Nilai karakter apa yang disampaikan dalam cerpen Pohon Keramat

PERBANDINGAN PERWATAKAN DAN NILAI MORAL DALAM CERPEN AL-MASIH AD-DAJJAL DAN CERPEN POHON KERAMAT Oleh: Riszkeu Septia Lestari, Muhammad Abdul Halim UIN Sunan Gunung Djati dan ABSTRAK Penelitian ini berjudul Perwatakan Dan Nilai Moral Dalam Cerpen Al-Masih Ad-Dajjal Karya Musthafa Mahmud Dengan Cerpen Pohon Keramat Karya Muhammad Dawam Rahardjo. Cerpen digunakan sebagai objek kajian di dalam penelitian ini. Dengan titik fokus kajiannya pada perwatakan tokoh dan nilai moral. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan persamaan dan perbedaan mengenai perwatakan tokoh dan nilai moral yang terdapat dalam cerpen Al-Masih Ad-Dajjal karya Musthafa Mahmud dan cerpen Pohon Keramat karya Muhammad Dawam Rahardjo. Dengan diketahuinya, persamaan dan perbedaan tersebut maka akan diperoleh hubungan saling keterpengaruhan diantara keduanya. Metode pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analisis. Kemudian, kajian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian sastra bandingan untuk membandingkan atau memperbandingkan kedua karya sastra yang diteliti. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan struktural yang memiliki fungsi untuk mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan unsur intrinsik dari kedua cerpen. Dengan fokus kajian pada perwatakan tokoh dan nilai moral. Hasil dari penelitian dalam kedua cerpen ini adalah (1) membandingkan perwatakan tokoh dalam cerpen Al- Masih Ad-Dajjal karya Musthafa Mahmud dan cerpen Pohon Keramat karya Muhammad Dawam Rahardjo. (2) membandingkan nilai moral dalam kedua cerpen tersebut, (3) persamaan dan perbedaan mengenai perwatakan tokoh serta nilai moral, (4) wujud moral yang terdapat di dalam cerpen Al-Masih Ad- Dajjal cerpen Pohon Keramat, (5) adakah hubungan saling keterpengaruhan diantara cerpen Al-Masih Ad-Dajjal karya Musthafa Mahmud dan cerpen Pohon Keramat karya Muhammad Dawam Rahardjo. KATA KUNCI Sastra Bandingan, Cerpen, Perwatakan, dan Nilai Moral PENDAHULUAN Karya sastra adalah sebuah karya yang bersifat imajinatif atau khayalan hasil ciptaan dari manusia yang memiliki sifat kreatif estetik. Dwi Volume 03 Nomor 01, Januari Juni 2020 67

Susanto mengemukakan dalam bukunya bahwa karya sastra adalah sebuah dunia imajinasi dan bersifat fiksi. Karya sastra disebut sebagai dunia rekaan yang realitas atau memiliki fakta yang telah dibuat dengan sedemikian rupa oleh pengarangnya (2016: 13). Selain itu pula, karya sastra dapat menampilkan gambaran dari kehidupan. Karya sastra pun tidak hanya berfungsi sebagai sarana hiburan tetapi berisi mengenai pesan-pesan yang ingin disampaikan seperti pendidikan moral yang digambarkan melalui sikap, perilaku maupun tingkah dari para tokoh yang berperan di dalam cerita. Karya sastra dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah al- Amal al- Adabi. Karya sastra ini terbagi menjadi dua yaitu, sastra imajinatif (al-adab alwasf) dan sastra non-imajinatif (al-adab al-insya i) (Ahmad dalam Kamil, 2009: 5-6). Sastra imajinatif ini dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah (aladab al-wasf) yang memiliki tiga jenis sastra yaitu puisi, prosa, dan drama. Dari ketiga jenis tersebut dapat digolongkan kembali menjadi karya sastra lainnya seperti novel atau roman, cerita pendek, novelet, dan lain sebagiannya. Sedangkan dalam sastra non-imajinatif dalam bahasa Arab dikenal dengan (al-adab al-insya i) yang memiliki banyak ragam karya sastra diantaranya seperti esai, kritik, sejarah, biografi, otobiografi, memoar, catatan harian, dan surat menyurat (Sumardjo dan Saini, 1997: 18). Penelitian ini, membahas persamaan dan perbedaan mengenai perwatakan tokoh serta nilai moral yang terdapat di dalam cerpen Al-Masih Ad-Dajjal karya Musthafa Mahmud dan cerpen Pohon Keramat karya Muhammad Dawam Rahardjo. Kemudian, setelah mengetahui persamaan dan perbedaan maka akan diketahui ada atau tidaknya hubungan saling keterpengaruhan diantara kedua cerpen tersebut. Dalam penelitian ini, kajian yang digunakan adalah kajian sastra bandingan. Yang mana sastra bandingan ini merupakan salah satu pendekatan yang terdapat dalam sastra dan tidak menghasilkan teori sendiri (Damono, 2009: 1). Sedangkan dalam bahasa Arab sastra bandingan lebih dikenal dengan dengan al-adab al- Muqāran. Istilah tersebut terdiri dari dua kata yaitu al-adab atau sastra dan al-muqāran atau bandingan. Dari kedua kata tersebut istilah al-adab atau Volume 03 Nomor 01, Januari Juni 2020 68

sastra merupakan sebuah konsep seni yang memiliki dua unsur pokok yaitu bentuk dan isi, yang mana kedua unsur inilah yang memberikan sentuhan seni dalam seluruh produk karya sastra, sebagaimana dengan jiwa dan raga yang tidak dapat dipisahkan. Sedangkan al-muqāran atau bandingan tidak dimaknai secara bahasa, tetapi kajiannya lebih bersifat pada sejarah (histories). Dengan demikian, al-muqāran atau sastra bandingan diartikan sebagai suatu studi atau kajian sastra lokal (nasional) dengan sastra lainnya dalam kaitan sejarah (histories) berbagai macam kesusastraan di dunia, berupa suatu ungkapan bahasa lisan maupun tulisan (Sebagaimana yang telah dipaparkan oleh Nurlinah dalam Modul Mata Kuliah Sastra Bandingan, 2017: 2-3). LANDASAN TEORITIS DAN METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptifanalisis. Metode deskriptif-analisis adalah metode yang cara kerjanya mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian dilakukan analisis. Pada mulanya, data yang telah ditemukan dideskripsikan dengan tujuan untuk menemukan unsur-unsur yang membangunnya, kemudian dilakukan analisis dan diperbandingkan. Secara etimologis, deskriptif dan analisis memiliki arti menguraikan. Akan tetapi, arti tersebut telah mengalami penambahan yang mana tida semata-mata untuk menguraikan saja. Melainkan, untuk memberi penjelasan dan pemahaman secukupnya (Ratna, 2010: 53). Metode deskriptif-analisis ini, dibantu oleh kajian sastra bandingan untuk mempermudah proses perbandingan. Yang mana kajian sastra bandingan ini memudahkan peneliti untuk mengetahui berbagai macam persamaan, perbedaan, dan saling keterpengaruhan. HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah peneliti melakukan pengkajian terhadap kedua cerpen yang berjudul Al-Masih Ad-Dajjal karya Musthafa Mahmud dan cerpen Pohon Keramat karya Muhammad Dawam Rahardjo. Di dalam penelitian tersebut terdapat persamaan dan perbedaan mengenai perwatakan tokoh dan nilai Volume 03 Nomor 01, Januari Juni 2020 69

moral dari kedua cerpen yang diteliti. Tokoh Dajjal dan Tokoh Partorejo merupakan tokoh yang memiliki perwatakan yang hampir sama. Keduanya digambarkan sebagai orang yang fasik, pemarah, dan cinta dunia. Persamaan watak yang dimiliki oleh kedua tokoh adalah watak fasik, pemarah, dan cinta dunia. Watak fasik tokoh Dajjal ini dibungkus dengan ketaatannya kepada Allah dengan menjalankan perintah ibadah yang pada kenyataannya hanyalah tipu daya semata yang ia perbuat. Watak cinta dunia yang dimiliki Dajjal terlihat saat ia tampak seperti orang yang sangat benci pada dunia, yang kenyataan sebaliknya ia adalah orang yang sangat cinta dunia, melebihi cintanya kepada Allah. Sama seperti Dajjal, tokoh Partorejo pun memiliki watak yang seperti itu. Berikut ini analisis mengenai perwatakan tokoh dan nilai moral dalam kedua karya sastra tersebut: Tabel 1: Perbandingan Watak Tokoh Dajjal Dengan Tokoh Partorejo No. Watak Dajjal Partorejo 1. Cinta Dunia Terlihat ketika ia tampak seperti orang yang sangat benci pada dunia, yang kenyataannya ia adalah seorang yang sangan cinta dunia, bahkan cintanya melebihi cintanya kepada Allah. kesejahteraan 2. Pemarah Terlihat ketika ia berbicara dengan Iblis. Ia berkata dengan keras, kasar, dan penuh amarah. Terlihat ketika ia selalu mengagung-agungkan pohon trambesi yang dianggapnya sebagai pohon keramat. Yang pohon tersebut dapat memberikan keberkahan dan Terlihat ketika pohon yang dikeramatkan yang dianggapnya sebagai pohon pembawa berkah akan ditebang oleh warga desa. Ia marah besar saat mendengar berita tersebut. 3. Baik Hati - Terlihat ketika ia mau menjalankan tugasnya untuk menjaga dan mengurusi bangunan masjid, MCK, dan puskesmas. 4. Santun - Terlihat saat ada warga desa yang bertanya kepadanya ia menjawab dengan santun dan sopan. 5. Penipu Terlihat saat ia memberikan seruan pada umat manusia. Yang mana seruan tersebut hanyalah tipu daya semata dan untuk mengelabui umat manusia. Volume 03 Nomor 01, Januari Juni 2020 70 -

No. Watak Dajjal Partorejo 6. Penghasut Terlihat saat ia berdakwah di tengah-tengah manusia dengan memberikan risalah yang baru. Dengan meniadakan syari at Islam yang terdahulu. - Tabel 2: Persamaan Watak Dajjal dan Partorejo Dalam Cerpen Al-Masih Ad-Dajjal dan Cerpen Pohon Keramat No. Watak Dajjal Partorejo 1. Cinta Dunia 2. Fasik 3. Pemarah Dari penjelasan tabel di atas, dapat disimpulkan persamaan yang dimiliki oleh kedua tokoh utama dalam cerpen tersebut adalah perwatakan yang cinta dunia, fasik, dan pemarah. Peneliti mendapatkan tiga persamaan watak yang dimiliki oleh keduanya dalam cerpen Al-Masih Ad-Dajjal dan cerpen Pohon Keramat. Kedua tokoh utama ini merupakan seorang yang sangat mencintai dunia. Kecintaannya pada dunia dibungkus dengan rupa ketaatan yang pada kenyataannya hanyalah tipu daya semata, sebenarnya mereka adalah seorang yang cinta dunia melebihi cintanya pada Allah SWT. Kemudian, kedua tokoh ini memiliki watak yang fasik. Watak fasik yang dimiliki oleh Dajjal terlihat ketika ia menjalankan ketaatan pada Allah dengan beribadah kepada-nya, sedangkan watak fasik Partorejo terlihat ketika ia berumur empat puluh tahun yang melakukan persemedian dan pertapaan di bawah pohon keramat dengan memberikan sesajen di bawah pohon tersebut. Watak pemarah pun merupakan watak yang dimiliki kedua tokoh utama ini, watak ini digambarkan secara langsung oleh pengarangnya. Tabel 3: Perbedaan Watak Dajjal dan Partorejo Dalam Cerpen Al-Masih Ad-Dajjal dan Cerpen Pohon Keramat No. Watak Dajjal Partorejo 1. Munafik - 2. Penghasut - 3. Penipu - Volume 03 Nomor 01, Januari Juni 2020 71

No. Watak Dajjal Partorejo 4. Baik Hati - 5. Santun - Sedangkan perbedaan yang dimiliki dari kedua tokoh dalam cerita tersebut adalah watak tokoh yang baik hati. Hal ini dikarenakan dalam cerpen Al-Masih Ad-Dajjal tidak menjelaskan watak yang mengarah pada kebaikan tokohnya. Kemudian, perbedaan perwatakan yang lainnya adalah watak yang santun. Di dalam cerpen Al-Masih Ad-Dajjal tokoh Dajjal tidak memiliki watak yang santun, ia adalah seorang tokoh yang menyesatkan, merusak, dan menyimpangkan umat manusia pada jalan yang tidak benar. Perbedaan yang lain terdapat pada tokoh Pak Partorejo yang tidak memiliki watak munafik, penghasut, dan penipu. Dikarenakan, di dalam cerpen Pohon Keramat tidak menjelaskan watak tokoh yang mengarah kepada perwatakan tokoh yang menghasut dan menipu. Setelah menjelaskan mengenai perwatakan tokoh yang terdapat di dalam cerpen. Selanjutnya, akan dijelaskan tentang nilai moral yang terdapat pula di dalam kedua sastra tersebut, yang dapat dijadikan sebagai pelajaran hidup. Dalam kedua sastra ini terdapat tiga wujud moralitas diataranya Pertama, wujud moralitas manusia dengan dirinya sendiri. Contoh wujud moralitas manusia dengan dirinya sendiri seperti: fasik dan pemarah. Yang mana contoh wujud moralitas seperti ini termasuk ke dalam wujud moralitas yang buruk. Dikarenakan keduanya adalah sifat yang tidak terpuji. Berikut kutipan yang terdapat di dalam kedua cerpen tersebut: Data 1: Data 2: "ولكن هللا يعلم أن هذا الرجل فاسق رغم صالته وصومه وعبادته " Namun Allah SWT mengetahui bahwa laki-laki ini adalah orang yang fasik dibungkus dengan ketaatannya dalam menjalankan shalat, puasa, dan ibadah lainnya. Ketika telah berumur empat puluh tahunan, Parto melakukan kegiatan yang mengundang perhatian seluruh penduduk desa. Ia Volume 03 Nomor 01, Januari Juni 2020 72

setiap malam melakukan semedi dan bertapa dengan cara duduk bersimpuh diantara dua batu besar yang menonjol di bawah pohon itu, walaupun agak jauh dari batangnya. Dari kedua kutipan cerpen di atas, dapat disimpulkan bahwa kedua tokoh ini merupakan tokoh yang fasik. Kedua, wujud moralitas manusia dengan masyarakat. Dalam cerpen ini pun terdapat contoh wujud moralitas manusia dengan masyarakat diantaranya seperti penghasut dan penipu. Berikut ini kutipan cerpen mengenai penghasut dan penipu: Data 1: "تلك هي الجوانب من حكاية ذلك الفيلسوف الفنان الذي ظهر فجأة يدعو إلى العبث واالنحالل والوجودية بأسلوب خلب به لب الشباب وامتلك عليه عقله, ثم نادى بسقوط الشرائع و أعلن حرية اإلنسان و أعلن حق Data 2: اإلنسان" Itulah sekilas sisi rahasia kehidupan filsuf-seniman, manusia utusan iblis. Dengan penuh keyakinan ia turun gunung dan muncul di tengah manusia menyeru mereka dengan gaya tutur yang indah, hebat, dan mengesankan. Ia menyeru untuk mengikuti syari at baru dengan gaya tutur yang lembut dan menyentuh kalbu. Ia katakan bahwa Tuhan telah mengutusnya untuk sebelumnya. Dengan tegas ia proklamasikan kebebasan manusia. "لقد كنت تعلم أنى تعلم انى أهزل. وقد فهمت بفطرتك كل شيئ من أول لحظة ولكن الحكاية استهوتك وجاءت على مزاجك وأعجبتك اللعبة فساير تنى حتى آخر الشوط ". Sebenarnya kau telah mengetahui sejak awal bahwa aku adalah penipu yang paling lihai dan dengan fitrahmu, kau telah memahami hal ini sejak awal. Namun jalan ceritanya telah menghanyutkan dan mengalahkan pikiran sehatmu. Permainan dunia teramat menakjubkan bagimu sehingga akhirnya kau terpeleset dan menyimpang dari jalan yang benar. Volume 03 Nomor 01, Januari Juni 2020 73

Dari kedua kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh yang terdapat di dalam kedua cerpen ini memiliki wujud moralitas yang buruk dengan masyarakatnya. Dikarenakan mengajak umat manusia untuk menyeru kepada jalan yang bathil dan rusak. Ketiga, wujud moralitas manusia dengan Tuhan-Nya. Contoh wujud moralitas manusia dengan Tuhan-Nya seperti menjalankan ibadah yang telah diperintahkannya seperti melaksanakan ibadah shalat setipa lima waktu. Berikut kutipan yang terdapat di dalam cerpen: Data 1: Dengan rubuhnya pohon itu dan akar-akarnya pun diacabut dan dibawa dengan sebuah truk oleh pemborong. Pemborong Thohir pada gilirannya melaksanakan tugasnya, mula-mula membangun masjid, kemudian MCK, dan gedung puskesmas. Masjid didirikan persis di atas tempat yang dulu ditumbuhi pohon trambesi itu. Data 2: Mula-mula kebutuhan air tiga bangunan terpenuhi tanpa masalah. Kemarahan Sing mbau Rekso yang dikatakan oleh Parto tidak terbukti datang. Parto sendiri agar tidak marah tetap diberi tugas oleh Pak Lurah untuk menjaga tiga bangunan itu, terutama bangunan masjid. Tugas itu pun dijalankan oleh Parto. Hanya saja ia berhenti bertapa dan menjadi dukun. Kyai Fauzan mengajarinya shalat sehingga ia berubah menjadi santri yang taat shalat di masjid. Dari kedua cerpen di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan ditumbangkannya pohon trambesi yang dianggap keramat oleh warganya ini. Dapat membuat warganya tersadar dan kembali ke jalan yang benar. Setelah ditumbangkan, salah satu warga yang bernama Partorejo pun bertaubat dan kembali ke jalan yang benar dengan menjalankan ibadah shalat yang diajarkan oleh Kyai Fauzan. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian di atas, mengenai perwatakan dan nilai moral yang terdapat dalam cerpen Al-Masih Ad-Dajjal dengan cerpen Pohon Keramat. Maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: Volume 03 Nomor 01, Januari Juni 2020 74

Persamaan dan perbedaan perwatakan dalam cerpen Al-Masih Ad- Dajjal dan cerpen Pohon Keramat. Dalam kedua cerpen ini, terdapat persamaan dan perbedaan mengenai perwatakan tokoh. Persamaan yang dimiliki diantaranya seperti perwatakan yang fasik, cinta dunia, dan pemarah. Sedangkan perbedaannya adalah perwatakan yang munafik, penghasut, penipu, baik hati, dan santun. Setelah melakukan penelitian mengenai perwatakan dan nilai moral dalam cerpen Al-Masih Ad-Dajjal dengan cerpen Pohon Keramat. Peneliti akan memaparkan beberapa saran diantaranya adalah sebagai berikut: (1) Dalam penelitian ini, penulis hanya mengkaji mengenai perwatakan dan nilai moral dalam cerpen dengan menggunakan kajian sastra bandingan. Penulis mengharapkan penelitian yang menggunakan kajian sastra bandingan ini dapat digunakan untuk pengkajian dengan objek yang lainnya. (2) Penulis berharap dengan adanya penelitian ini pembaca mampu untuk memilah dan memilih ajaran-ajaran nilai moral yang baik serta dapat mengaplikasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai moral yang terdapat di dalam penelitian ini dapat dijadikan perbandingan dengan perilaku yang baik dan kurang baik, supaya pembaca dapat memahami lebih mengenai ajaran nilai moral. Karena ajaran mengenai moral sangatlah penting untuk diterapkan di dalam kehidupan manusia. Moral mengajarkan manusia untuk mengetahui perbuatan yang benilai baik dan buruk. DAFTAR PUSTAKA Damono, Sapardi Djoko. 2005. Sastra Bandingan. Pengantar Ringkas, Ciputat: Editum. Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sastra Bandingan. Yogyakarta: Pustaka Widyatama. M. Nazir, 1988, Metode Penelitian, Jakarta, Ghalia Indonesia. Nurgiyantoro, Burhan, 2012, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Nyoman Kutha Ratna S.U. 2011. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Volume 03 Nomor 01, Januari Juni 2020 75

Shalahuddin Al-Nadhawi, 1997, Mukhtarat min Al-Adab Al-Muqaran Li Thalabah Al-Dirasat Al- Ulya, Jakarta: Program Pascasarjana IAIN Jakarta. Sumardjo Jacob dan Saini KM, 1988, Apresiasi Kesusastraan, Jakarta, PT. Gramedia. WS Rohanda, 2016, Metode Penelitian Sastra (Teori, Metode, Pendekatan, dan Praktik), Bandung, LP2M UIN SGD Bandung.. )بواسطة: وزيوزي.كوم(. http://www Volume 03 Nomor 01, Januari Juni 2020 76