Mengapa tempe dan tape termasuk ke dalam bioteknologi konvensional?

Proses dan cara membuat tempe kedelai - Tempe merupakan bahan makanan tradisional sebagian masyarakat Indonesia. Pada mulanya tempe dianggap sebagai bahan makanan masyarakat menengah ke bawah. Namun setelah mengetahui manfaatnya untuk kesehatan, orang beralih menjadikan tempe sebagai alternatif pengganti daging yang cukup mahal harganya.

Mengapa tempe dan tape termasuk ke dalam bioteknologi konvensional?

Konon kabarnya, tempe sudah mulai dikenal dan digemari di seluruh penjuru dunia. Di Indonesia, jenis tempe yang sangat terkenal adalah tempe dari bahan dasar kedelai.

Dengan mempelajari cara membuat tempe secara sederhana diharapkan dapat dicoba dan dipraktikkan oleh anak sekolah di tingkat sekolah menengah pertama dan menengah atas. 

Bagi masyarakat luas, proses membuat tempe diharapkan dapat bernilai ekonomi dan menciptakan lowongan kerja baru.

Seperti yang sudah disinggung pada postingan sebelumnya, pembuatan tempe merupakan produk bioteknologi konvensional yang memanfaatkan mikroorganisme seperti jamur dan bakteri.

Tempe yang kita kenal sehari-hari merupakan hasil fermentasi kacang kedelai. 

Agen biologi yang berperan dalam proses fermentasi adalah jamur rhizopus oligosporus. Jamur ini menghasilkan enzim protease yang dapat menguraikan protein yang ada pada biji kedelai.

Pada dasarnya, fermentasi pada tempe adalah proses menumbuhkan spora jamur rhizopus oligosporus pada biji kedelai.

Jamur ini dalam pertumbuhannya akan membentuk benang-benang hifa yang mengikat biji kedelai satu dengan yang lainnya. Ikatan biji kedelai yang membentuk suatu massa yang kompak ini disebut dengan tempe.

a.Bersihkan kedelai dari sampah dan batu, kemudian cuci dengan air.

b.Simpan dalam panci, tuangkan air mendidih sehingga semua biji kedelai terendam air dan biarkan selama 12 jam

c.Cuci kembali dengan air dingin dan aduk–aduk dengan tangan sampai semua kulit kedelai terkelupas dan bijinya terbelah.

d.Buang kulit yang terkelupas

e.Kedelai yang sudah bersih dikukus dalam langseng sekitar 30 menit sampai terlihat empuk. Kemudian tebarkan dalam tampah yang bersih dan kering

f.Tambahkan tepung tapioka 1 sendok makan untuk 1 kg kedelai dan aduk sampai rata.

g.Kipas sampai suhu kamar sekitar 30 derajat Celcius

h.Taburkan serbuk ragi tempe (rhizopus oligosporus) sesuai kebutuhan, yaitu 10 gr /kg kedelai.

i.Kemas dengan pembungkus sesuai keinginan, dengan daun pisang atau plastik setebal 2-3 cm.

j.Bila dengan plastik, tusuk-tusuk plastik dengan jarum hingga merata.

k.Simpan dan susun posisinya pada permukaan datar, lapisi bagian atasnya dengan daun atau karbon.

l.Inkubasi pada suhu kamar selama 2 sampai 3 kali selama 24 jam.

Tempe yang sudah mengalami fermentasi kadang-kadang berbau amoniak karena sudah mengalami pembusukan. Mengapa ini terjadi?

Tidak hanya jamur rhizopus oligosporus yang terlibat dalam fermentasi. Mungkin ada jenis mikroba atau jamur lain yang ikut campur dalam proses pembuatan tempe. 

Ikut campur-nya jamur lain terlihat pada warna putih kehitaman diakhir pertumbuhan jamur tempe ini. Spora-spora baru yang bermunculan menunjukkan adanya pembusukan dan berbau amoniak.

Makanya, dalam fermentasi tempe perlu diperhatikan kebersihan dan kemurnian bibit yang digunakan.

Tempe mempunyai nilai gizi yang baik, seperti protein, lemak dan karbohidrat. Hal ini tidak lepas dari peran ragi miselium yang mengikat biji kedelai pada saat fermentasi.

Proses fermentasi menyebabkan perubahan kimia pada protein, lemak dan karbohidrat. 

Selain itu tempe mengandung antioksidan untuk menangkal radikal bebas dalam tubuh sehingga bermanfaat untuk kesehatan jantung, mengurangi risiko terjadinya kanker pada jantung.

Tempe juga dapat meningkatkan kinerja otak sehingga baik dikonsumsi oleh anak sekolah.

Simak juga : Proses Pembuatan Keju Sederhana

Demikian proses membuat tempe semoga bermanfaat. (Disarikan dari berbagai sumber)

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki makanan khas yang enak dan unik. Setiap daerah memanfaatkan hasil buminya untuk diolah kembali menjadi produk yang memiliki nilai jual tinggi, salah satunya makanan fermentasi dengan menggunakan prinsip bioteknologi konvensional.

Bioteknologi konvensional merupakan teknik bioteknologi yang dilakukan dengan cara yang sederhana tanpa adanya rekayasa genetika. Dimana, bioteknologi ini lebih memanfaatkan organisme secara langsung untuk menghasilkan produk barang dan jasa yang bermanfaat bagi manusia melalui proses fermentasi.

Secara umum, fermentasi adalah semua proses yang melibatkan mikroorganisme untuk menghasilkan suatu produk yang merupakan metabolit primer atau sekunder dalam suatu lingkungan yang dikendalikan.

Ada beberapa contoh makanan yang diolah secara bioteknologi konvensional melalui proses fermentasi, antara lain :

Tempe

Tempe adalah makanan tradisional khas Indonesia yang sering dikonsumsi menjadi salah satu makanan favorit. Pada dasarnya proses produksi tempe ini menggunakan teknik fermentasi yang dilakukan dengan menumbuhkan jamur Rhizopus oryzae pada kedelai.

Kecap

Kecap merupakan salah satu produk hasil bioteknologi yang terbuat dari kacang kedelai. Pada tahap awal kedelai akan difermentasi dengan menggunakan jamur Aspergillus Wentii. Tahap selanjutnya kedelai yang sudah difermentasikan akan dikeringkan dan direndam di dalam larutan garam.

(Baca juga: Bioteknologi Dalam Bidang Kedokteran)

Pembuatan kecap dilakukan melalui proses perendaman kedelai dengan larutan garam, sehingga pembuatan kecap dinamakan fermentasi garam.

Tauco

Sama halnya dengan tempe, tauco merupakan makanan tradisional khas Indonesia. Dimana, tauco sering dijadikan bumbu masakan yang punya cita rasa khas dan aromanya yang kuat, gurih dan menggugah selera meski ada juga yang tak begitu suka dengan aromanya. Pada dasarnya proses produksi tauco ini menggunakan teknik fermentasi yang dilakukan dengan menggunakan jamur Aspergilus oryzae.

Oncom

Oncom merupakan makanan tradisional Indonesia yang dibuat dengan cara fermentasi dan berasal dari Jawa Barat. Dalam proses pembuatannya, proses fermentasi memanfaatkan jamur Neurospora crassa.

Tape

Makanan tradisional Indonesia lainnya adalah tape. Tape menjadi makanan khas Pulau Jawa Barat yang sudah sangat terkenal.  Tape bisa dibedakan dari beberapa jenis sesuai dengan bahan baku pembuatannya yaitu tape singkong maupun tape ketan. Dalam proses pembuatannnya tape memanfaatkan jamur Saccharomyces cereviceae.

Yogurt

Yogurt merupakan minuman hasil fermentasi susu yang menggunakan bakteri Streptococcus thermophillus atau Lactobacillus bulgaricus. Bakteri ini akan mengubah laktosa pada susu menjadi asam laktat. Efek lain dari proses fermentasi adalah pecahnya protein pada susu yang menyebabkan susu menjadi kental. Hasil akhirnya susu akan terasa asam dan kental.

Keju

Keju merupakan bahan makanan yang dihasilkan dengan memisahkan zat-zat padat pada susu melalui proses pengentalan. Proses pengentalan ini dilakukan dengan bantuan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus.

Mengapa tempe dan tape termasuk ke dalam bioteknologi konvensional?
Mengapa tempe dan tape termasuk ke dalam bioteknologi konvensional?
Oleh : Daniel Achwan Djoko Susanto, S.Pt.

RADARSEMARANG.ID, TUHAN telah menganugerahkan kepada Bangsa Indonesia kekayaan alam yang berlimpah. Baik berupa tumbuhan, hewan, maupun bakteri. Kekayaan alam tersebut banyak dimanfaatkan oleh Bangsa Indonesia untuk membuat berbagai olahan makanan. Produk makanan olahan yang memanfaatkan hasil alam dengan bantuan mikroorganisme dalam proses pembuatannya, misalnya tempe, tahu, tape, oncom keju dan yogurt dikategorikan sebagai produk Bioteknologi Konvensional.

Dalam materi pelajaran IPA Kelas IX SMP terdapat KD tentang Bioteknologi, demikian juga di SMPN 28 Semarang, materi Bioteknologi juga diajarkan kepada siswa. Sebenarnya, apakah yang dimaksud dengan Bioteknologi?. Istilah bioteknologi pertama kali dikemukakan oleh Karl Ereky, seorang insinyur Hongaria pada tahun 1917 untuk mendeskripsikan produksi babi dalam skala besar dengan menggunakan bit gula sebagai sumber pakannya. Bioteknologi berasal dari kata: Bios: hidup; Teuchos: alat; Logos: ilmu; sehingga bioteknologi dapat diartikan sebagai cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup (bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (protein bioaktif, enzim, vitamin, asam basa organik, alkohol, dan lain lain) dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa.
Menurut EFB (European Federation of Biotechnology), bioteknologi sebagai perpaduan dari ilmu pengetahuan alam dan ilmu rekayasa yang bertujuan untuk meningkatkan aplikasi organisme hidup, sel, bagian dari organisme hidup, dan/atau analog molekuler untuk menghasilkan barang dan jasa. Definisi EFB ini berlaku untuk kedua bioteknologi ‘tradisional atau tua’ dan bioteknologi ‘baru atau modern’.

Baca juga:  Aku Senang Belajar Soal Cerita dengan Bermain Peran

Dalam pembelajaran materi Bioteknologi di Kelas IX SMPN 28 Semarang, agar peserta didik memperoleh gambaran yang jelas dan nyata tentang apakah itu Bioteknologi, maka cara yang mudah dan efektif yang Penulis lakukan adalah dengan mengajak Peserta Didik mengenal Bioteknologi Konvensional, yaitu dengan mempraktekkan pembuatan tape, yang merupakan salah satu produk Bioteknologi konvensional bidang pangan.

Dalam praktek pembuatan tape diperlukan alat dan bahan sebagai berikut : air bersih 2 liter, 1 kg bahan yang mengandung karbohidrat (singkong, ketan, sukun atau bahan lain), 1 buah dandang untuk mengukus, kompor, 1 bungkus ragi tape, daun pisang secukupnya, 1 buah wadah tertutup. Sedangkan cara kerjanya : Peserta didik mengupas dan membersihkan singkong atau bahan lain yang dipilih. Memasak singkong atau bahan lain yang dipilih dengan cara mengukus bahan sampai matang. Membiarkan singkong supaya dingin. Peserta didik mengamati tekstur, rasa dan aroma singkong, kemudian mencatat hasil pengamatan ke dalam tabel. Peserta didik menaburkan ragi sampai merata. Membungkus singkong dengan daun pisang, lalu memasukkannnya ke dalam wadah tertutup.Dibiarkan selama 3 hari, setelah 3 hari tape sudah matang. Mengamati tekstur, rasa dan aroma tape yang sudah jadi dan mencatat hasil pengamatan ke dalam tabel pengamatan. Setiap kelompok mendiskusikan hasil prakteknya dengan menjawab pertanyaan yang sudah disiapkan oleh Guru. Berdasarkan hasil percobaan dan diskusi yang telah dilakukan masing – masing kelompok menyimpulkan hasil percobaannya.

Baca juga:  Efektivitas Metode Scramble dalam Menentukan Gagasan Pokok

Setelah melakukan praktet pembuatan tape, dengan membandingkan tekstur, rasa, aroma singkong sebelum diberi ragi dan tekstur, rasa, aroma singkong setelah diberi ragi dan menjadi tape, Peserta Didik mengetahui bahwa ragi yang mengandung jamur Saccharomyces cerevisiae, jamur Aspergillus sp dan bakteri Acetobacter aceti telah mengubah singkong menjadi tape yang memiliki rasa khas, manis, ada rasa alkoholnya. Peserta didik memahami bahwa mikroorganisme dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan produk yang berguna bagi manusia melalui Bioteknologi Konvensional maupun Bioteknologi Modern. (dar1/zal)

Guru IPA SMPN 28 Semarang