mampu mendukung keanekaragaman hewan makrobentos, akar eceng gondok yang memiliki bentuk morfologi lebat dan tebal disukai sebagai tempat menempel hewan jenis chironomidae. Danau dapat dibedakan berdasarkan kandung hara yang ada di dalamnya, yakni danau oligonotrofik merupakan danau yang mengandung sedikit nutrien dan unsur hara didalam airnya, sedangkan danau eutrofik merupakan danau yang kaya akan nutrein. Akibat dari banyak nutrien adalah kekeruhan air yang tinggi dan melimpahnya tumbuhan akuatik di danau yang menyebabkan konsentrasi gas oksigen terlarut rendah pada zona profundal dan zona bentik. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengelolaan perikanan di danau dan di waduk adalah perombakan bahan organik dari tumbuhan yang terendam air yang dalam jangka panjang mempengaruhi kualitas air, ketersediaan daerah, pemijahgan dan jalur ruaya ikan, serta kondisi daerah hilir bendungan. Sistem budidaya yang layak untuk di terapkan di dalam perairan waduk adalah keramba jarring apung (KJA). Dalam penentuan lokasi (Zona) budidaya, faktor-faktor yang mempengaruhi lingkunga yang harus di pertimbangkan antara lain, sebagai berikut;
Pembuatan waduk untuk tujuan pembangkit listrik dan irigasi melalui pembendungan aliran sungai. Pada hakekatnya telah mengubah ekosistem sungai dan daratan menjadi ekosistem waduk. Pembuatan waduk akan membentuk ekosistem baru yang sangat berlainan dengan ekosistem sungai dan daratan yang ada sebelumnya. Pembersihan dan penggenangan tumbuhan yang ada didalam kawasan yang akan dijadikan waduk harus di pertimbangkan dengan cermat sebelum waduk diairi. Perubahan-perubahan yang akan terjadi dan dapat menyebabkan penurunan produksi ikan budidaya dan penangkapan setelah beberapa lama pemanfaatan waduk adalah:
Manipulasi dan modifikasi terhadap habitat waduk dilakukan untuk menyesuaikan kondisi ekologis waduk dengan kebutuhan optimal species ikan yang ada sebelumnya dan yang di tebarkan ke dalamnya. Didalam waduk yag di bangun mungkin hanya beberapa jenis ikan yang ada di sungai yang mampu menyesuaikan diri untuk melengkapi daur hidupnya dan berkembang biak, selebihnya menjadi punah. Bagi beberapa species, perairan waduk yang terbentuk mungkin hanya cocok sebagai daerah pertumbuhan tidak sebagai daerah pemijahan. Ada kemungkinan jenis ikan penghuni sebelum akhirnya hanya dapat tumbuh namun tidak dapat memijah. Oleh sebab itu, didalam pengelolaannya, salah satu yang penting untuk di perhatikan adalah kondisi habitat, antara lain, antara lain ketersedian habitat untuk memijah dan jalur raya ikan agar habitatnya yang baru terbentuk sesuai bagi populasi ikan untuk tumbuh, berkembang, dan dalam melengkapi daur hidupnya. Ekosistem rawa merupakan peralihan antara ekosistem darat dan ekosistem akuatik (perairan). Rawa adalah bagian yang rendah didarat yang selalu tergenang air, yang penggenangannya dapat bersifat musiman atau permanen. Air yang menggenangi rawa dapat berasal dari hujan, sungai, estuari maupun dari sumber mata air. Ada rawa yang berhubungan dengan sungai, adapula yang tidak berhubungan dengan sungai. Berdasarkan perbedaan sumber air tersebut, maka rawa dibagi atas:
Rawa relatif tidak dalam, ketinggian air stabil serta dasar rawa berupa lumpur dan hancuran bagian-bagian tumbuhan. Ekosistem rawa cendrung subur dengan zat hara yang terlarut dalam air yang terbawa oleh aliran yang masuk yang meningkatkan produktivitas perairan tersebut. Rawa ditumbuhi oleh tumbuhan baik yang terapung maupun tumbuhan yang ujungnya mecuat (muncul) ke permukaan air. Bila terjadi pendangkalan vegetasi berkayu. Rawa memiliki berbagai macam fungsi dan manfaat diantaranya adalah menyerap dan menyimpan kelebihan air dari daerah sekitarnya sehingga berfungsi sebagai kolam penampungan air sementara dan memiliki fungsi hidrologis sebagai kawasan penyangga sebagai sumber cadangan air, yang akan mengalir keperairan umum. Cadangan air akan mengalir ke perairan lainnya dan ke daerah sekitarnya pada saat mengalami kekeringan. Dengan demikian rawa berfungsi pula sebagai pencegah terjadinya banjir, sumber enerji, dan sebagai sumberdaya perikanan. Berdasarkan pergantian airnya, rawa dapat di bagi;
Rawa yang airnya tidak berganti, tidak memilik saluran pelepasan air sehingga rawa selalu tergenang. Sedangkan rawa yang airnya yang selalu berganti memiliki saluran pelepasan air, sehingga air yang baru masuk kedalam rawa mengganti posisi air (lama) sebelumnya. Rawa yang airnya tidak berganti memiliki ciri-ciri sebagai berikut;
Sedangkan rawa yang airnya berganti memiliki ciri-ciri sebagai berikut;
Ekosistem rawa air tawar berbeda dengan hutan rawa gambut. Pada rawa gambut, terdapat lapisan gambut yang tebal, dan sumber airnya berasalnnya dari hujan dan sungai. Di pulau Kalimantan di jumpai perairan rawa dan sungai yang sangat luas yakni mencapai jutaaan ratusan hektar. Ekosistem rawa yang sangat luas, itu merupakan potensi sumberdaya perairan yang sangat besar untuk produksi perikanan air tawar. Akan tetapi, akibat dari penggundulan hutan yang menyebabkan erosi dan sedimentasi yang berujung pada pendangkalan rawa tersebut. Manfaat sumberdaya perikanan tersebut mengalami penurunan dan beberapa jenis ikan yang ada di dalamnya menjadi langkah atau mengalami penurunan populasi. Penyebab lain dari penurunan produktivitas tersebut adalah pencemaran dan kegiatan budidaya yang tidak ramah linglkungan. Sungai adalah bagian permukaan bumi yang elevasinya lebih rendah dari daratan di sekitarnya dan dan menjadi tempat mengalirnya air tawar menuju perairan umum lainnya yang elevasi dasar perairannya atau permukaan airnya lebih rendah yakni laut, danau, rawa, sungai yang lain. Jadi, sungai merupakan perairan terbuka yang mengalir (lotik). Sumber air dari sungai bisa hujan, mata air dan bisa juga berasal dari es yang mencair. Berdasarkan ciri fisiknya, sungai dibagi atas:
Sungai mendapat masukan unsur-unsur hara dan mineral dari lahan sekitar. Kondisi lahan yang dilalui oleh aloiran sungai berpengaruh terhadap tingkat kesuburan dan produktivitas ekosistem sungai. Pemanfaatan lahan di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) berupa pemukiman, pertanian, peternakan, industry, dan sebagainya menghasilkan limbah yang mempengaruhi sifat biofisikakimiawi air sungai, dan selanjutnya akan mempengaruhi faktor fisika, kimia dan biologi laut danau atau sungai lainnya dimana sungai tersebut bermuara. Kandungan nutrien di sungai sangat di tentukan oleh kondisi lahan dan tipe vegetasi di sepanjang aliran sungai tersebut. Dampak dari erosi dan limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun), dan sampah yang masuk ke dalam sungai akan menyebabkan penurunan kualitas perairan tersebut, diantaranya deoksigenasi, naiknya suhu air dan meningkatnya padatan tersuspensi, terlarut dan partikulat organic. Sampai pada batas-batas tertentu limbah-limbah tersebut tidak akan menurunkan kualitas air sungai. Namun apabila beban masukan bahan-bahan terlarut tersebut melebihi kemampuan sungai untuk membersihkan diri sendiri (self purification), maka timbul permasalahan pencemaran perairan dan berpengaruh negative terhadap kehidupan biota di dalam perairan tersebut. Aliran pada sungai-sungai besarlebih lambat, suhunya lebih tinggi (lebih hangat) dan kandungan oksigen terlarutnya lebih rendah jika di bandingkan dengan sungai yang kecil, yang umumnya memiliki turbulensi yang lebih tinggi dengan aliran air yang deras. Wilayah pesisir memiliki arti strategis karena merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut, memiliki potensi wilayah sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang sangat kaya baik jenis maupun jumlah. Menurut Syamsuddin (2014) pada wilayah pesisir, ekosistem yang sangat penting dalam kehidupan biota laut dan produksi perikanan adalah estuaria, hutan mangrove, terumbu karang dan padang lamun. Ekosistem-ekositem tersebut merupakan habitat penting, yang dibutuhkan bagi kelangsungan hidup biota akuatik. Ekosistem hutan mangrove, padang lamun dan terumbu karang meruakan perairan dangkal dan menjadi sumber pangan dan obat-obatan, bahan baku pakan ternak, kosmetika dan bahan baku berbagai industri lainnya. Ketiga ekosistem ini memiliki keterkaitan satu sama lain baik secara ekologis maupun ekonomi, jika salah satu ekosistem tersebut mengalami gangguan dan kerusakan maka ekosistem yang lainnya juga akan mengalami gangguan. Untuk itu pengelolaan ketiga ekosistem tersebut harus dilakukan secara terintegrasi. Ekosistem hutan mangrove merupakan ekosistem yang terletak di antara lautan dan daratan, dan berfungsi sebagai buffer zone atau zona penyangga alami yang harus dilestarikan. Vegetasi mangrove terdiri dari tumbuhan yang hidup di habitat berair, lumpur atau rawa di pantai pada daerah pasang surut, sehingga hutan mangrove sering juga disebut hutan pasang surut, hutan payau atau hutan bakau. Istilah bakau sebenarnya hanya merupakan nama dari salah satu jenis tumbuhan yang menyusun hutan mangrove yaitu Rhizophora sp. Ekosistem mangrove mempunyai peranan yang sangat penting karena dapat menyediakan pakan bagi larva udang dan hewan akuatik lainnya, mendukung produktifitas perairan pantai. Produktifitas perairan pantai menjadi tinggi karena guguran daun dan patahan dahan yang jatuh ke dalam perairan menjadi sumber pakan penting bagi kelompok biota tertentu seperti kepiting, udang dan kekerangan dalam rantai pakan (food chain). Hutan mangrove juga merupakan daerah asuhan (nursery ground), daerah atau tempat mencari makan (feeding ground) dan daerah pemijahan (spawning ground). Ekosistem hutan mangrove merupakan daerah produsen bahan organik yang dapat menyuburkan tambak. Selain itu, vegetasi mangrove juga dapat meredam gelombang laut dan arus sungai sehingga mencegah sedimen terangkat ke air di atasnya, dan juga dapat menciptakan kesempatan bagi partikel-partikel lumpur yang terbawa oleh arus sungai mengendap ke dasar perairan. Sebagian batang, ranting, daun dan akar dapat menjadi substrat tempat menempel biota penempel seperti kerang, tiram, siput, cacing dan alga mikro. Tanahnya pun merupakan relung atau niche yang baik bagi biota-biota tersebut di atas. Biota-biota tersebut bersama dengan partikel-partikel lumpur yang banyak menyusun tanah sedimen itu sendiri merupakan suatu sistem biofilter terhadap air yang menggenanginya pada saat pasang. Dengan fungsinya menyerap senyawa-senyawa beracun bagi hewan akuatik yang menghuni kawasan mangrove dan yang dibudidayakan di dalam tambak. Tumbuhan mangrove memiliki kemampuan khusus untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang ekstrim, seperti kondisi tanah yang tergenang, kadar garam yang tinggi serta kondisi tanah yang kurang stabil. Dengan kondisi lingkungan seperti itu, beberapa jenis mangrove mengembangkan mekanisme yang memungkinkan secara aktif mengeluarkan garam dari jaringan, sementara yang lainnya mengembangkan sistem akar napas untuk membantu memperoleh oksigen bagi sistem perakarannya.
Jenis-jenis tumbuhan hutan mangrove dapat digolongkan ke dalam sejumlah jalur tertentu sesuai dengan tingkat toleransinya terhadap kadar garam dan fluktuasi permukaan air laut di pantai, dan jalur seperti itu disebut juga zonasi vegetasi. Indriyanto (2010) menyatakan bahwa jalur-jalur atau zonasi vegetasi hutan mangrove masing-masing disebutkan secara berurutan dari yang paling dekat dengan laut ke arah darat sebagai berikut:
Mangrove umumnya tumbuh dalam 4 zona, yaitu pada daerah terbuka, daerah tengah, daerah yang memiliki sungai berair payau sampai hampir tawar, serta daerah ke arah daratan yang memiliki air tawar.
Manfaat hutan mangrove secara garis besar dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu:
Ekosistem padang lamun umumnya menempati substrat atau dasar perairan yang lunak di wilayah pesisir pantai sampai pada kedalaman 10 meter. Ekosistem padang lamun merupakan salah satu ekosistem perairan laut yang memiliki produtivitas organik tinggi dan keanekaragaman hayati yang juga tinggi. Sumber bahan organik di dalam ekosistem padang lamun adalah tumbuhan lamun itu sendiri, hewan bentos yang ada didasar perairan dan alga bentik. Lamun didefinisikan sebagai satu-satunya tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang mampu beradaptasi secara penuh di perairan yang salinitasnya cukup tinggi atau hidup terbenam di dalam air dan memiliki rhizoma, daun, dan akar sejati. Beberapa ahli juga mendefinisikan lamun (Seagrass) sebagai tumbuhan air berbunga, hidup di dalam air laut, berpembuluh, berdaun, berimpang, berakar, serta berbiak dengan biji dan tunas. Karena pola hidup lamun sering berupa hamparan maka dikenal juga istilah padang lamun (Seagrass bed) yaitu hamparan vegetasi lamun yang menutup suatu area pesisir/laut dangkal, terbentuk dari satu jenis atau lebih dengan kerapatan padat atau jarang. Gambar 2. Ekosistem Padang Lamun (Sumber: www.basecamppetualang.blogspot.com) Fungsi padang lamun adalah pendaur zat hara yang sangat diperlukan bagi kehidupan biota laut. Menurut Syamsuddin (2014), menyataakan bahwa unsur-unsur hara yang terperangkap di dalam ekosistem padang lamun dipergunakan sendiri oleh komunitas yang ada di dalam lamun (self sustaining). Proses nitrifikasi berlangsung lebih efektif maka konsentrasi nitrat lebih tinggi jika dibandingkan nitrit pada lapisan interstisial. Salah satu bentuk N yang kosentrasinya paling tinggi adalah amonium (NH4). Secara ekologis padang lamun mempunyai beberapa fungsi penting bagi wilayah pesisir, yaitu :
Ekosistem lamun mempunyai peranan penting dalam menunjang kehidupan dan perkembangan jasad hidup di laut dangkal, sebagai berikut :
Beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap distribusi dan kestabilan ekosistem padang lamun adalah : Penetrasi cahaya yang masuk ke dalam perairan sangat mempengaruhi proses fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan lamun. Lamun membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi untuk proses fotosintesa tersebut dan jika suatu perairan mendapat pengaruh akibat aktivitas pembangunan sehingga meningkatkan sedimentasi pada badan air yang akhirnya mempengaruhi turbiditas maka akan berdampak buruk terhadap proses fotosintesis. Kondisi ini secara luas akan mengganggu produktivitas primer ekosistem lamun. Secara umum ekosistem padang lamun ditemukan secara luas di daerah bersuhu dingin dan di tropis. Hal ini mengindikasikan bahwa lamun memiliki toleransi yang luas terhadap perubahan temparatur. Kondisi ini tidak selamanya benar jika kita hanya memfokuskan terhadap lamun di daerah tropis karena kisaran lamun dapat tumbuh optimal hanya pada temperatur 28-30oC. Hal ini berkaitan dengan kemampuan proses fotosintesis yang akan menurun jika temperatur berada di luar kisaran tersebut. Kisaran salinitas yang dapat ditolerir tumbuhan lamun adalah 10 – 40% dan nilai optimumnya adalah 35%. Penurunan salinitas akan menurunkan kemampuan lamun untuk melakukan fotosintesis. Toleransi lamun terhadap salinitas bervariasi juga terhadap jenis dan umur. Lamun yang tua dapat mentoleransi fluktuasi salinitas yang besar. Salinitas juga berpengaruh terhadap biomassa, produktivitas, kerapatan, lebar daun dan kecepatan pulih. Sedangkan kerapatan semakin meningkat dengan meningkatnya salinitas. Padang lamun hidup pada berbagai macam tipe sedimen, mulai dari lumpur sampai karang. Kebutuhan substrat yang utama bagi pengembangan padang lamun adalah kedalaman sedimen yang cukup. Peranan kedalaman substrat dalam stabilitas sedimen mencakup 2 hal yaitu : pelindung tanaman dari arus laut dan tempat pengolahan dan pemasok nutrien. Produktivitas padang lamun juga dipengaruhi oleh kecepatan arus perairan. Pada saat kecepatan arus sekitar 0,5 m/detik, jenis Thallassia testudium mempunyai kemampuan maksimal untuk tumbuh. Terumbu karang adalah salah satu ekosistem laut dangkal yang memiliki keanekaragaman jenis hayati yang tinggi. Ekosistem ini merupakan habitat sejumlah ikan dan beberapa species biota lainnya yang pada umumnya memiliki nilai ekonomi tinggi. Fungsi dari terumbu karang adalah:
Ekosistem karang telah mendapatkan tekanan eksploitasi yang tinggi, yakni yang sedang menjadi sasaran pemburuan biota ekonomis penting dengan berbagai cara, termasuk yang berbahaya berupa penggunaan bahan peledak dan bahan kimia. Dengan kedalaman airnya yang dangkal, seluruh terumbu karang terancam oleh dampak pemanasan global dan kerusakan oleh sinar ultra violet akibat kebocoran dan semakin menipisnya lapisan ozon. Suhu adalah salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh pada kelestarian terumbu karang. Didalam ekosistem terumbu karang, terjadi simbosis antara hewan karang dengan algae (ganggang), yang di kenal dengan Zooxanthella. Di bagian dalam cangkang hewan, alga bentik (alga yang menempel pada suatu substrat) tersebut di temukan. Karena menempel pada bagian dalam hewan maka alga tersebut dinamakan alga endozim (Endozoic algae). Simbosis ini rentang terhadap perubahan suhu ekstrim. Apabila terjadi peningkatan suhu, alga yang bersimbiosis tersebut akan meninggalkan tempatnya, warna karang menjadi luntur (putih) dan ujung-ujungnnya adalah kematian. Partikel-partikel lumpur penyebab kekeruham yang menutupi terumbu karang dapat menyebabkan (jumlah biota) terumbu karang menurun bahkan terancam punah. Sedimentasi lumpur pada berbagai perairan pantai merupakan kiriman dari sungai di sekitarnya yang menyebabkan meningkatnya kekeruhan (menurun kejernihan atau transparansi) air laut tersebut.bahan pencernaan berupa bahan beracun seperti bahan-bahan kimia logam berat dan hidrokarbon (termasuk didalamnya minyak dan pestisida) adalah penyebab lain dari rusak dan punahnya terumbu karang. Gambar 3. Ekosistem Terumbu Karang (Sumber: www.goodnewsfromindonesia.id) Populasi pohon bakau dan lamun yang berfungsi menahan sedimen dan bahan-bahan pencemar lain yang terbawa oleh sungai, yang luasannya berkurang pun memicu kerusakan ekosistem terumbu karang Jadi degradasi (terumbu) karang dapat berupa berkurangnya populasi ikan, menurungnya keindahan terumbu karang dan kepunahan (hilangnya wujud) ekosistem terumbu karang secara keseluruhan. Laut merupakan suatu kumpulan air asin dalam jumlah yang banyak dan luas yang menggenangi dan membagi daratan atas benua atau pulau. Jadi laut merupakan air yang menutupi permukaan tanah yang sangat luas dan umumnya mengandung garam dan berasa asin. Biasanya air mengalir yang ada di darat akan bermuara ke laut. Indonesia mempunyai wilayah perairan laut yang sangat luas dan kurang terjaga sehingga mudah mendatangkan ancaman sengketa batas wilayah dengan negara tetangga. Untuk landas kontinen negara kita berhak atas segala kekayaan alam yang terdapat di laut sampai dengan kedalaman 200 meter. Batas laut teritorial sejauh 12 mil dari garis dasar lurus dan perbatasan laut zona ekonomi ekslusif (ZEE) sejauh 200 mil dari garis dasar laut Rasa air laut berasal dari daratan, kronologinya pada saat terjadi hujan di daratan, air akan meresap dalam tanah dan sedikit demi sedikit akan keluar lagi melalui sungai-sungai dan akhirnya mencapai laut. Pada saat perjalanan menuju ke laut tersebut, air dari daratan juga membawa mineral, sehingga laut dipenuhi garam-garam mineral. Kita mengetahui laut memiliki suatu permukaan yang sangat luas sehingga hal ini menjadi salah satu faktor penguapan dalam jumlah besar, pada saat air laut menguap, yang menguap hanyalah air (H2O) sedangkan garam-garam mineral tetap tinggal bersama air laut, begitulah sehingga air laut rasanya asin. Kadar keasinan air laut ini yang dipengaruhi oleh faktor suhu, biasanya semakin panas daerah tersebut, air lautnya semakin asin. Hal ini menimbulkan pertanyaan, mengapa air di danau rasanya tidak asin padahal airnya juga berasal dari daratan? Hal ini disebabkan karena suatu permukaan air danau tidak cukup luas sehingga penguapannya tidak begitu besar, maksudnya air yang menguap dengan air yang masuk ke danau masih seimbang dan sumber mineralnya sangat terbatas, beda dengan laut yang sumber mineralnya dari berbagai penjuru dunia menjadi satu.
Air Laut mempunyai kadar garam rata-rata 3,5 %, artinya dalam 1 liter (1000 mL) air laut terdapat 35 garam (terutama, tapi tidak seluruhnya, merupakan garam dapur (NaCl). Meskipun kebanyakan air laut di dunia mempunyai kadar garam sekitar 3,5 % air laut juga berbeda-beda kandungan garamnya. Yang Paling tawar ialah di timur Teluk Finlandia dan di utara Teluk Bothania, keduanya bagian dari laut Baltik. Yang paling asin yaitu di Laut Merah, dimana suhu tinggi dan sirkulasi terbatas membuat penguapan tinggi dan sedikit masukan air dari sungai-sungai. Kadar garam di beberapa danau dapat lebih tinggi lagi. Air laut mempunyai kadar garam karena bumi dipenuhi dengan garam mineral yang terdapat di dalam batu-batuan dan tanah. Contohnya natrium, kalium, kalsium dan lain-lain. Jika air sungai mengalir ke lautan, air tersebut membawa garam. Ombak laut yang memukul pantai juga bisa menghasilkan garam yang terdapa pada batu-batuan. Lama kelamaan air laut menjadi asin karena banyak mengandung garam. Menurut proses terjadinya laut terbagi atas:
Berdasarkan letaknya, laut dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut :
Menurut kedalamannya laut dibedakan berdasarkan 4 wilayah (zona), yaitu sebagai berikut :
Laut mempunyai banyak fungsi bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya karena di dalam dan di atas laut terdapat kekayaan sumber daya alam yang dapat kita manfaatkan yaitu:
|