Nilai estetis karya seni rupa yang berasal dari luar karya seni disebut nilai

tirto.id - Nilai estetik atau nilai estetis merupakan bagian dari pengukuran keindahan dari sebuah karya seni rupa. Nilai estetik juga dapat diartikan sebagai segala hal yang dapat diserap panca indra manusia.

Dalam karya seni rupa tiga dimensi, terdapat juga simbol tertentu. Simbol adalah lambang yang mengandung arti dalam sebuah karya seni rupa. Simbol tersebut terdapat dalam beberapa bentuk karya seni rupa, seperti patung, tugu, dan monumen.

Lantas, apa yang dimaksud dengan simbol dan nilai estetis dalam karya seni rupa 3 dimensi? Apa saja jenis dan contohnya?

Arti & Jenis Nilai Estetis dalam Karya Seni Rupa 3 Dimensi

Estetika merupakan unsur penting dalam karya seni. Estetika tidak semata-mata hanya terletak pada keindahan yang dapat dilihat mata. Perkembangan konsep dan bentuk karya seni membuat unsur estetika menjadi lebih kompleks.

Dengan mempelajari estetika dalam seni, diharapkan seseorang dapat menambah wawasan dalam mengapresiasi, mengkritik, dan berkarya seni secara lebih terbuka. Selain itu, dengan mendalami estetikasi, seseorang bisa menjadi sosok yang lebih menghargai hasil karya seni.

Mengutip penjelasan dalam modul Seni Budaya Kelas XI oleh Kemendikbud (2020:5), nilai estetis dalam karya seni rupa 3 dimensi dapat bersifat obyektif dan subyektif.

Baca juga: Apa Itu Seni Rupa 3 Dimensi, Contohnya, Pengertian, Jenis, & Fungsi

Nilai estetis obyektif berarti keindahan pada sebuah karya seni rupa sesuai dengan keadaan wujud yang sebenarnya dan dapat dilihat oleh mata. Sebuah karya seni rupa tersusun atas komposisi dari perpaduan warna yang serasi dan penempatan objek yang tepat. Perpaduan itu bisa menghasilkan keindahan visual dari sebuah karya seni rupa yang dapat dilihat oleh apresiator.

Sedangkan, nilai estetis subyektif berkaitan dengan keindahan karya seni rupa yang tidak terbatas pada aspek yang bisa dilihat mata. Jadi, nilai estetis subyektifJadi keindahan karya seni rupa yang ditentukan oleh selera penikmat atau seorang apresiator.

Sebagai contoh, kita tertarik dan menyukai sebuah seni rupa patung abstrak. Bahkan, kita tidak mengetahui objek yang ditunjukan dari karya seni rupa tersebut.

Baca juga: Apa itu Seni Rupa 2 Dimensi dan Contohnya, Serta Unsur-unsurnya

Sedangkan, orang lain tidak tertarik kepada karya tersebut dan lebih tertarik pada karya lainnya. Perbedaan penilaian inilah yang disebut dengan nilai estetis bersifat subyektif terhadap karya seni rupa, yaitu ditentukan oleh selera penikmat.

Pengertian dan Contoh Simbol Karya Seni Rupa 3 Dimensi

Simbol berasal dari bahasa Yunani “symballo" yang berarti menarik kesimpulan. Dalam karya seni rupa 3 dimensi, simbol merupakan lambang yang memiliki makna atau arti.

Sementara dikutip dari buku Seni Budaya Kelas X oleh Kemendikbud (2014:42), simbol memiliki beberapa pengertian sebagai berikut:

  • Simbol adalah tanda terlihat yang menggantikan gagasan maupun objek tertentu.
  • Simbol aalah tanda atau isyarat yang menunjukan sesuatu seperti arti, kualitas, abstraksi, gagasan, dan objek.
  • Simbol adalah segala hal yang memiliki arti atas dasar kesepakatan atau kebiasaan umum. Salah satu contohnya yaitu adanya lampu lalu lintas.
  • Simbol sebagai tanda konvensional, adalah sesuatu yang disepakati dan dibuat masyarakat atau kelompok individu berdasarkan standarisasi yang berlaku di masyarakat tersebut.
  • Dalam kajian seni rupa, simbol adalah makna yang terkandung dalam wujud objek maupun unsur-unsur dalam karya seni rupa. Contohnya yaitu putih melambangkan kesucian, patung kancil melambangkan kecerdikan, dan patung kuda melambangkan keberanian.

Beberapa jenis karya seni rupa 3 dimensi yang mempunyai makna simbol adalah patung, tugu dan monumen. Kebiasaan pembuatan patung, tugu, dan monumen sudah terjadi sejak zaman dahulu. Pembuatan seni rupa 3 dimensi tersebut untuk memperingati peristiwa penting yang telah terjadi.

Contoh karya seni rupa 3 dimensi yang memiliki makna simbol di Indonesia yaitu Tugu Proklamasi (Jakarta) yang bermakna perjuangan rakyat untuk meraih kemerdekaan. Contoh yang lain adalah Tugu Khatulistiwa (Pontianak Barat) sebagai tanda lokasi yang dilalui garis khatulistiwa.

Baca juga: Pengertian Seni Rupa, Unsur, Jenis, Macam dan Contohnya

Baca juga tulisan menarik lainnya Syamsul Dwi Maarif
(tirto.id - sym/add)


Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Addi M Idhom
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif

Subscribe for updates Unsubscribe from updates

banyumas meliputi nilai ekstrinsik dan intra estetik. Sudah dijelaskan pada penjelasan para ahli bahwa nilai intra estetik merupakan apa yang ada di dalam wujud karya, sedangkan nilai ekstrinsik dalam penelitian ini penulis memilih konsep Beardsley dengan petimbangan yaitu bahwa konsep estetika yag dijelaskan oleh Monroe Beardsley mengandung tiga ciri yang membuat benda- benda estetik menjadi baik indah yaitu unity kesatuan, complexity kerumitan, intensity kesungguhan.

2.3.2 Nilai Estetika

Di dalam suatu karya seni terdapat niai yang terkandung di dalamnya. Nilai tersebut dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu nilai ekstrinsik dan intrinsik. Kata atau istilah ekstrinsik berarti sesuatu yang berada di luar atau di balik suatu objek atau benda. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ekstra estetik atau ekstrinsik berati berasal dari luar atau tidak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sesuatu Depdikbud, 1989: 223. Merujuk pengertian ini maka yang dimaksud dengan nilai ekstrinsik ialah kualitas atau harga yang berada di luar atau di balik suatu perwujudan fisik. Kualitas atau harga ini merupakan sesuatu yang tidak konkret yakni berupa pengertian, makna, pesan, dan ajaran atau informasi lainnya yang berharga. Nilai yang demikian ini dapat pula disebut dengan nilai simbolis, artinya dalam posisi ini karya seni adalah sebagai simbol yang memiliki makna, pesan, atau harapan-harapan di luar bentuk fisiknya itu.

2.3.2.1 Nilai Ekstrinsik

Nilai ekstrinsik adalah sifat kebaikan suatu benda sebagai alat yang memiliki fungsi tertentu. Secara khusus juga acapkali disebut sebagai nilai instrumental atau mkana kebenaran yang dapat membantu kegiatan manusia Sachari dan Sunarya, 2001: 159. Dalam kenyataan, banyak sekali dijumpai karya seni yang hadir tidak hanya sekadar menciptakan bentuk fisik yang bernilai estetik semata melainkan juga membawa pesan-pesan, harapan-harapan, atau muatan-muatan makna di luar bentuk fisiknya itu. Sebagai contoh misalnya, karya-karya pelukis Indonesia di zaman pra- kemerdekaan yang menggelorakan semangat perjuangan atau nasionalisme melalui bentuk-bentuk fisik dengan tema-tema tertentu seperti tema perjuangan, penindasan, penderitaan, dan lain sebagainya akibat penjajahan Belanda dan Jepang. Dengan kata lain karya tersebut berfungsi sebagai simbol dari apa yang sejatinya dirasakan atau diinginkan Iswidayati dan Triyanto, 32. Sementara itu menurut Kartika dan Sunarmi 2007: 14 nilai ekstrinsik berarti susunan dari arti-arti di dalam makna dalam dan susunan media inderawi makna kulit yang menampung proyeksi dari makna dalam, harus dikawinkan. Nilai-nilai itu keindahan mencakup semuanya, meliputi semua arti yang diserap dalam seni dari cita yang mendasarinya. Berdasarkan keseluruhan pendapat para ahli nilai ekstrinsik merupakan suatu jiwa atau makna yang terdapat dalam suatu karya seni. Setiap manusia berbeda dalam menilai dan memaknai suatu karya baik memaknai hanya dari warna saja maupun secara keseluruhan unsur yang terdapat dalam suatu karya seni.

2.3.2.2 Nilai Intrinsik

Kata instrinsik atau intrinsik artinya adalah yang terkadung di dalamnya. Berdasarkan arti kata ini kata instrinsik menunjuk pada sesuatu yang ada pada atau dalam suatu objek. Pada karya seni, dengan demikian, yang dimaksud dengan nilai intrinsik adalah kualitas atau sifat yang memiliki harga tertentu itu terletak pada bentuk fisiknya. Dengan kata lain nilai intra estetik karya seni adalah nilai pembentukan fisik dari suatu karya, yaitu kualitas atau sifat dari pembentukan fisik itu yang menimbulkan rasa atau kesan indah Iswidayati dan Triyanto, 30. Menurut Anwar suatu pembentukan fisik karya seni yang menimbulkan rasa indah dianggap memiliki nilai normal karena memperlihatkan fungsi-fungsi psikologis dan sosiologis yang bersangkutan dengan terbentuknya keselarasan harmoni. Sebaliknya, karya seni mempunyai nilai negatif, abnormal, jelek, bila gagal memenuhi salah satu fungsinya yakni memperlihatkan arah yang menimbulkan rasa atau kesan tidak indah atau bertentangan dengan tujuannya Iswidayati dan Triyanto, 31. “Nilai” yang ada dalam seni itu teradapat pada „bentuk‟nya”. Yang disebut „bentuk‟ ialah penyusunan medium inderawi atau „permukaan‟ karya seni. Jika demikian, maka isinya pandangan cinta dan emosi yang menyertainya yang terdapat dalam bentuk itu dapat dikatakan tidak relevan Kartika dan Sunarmi, 2007: 13. Nilai instrinsik dari keseluruhan para ahli dapat disimpulkan merupakan kualitas dari sautu karya itu sendiri. Kualitas dapat di ukur dari unsur-unsur di dalamnya. Dapat di katakan bahwa nilai intra estetik berupa bentuk atau wujud semata yaitu besar, kecil, gelap, terang, tinggi, lebar, halus, kasar dan sebagainya. Dapat disimpulkan bahwa nilai estetik yaitu suatu nilai yang terdapat didalam suatu karya seni, baik itu dari seni rupa, musik maupun seni tari. Nilai estetik dapat terbentuk dari unsur-unsur pembentuk suatu karya, misalnya dalam salah satu cabang seni yaitu seni rupa, unsur pembentuk nilai estetiknya merupakan titik, garis, warna, tekstur, bidang, ruang, bentuk dan lain sebagainya. 41 BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan penelitian