mengapa terdapat perbedaan kandungan gizi pada kedelai dan tempe

You're Reading a Free Preview
Page 3 is not shown in this preview.

mengapa terdapat perbedaan kandungan gizi pada kedelai dan tempe

Ilustrasi kedelai, pembahasan soal IPA kelas 9 SMP/MTs halaman 64, perbedaan kandungan nilai gizi kedelai dan tempe. /Pexels/Polina Tankilevitch

RINGTIMES BALI – Salam semangat, adik-adik! Berikut pembahasan latihan soal IPA kelas 9 SMP/MTs tentang perbedaan kandungan gizi kedelai dan tempe.

Pada bab 7 di semester 2 kurikulum 2013, adik-adik mempelajari tentang bioteknologi dan penerapannya termasuk produk makanan atau minuman bioteknologi.

Di halaman 64, terdapat latihan soal Bioteknologi berupa soal uraian bagian ‘Ayo Kita Diskusikan’ mengenai perbedaan kandungan nilai gizi kedelai dan tempe.

Baca Juga: Soal Latihan Transformator IPA Kelas 9 SMP MTs Halaman 36 serta Pembahasan Jawaban Ayo Kita Selesaikan

Simak pembahasan jawaban soal bioteknologi berikut agar adik-adik lebih memahaminya dengan baik.

>

Dilansir dari Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2018 untuk Siswa SMP/MTs Kelas IX Semester 2, berikut jawaban IPA SMP Kelas 9 halaman 64 sebagai berikut:

Perhatikan nilai gizi kedelai dan tempe pada Tabel 7.3!

mengapa terdapat perbedaan kandungan gizi pada kedelai dan tempe

Pembahasan jawaban soal IPA kelas 9 SMP/MTs bab bioteknologi. buku.kemdikbud.go.id

Tabel 7.3 Kandungan Gizi Kedelai dan Tempe

Sumber: buku.kemdikbud.go.id

Mengapa terdapat perbedaan kandungan gizi pada kedelai dan tempe?

mengapa terdapat perbedaan kandungan gizi pada kedelai dan tempe

INI JAWABAN TERBAIK 👇

Karena nilai gizi kedelai masih utuh, sedangkan tempe sudah berkurang
Semoga bermanfaat karena kedelai dalam tempe telah difermentasi dari jamur Rhizopus oryzae untuk meningkatkan kandungan nutrisinya.

Oleh karena itu, kandungan gizi tempe lebih tinggi dibandingkan dengan kedelai utuh.

Tempe merupakan salah satu produk bioteknologi konvensional yang menggunakan kedelai sebagai bahan baku serta jamur Rhizopus oligosporus dalam proses fermentasinya. Adapun tahapan fermentasi oleh Rhizopus oligosporus adalah sebagai berikut.

  • Terjadi pengikatan biji-biji kacang kedelai oleh hifa jamur sehingga menjadi padatan tempe.
  • Terjadi penguraian protein kompleks pada biji kedelai menjadi zat gizi yang lebih sederhana sehingga mudah diserap tubuh.
  • Terjadi perombakan karbohidrat kompleks menjadi karbohidrat sederhana sehingga akan menyebabkan kenaikan kandungan serat yang disebabkan oleh miselium Rhizophus oligosporus.  
  • Terjadi peningkatan kadar lemak tidak jenuh seperti asam oleat dan linoleat yang merupakan asam amino esensial yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh.
  • Proses fermentasi meningkatkan kandungan vitamin dan mineral. Vitamin yang terkandung dalam tempe antara lain Vitamin B1 (thiamin), Vitamin B2 (riboflavin), Vitamin B3 (niasin), Vitamin B6 (piridoksin), Vitamin B5 (asam pentotenat), serta Vitamin B12 (sianakobalamin)

Berdasarjan penjelasan tersebut, maka penyebab adanya perbedaan kandungan gizi pada tempe kedelai dan kedelai terdapat pada nomor 1, 2, 3, dan 4. 

Dengan demikian, pilihan jawaban yang tepat adalah E.  

RUANGGURU HQ

Jl. Dr. Saharjo No.161, Manggarai Selatan, Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12860

mengapa terdapat perbedaan kandungan gizi pada kedelai dan tempe

Kedelai atau kacang kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang merupakan sumber protein nabati dan mengandung lemak tak jenuh seperti asam linolenat serta asam lemak omega 3. Kedelai juga menjadi bahan dasar beberapa makanan seperti susu kedelai, tepung kedelai, kecap, tauco, tahu, dan tempe.

Diantara berbagai produk olahan kedelai tersebut, tempe merupakan salah satu yang banyak diminati masyarakat Indonesia. Tempe merupakan makanan yang dibuat dari fermentasi biji kedelai menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus yang dikenal dengan sebutan “ragi tempe”.

Teknik pembuatan tempe di Indonesia secara umum terdiri dari tahap perebusan, pengupasan, perendaman dan pengasaman, pencucian, pemberian ragi, pembungkusan, dan fermentasi. Pada tahap awal pembuatan tempe, biji kedelai direbus. Tahap perebusan ini berfungsi sebagai proses hidrasi, yaitu agar biji kedelai menyerap air sebanyak mungkin. Perebusan juga dimaksudkan untuk melunakkan biji kedelai agar dapat menyerap asam pada tahap perendaman.

Setelah itu, kulit biji kedelai dikupas agar miselium fungi dapat menembus biji kedelai selama proses fermentasi. Lalu, biji kedelai direndam dengan tujuan untuk hidrasi biji kedelai dan membiarkan terjadinya fermentasi asam laktat secara alami. Fermentasi asam laktat dicirikan dengan munculnya bau asam dan buih pada air rendaman akibat pertumbuhan bakteri Lactobacillus. Fermentasi asam laktat dan pengasaman ini yang ternyata menyebabkan terjadinya perubahan nilai gizi pada kacang kedelai menjadi tempe.

mengapa terdapat perbedaan kandungan gizi pada kedelai dan tempe

Kedelai yang merupakan bahan dasar pembuatan tempe, dalam 100 gram mengandung 446 kalori dan 20 gram lemak. Sementara 100 gram tempe mengandung 193 kalori dan 11 gram lemak.Terjadinya perubahannilai gizi ini karena adanya penambahan berat air dan jamur yang tumbuh sehingga tidak sepadat saat masih berbentuk biji kedelai.

Walau begitu, beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe lebih mudah dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh dibanding dengan kacang kedelai biasa. Kapang yang tumbuh pada kedelai yang diolah akan menghidrolisis senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana sehingga mudah dicerna oleh manusia.

Selain kalori dan lemak, juga terjadi perubahan kandungan vitamin B12. Kedelai tidak mengandung vitamin B12 tapi setelah diolah jadi tempe kandungan vitamin B12 nya jadi 0,1 mikrogram. Hal ini dikarenakan proses fermentasi meningkatkan penyerapan nutrisi dari kedelai (termasuk phytonutrien isoflavon seperti genistein dan daidzein) serta konsentrasi peptida bioaktif (terbentuk selama pemecahan protein kedelai). Selain itu, proses fermentasi juga menyebabkan pembentukan vitamin B12 pada tempe.

Tempe dapat menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan protein bagi vegetarian. Dalam 100 gram tempe mengandung 19 gram protein. Kebutuhan minimal protein orang dewasa antara lain 0,8- 1 gram/kg BB.Walau bergizi tinggi dan kaya akan protein, sedikit kekurangan dari tempe adalah komposisi asam amino pada proteinnya masih tidak selengkap sumber hewani sehingga dibutuhkan tambahan asupan protein dari sumber nabati selain tempe untuk melengkapinya. Meskipun begitu, tempe sangatlah sehat dan memiliki banyak manfaat bagi tubuh seperti yang terdapat pada artikel berikut http://lagizi.com/khasiat-luar-biasa-tempe/

 

mengapa terdapat perbedaan kandungan gizi pada kedelai dan tempe

Bukan hanya itu saja, tempe yang terbuat dari ampas tahu seperti tempe gembus masih memiliki nilai gizi yang cukup baik bagi tubuh. Tempe gembus memiliki kadar protein dan lemak yang lebih rendah, kandungan energinya juga hanya setengah dari yang terdapat pada tempe kedelai murni. Walau begitu, tempe gembus memiliki serat makanan yang tinggi, serta kandungan asam amino yang sama dengan tempe kedelai murni, hanya saja kadarnya lebih rendah. Sehingga tempe gembus masih dapat dikonsumsi.

Berbeda halnya dengan tempe gembus, tempe bongkrek yang juga terbuat dari ampas tahu seringkali menyebabkan keracunan karena terkontaminasi bakteri Burkholderia galdioli yang menghasilkan racun berupa asam bongkrek dan toxoflavin, serta memusnahkan jamur Rhizopus karena efek antibiotik dari asam bongkrek. Sehingga tempe jenis ini akan lebih baik apabila tidak terlalu sering mengonsumsinya.

Tidak ada salahnya menambahkan konsumsi tempe dalam menu harian Anda untuk memperoleh berbagai manfaat tempe.

Semoga bermanfaat.

Writer  : Novia Akmaliyah, S.Gz

Editor & Proofreader: Jansen Ongko, MS.c, RD

Referensi         :

  • Shurtleff W, Aoyagi A. 1986, Tempeh production: a craft and technical manual(2nd ed.).  Lafayette: The Soyfoods Center.  ISBN 0933332238
  • Steinkraus, K. H. 1996. Handbook of indigenous fermented foods(2nd ed.). New York: Marcel Dekker, Inc., ISBN 0824793528
  • Hermana & Karmini, M. 1999. The Development of Tempe Technology. Di dalam Agranoff J (editor dan penerjemah). The Complete Handbook of Tempe: The Unique Fermented Soyfood of Indonesia, hlm. 80–92. Singapura: The American Soybean Association.