Sebelumnya soal apa arti single action di skok itu penulis nggak ngerti. Tapi jadi jelas setelah bro Widi sharing informasi berikut:
Entah mengapa penjelasannya masih jamannya megapro. Disebut bahwa motor laki lebih nyaman karena sprung mass dan desainnya double action. Sementara itu punya motor bebek disebut desainnya single action. Sprung mass itu beban yang ditanggung sama suspensi. Di motor sport gede karena mesin nempel bodi. Kalau di matik itu kan mesin nempel ban. Single action itu nilai hambatan shock breaker itu cuma ada waktu suspensi melar balik (rebound / tension). Kalau double action itu waktu suspensi memendek (bound/compression)juga ada hambatannya. Berikut ilustrasinya: Terus terang penulis kaget. Kagetnya adalah wah parah, ternyata lebih jelek dari yang penulis bayangkan. Tapi mari lihat sejarah dulu:
Disebutkan bahwa pada awal awal indutri otomotif, ada skok hibrid yang bekerja dengan hambatan berdasarkan gesekan dan berdasarkan hidrolis. Beberapa skok ini punya desain single acting yang hanya bekerja pada saat rebound atau melar balok, sementara itu yang lain punya desain double acting yang bekerja baik saat bound atau rebound. Desain ini dipakai di banyak mobil di tahun 1920 an, dan terbukti sebagai desain yang bakal mati. Jadi single acting itu sudah ada sejak 1920 an. Entah mengapa kok tetap dipertahankan. Mungkin biar murah. Penjelasan kelemahannya sebagai berikut:
Jadi kelemahannya jadi nggak stabil di tikungan. Namun jadi muncul pertanyaan, bila benar seperti itu, mengapa kok reaksi dari saat naik Suzuki Spin dan Honda Beat beda banget? Dua duanya buatan Showa yang diklaim merupakan suspensi single action: Katanya kalau single action itu maka kalau lewat polisi tidur itu bakal tidak terhambat. Tapi rasanya beda antara naik spin dengan naik beat, walau skok keduanya sama sama buatan showa, sama sama single action. Kalau dibilang suspensi spin lebih keras, rasanya kok enggak beda jauh. Karena kalau ditekan, keduanya terasa beda jauh dengan mio J dalam soal empuknya suspensi. Atau mungkin sebenarnya single action itu sebenarnya cuma pertanda bahwa nilai hambatan waktu memendek itu beda jauh dengan waktu molor? Jadi bukannya nol, tapi misalkan hambatan compression cuma 1/10 rebound. Sementara yang double action itu compression 1/4 rebound. Di Suzuki Spin jelas terasa bahwa hambatan suspensi lebih besar daripada punya Honda Beat. Kalau dari sisi kenyamanan, katanya perbandingan nilai hambatan shock breaker itu cocoknya 1:2. Compression nilainya 1/2 dari rebound. Untuk sport 1:1. Yang 1:3 dianggap sudah nggak nyaman. contohnya di Honda CBR1000RR: Tapi penjelasan di website Honda berikut salah: Penjelasan tersebut rancu. Harusnya motor matik dengan skok murahan itu menghambat pergerakan suspensi yang lagi melar. Jadi kalau motor lagi loncat lalu gerakan ban kebawah ditahan ya motor justru jadi lebih terbang. Kalau yang dimaksud gerakan ke atas itu bannya juga salah. Karena skok matik single action itu artinya waktu ban bergerak ke atas skoknya nggak menghambat / dibiarkan saja. Nilai hambatan shock breaker ini mempengaruhi handling. Kalau single action maka misal ngerem maka bagian belakang seakan keangkat karena suspensi belakang keras dan suspensi depan empuk. Jadinya ban belakang berkurang banget gripnya. Sementara saat akselerasi suspensi depan keras dan suspensi belakang empuk, jadinya ban depan berkurang banget gripnya. Kalau lihat video berikut, skok grand memang cuma kehambat searah (hebat juga motor lama masih fungsi skoknya).
btw, hambatan shock breaker kecil itu katanya bikin nggak awet. Mungkin ini sebabnya suspensi beat sudah ngik ngik mentulnya nggak berhenti. Melihat info diatas, mestinya motor yang berkelas suspensinya nggak lagi pakai yang single action. Tapi siapa tahu tetap begitu. Barangkali ada yang sudah bongkat suspensinya matik maxi dan coba? Btw, rupanya matik Suzuki Hayate dan skywave pakai double tube yang tentunya double action:
|