Show Tangerang, 19 November 2016 – Sistem penggolongan darah biasa dikenal adalah sistem ABO (golongan darah A, B, AB dan O), sedangkan dalam sistem rhesus golongan darah terbagi menjadi dua yaitu rhesus positif dan rhesus negatif. Kedua sistem penggolongan ini berbeda satu sama lain. Rhesus adalah sistem penggolongan darah berdasarkan ada atau tidaknya protein antigen D di permukaan sel darah merah, nama lainnya adalah faktor Rhesus atau faktor Rh. Nama ini diperoleh dari monyet jenis Rhesus yang diketahui memiliki faktor ini pada tahun 1940 oleh Karl Landsteiner. Seseorang yang tidak memiliki faktor Rh di permukaan sel darah merahnya memiliki golongan darah Rh- (Rhesus Negatif). Mereka yang memiliki faktor Rh pada permukaan sel darah merahnya disebut memiliki golongan darah Rh+ (Rhesus Positif). Beberapa orang menyebut rhesus negatif merupakan darah langka. 85% penduduk dunia memiliki faktor rhesus (Rh+) dalam darahnya, sementara 15% nya memiliki faktor rhesus (Rh-). Rhesus negatif biasanya sering dijumpai pada orang-orang dengan ras Kaukasian (Kulit Putih). Di Indonesia berdasarkan data Biro Pusat Statistik 2010, jumlah pemilik rhesus negatif kurang dari 1% penduduk atau sekitar 1,2 juta orang. Hampir pasti perempuan rhesus negatif akan memilik pasangan suami yang rhesus positif dimana hal ini pada saat kehamilan ada potensi sang buah hati yang memiliki rhesus positif dalam tubuh ibu dengan rhesus negatif akan memposisikan hadirnya janin sebagai “benda asing”, kondisi ini dapat mengakibatkan kematian pada janin didalam rahim atau bila sang buah hati lahir akan mengalami beberapa gangguan kesehatan seperti anemia, kuning, hati bengkak bahkan pada kasus yang lebih parah adalah gagal jantung. Bila sang ibu sudah mengetahui dirinya memiliki rhesus negatif, maka segeralah mencari informasi rumah sakit dan dokter yang dapat menangani kehamilannya dengan tepat. dr. Rudi Simanjuntak Sp.OG menjelaskan “Seorang ibu dengan rhesus negatif pada pemeriksaan kehamilan pertama akan diperiksa darahnya untuk memastikan jenis rhesus darah dan melihat apakah telah tercipta antibodi. Bila belum tercipta antibodi, maka pada usia kehamilan 28 minggu dan dalam 72 jam setelah persalinan akan diberikan suntikan Immunoglubulin Anti-D ”. Suntikan ini akan menghancurkan sel darah merah janin yang beredar dalam darah ibu, sebelum sel darah merah itu memicu pembentukan antibodi yang dapat menyeberang ke dalam sirkulasi darah janin. Dengan demikian sang janin akan terlindung dari serangan antibodi. Kehamilan tanpa suntikan immunoglobulin Anti-D mempunyai peluang untuk selamat hanya 5%, suntikan ini akan mengurangi risiko hingga 1%. Bahkan bila digunakan dengan tepat, bisa mengurangi risiko hingga 0.07% (yang berarti peluang selamat meningkat hingga 99.93%). Pada kasus keguguran, aborsi dan terminasi pun suntikan ini perlu diberikan. Suntikan ini terus diulang pada setiap kehamilan berikutnya dikarenakan hanya dapat bertahan beberapa minggu. Pada anak dengan Rh+ yang lahir dari ibu Rh- dapat terjadi anemia hemolitik yaitu pemecahan sel-sel darah merah sehingga terjadi peningkatan kadar bilirubin dalam darah bayi dan bayi tampak kuning. dr. Christiana R Setiawan, Sp.A. mengatakan “Bila terjadi peningkatan kadar bilirubin maka dapat dilakukan fototerapi pada bayi. Namun, bila kondisi lebih berat dibutuhkan transfusi tukar. Risiko bertambah pada kelahiran anak ke-3” Saat ini hadir Rhesus Negatif Indonesia (RNI) yang merupakan komunitas yang murni bergerak dalam bidang sosial kemasyarakatan (Non Profit) yang dibentuk atas dasar kesamaan rhesus darah dan ketergantungan yang tinggi antar sesama pemilik darah rhesus negatif, sehingga jika suatu saat ada salah satu di antara pemiliknya membutuhkan transfusi dapat teratasi dengan cepat. Lici Murniati selaku Ketua Umum RNI menjelaskan, “Akfitas utama kami adalah terus mencanangkan gerakan sadar rhesus. Hal ini karena dari kasus-kasus yang masuk permintaan kebutuhan darah adalah baru mengetahui rhesus negatif pada saat butuh transfusi. Dan masih banyak anggapan bahwa rhesus negatif adalah kelainan darah, penyakit atau penyebab penyakit. Yang benar adalah rhesus negatif hanya merupakan salah satu varian Golongan Darah. Mari kita syukuri pemberian Tuhan yang spesial ini” Mengetahui golongan darah pasangan adalah hal yang penting sebelum Anda memutuskan untuk menikah dengannya. Karena ada beberapa jenis golongan darah yang bisa memengaruhi kehamilan dan memberikan penyakit bawaan pada anak yang lahir dari ibu dan ayah dengan tipe golongan darah tertentu. Anda bisa mengetahui golongan darah pasangan melalui tes kesehatan sebelum menikah. Tes pranikah ini selain berfungsi untuk mengetahui kesuburan tubuh pasangan, adanya penyakit atau tidak dalam diri pasangan dan Anda sendiri, juga untuk mengetahui kecocokan golongan darah kalian. Adakah potensi genetik yang bisa menyebabkan bayi lahir dengan penyakit bawaan, dan sebagainya. Jika pasangan adalah pemilik rhesus negatif menikah dengan rhesus positif seperti Anda, berikut adalah informasi yang bisa jadi rujukan. Jenis-jenis golongan darahDi dunia ini, ada empat tipe golongan darah yang utama, yakni golongan darah A, B, O, dan AB. Jenis golongan darah yang Anda miliki adalah warisan dari orangtua Anda yang bersifat seumur hidup, sehingga tak bisa diubah sampai kapanpun. Keempat golongan darah ini akan dibedakan lagi menjadi beberapa tipe berdasarkan ada atau tidaknya kandungan antigen yang bisa menstimulasi respon imun di dalam tubuh pemilik golongan darah tersebut. Kehadiran atau absennya sebuah senyawa protein di dalam sel darah merah yang bernama rhesus (Rh) akan ditandai dengan simbol positif (+) atau simbol negatif (-). Hal ini membuat keempat golongan darah di atas terbagi lagi menjadi 8 tipe, yakni:
Mengapa penting mengetahui risiko rhesus negatif menikah dengan rhesus positif?Mengetahui jenis golongan darah dan rhesus darah dari pasangan Anda sangatlah penting, karena bisa memengaruhi proses kehamilan dan persalinan. Sebagai contoh, seorang perempuan yang memiliki golongan darah dengan rhesus negatif menikah dengan rhesus positif. Kondisi ini akan membuat anak mereka berpotensi lahir dengan golongan darah rhesus positif. Saat proses kehamilan, akan terjadi isoimunisasi rhesus yang berisiko membuat darah janin masuk ke dalam aliran darah di tubuh ibu. Hal ini akan membuat tubuh ibu merespon darah si bayi sebagai benda asing yang mengancam sistem imun, sehingga produksi antibodi akan meningkat. Antibodi dari tubuh ibu ini akan menyerang Rh positif dalam sel darah merah janin. Akibatnya, bayi menjadi rentan mengalami penyakit kuning atau anemia. Selain risiko seperti di atas, perbedaan golongan darah antara suami dan istri bisa menimbulkan masalah jika salah satu dari mereka membutuhkan transfusi darah darurat sedangkan stok darah di rumah sakit tidak tersedia. Transfusi darah dengan orang yang golongan darahnya berbeda bisa menimbulkan masalah kesehatan pada penerima donor darah. Berikut ini adalah tipe golongan darah kecocokannya dengan golongan darah lain sebagai penerima atau pendonor untuk membaca apakah bisa rhesus negatif menikah dengan rhesus positif:
Itulah ulasan mengenai risiko pemilik rhesus negatif menikah dengan rhesus positif. Semoga informasi ini bermanfaat untuk para calon pasangan suami istri. Saat akan menjalani tes darah atau donor darah, Anda mungkin menyadari bahwa hasil pemeriksaan darah yang diberikan tidak hanya menunjukkan golongan darah berupa A, B, O, dan AB, tetapi juga golongan darah rhesus. Mungkin Anda belum mengetahui secara pasti apa itu golongan darah rhesus dan mengapa terdapat golongan darah rhesus positif dan rhesus negatif. Tidak perlu bingung karena pemahaman mengenai golongan darah rhesus tidak serumit meneliti darah di laboratorium. Apa itu golongan darah rhesus?Berbeda dengan golongan darah yang biasanya Anda ketahui, golongan darah A, B, O, dan AB memberitahukan ada tidaknya antigen dan antibodi A atau B dalam darah, sementara golongan darah rhesus merujuk pada ada tidaknya protein Rh atau rhesus dalam darah. Golongan darah rhesus positif berarti orang tersebut memiliki protein Rh di dalam darahnya dan golongan darah rhesus negatif menandakan bahwa orang tersebut tidak memiliki protein Rh dalam darahnya. Oleh karenanya, jika Anda memiliki golongan darah O, maka Anda bisa memiliki golongan darah O rhesus positif (O+) atau golongan darah O rhesus negatif (O-). Setiap golongan darah A, B, O, dan AB akan memiliki golongan darah rhesus positif ataupun negatif. Jika Anda memiliki golongan darah rhesus negatif, Anda tidak perlu khawatir karena memiliki golongan darah rhesus negatif tidak berarti Anda memiliki kondisi medis tertentu atau mengalami cacat. Golongan darah rhesus hanya mengindikasikan ada tidaknya protein Rh dalam darah. Mengapa golongan darah rhesus perlu diketahui?Tidak hanya jenis golongan darah A, B, O, dan AB yang perlu diketahui saat akan melakukan transfusi darah, dalam donor darah, golongan darah rhesus juga perlu diketahui untuk memastikan bahwa seseorang bisa menerima donor darah yang diberikan. Saat transfusi darah, golongan darah rhesus positif bisa diberikan darah orang yang memiliki golongan darah rhesus negatif maupun positif. Namun, orang yang memiliki golongan darah rhesus negatif hanya bisa diberikan darah dari orang yang memiliki golongan darah rhesus negatif. Jika tidak, bisa terjadi komplikasi yang berbahaya. Selain pertimbangan dari rhesus, tentunya orang yang akan menerima transfusi darah harus memiliki golongan darah A, B, O, atau AB yang sama dengan golongan darah rhesus yang sesuai. Contohnya, orang yang memiliki golongan darah A rhesus negatif hanya bisa diberikan darah dari orang yang memiliki golongan darah A rhesus negatif pula. Selain untuk keperluan transfusi darah, mengetahui golongan darah rhesus juga penting untuk kehamilan dan kelahiran. Tiap calon ibu akan menjalani tes darah untuk mengetahui golongan darah rhesusnya saat masa kehamilan. Pentingnya golongan darah rhesus saat kehamilanCalon ibu yang memiliki golongan darah rhesus negatif dengan anak yang memiliki golongan darah rhesus positif memiliki risiko komplikasi yang lebih tinggi. Hal ini karena terdapat kemungkinan darah dari anak bisa bercampur dengan darah sang ibu saat sedang proses melahirkan atau saat calon ibu mengalami pendarahan. Saat darah dari bayi yang memiliki golongan darah rhesus positif tercampur dengan darah ibu yang memiliki rhesus negatif, tubuh sang ibu akan menghasilkan antibodi Rh yang bisa membahayakan bayi yang akan dikandung berikutnya. Bila bayi berikutnya yang dikandung oleh sang Ibu juga memiliki golongan darah rhesus positif, maka antibodi Rh dalam tubuh sang ibu yang diproduksi karena paparan darah bayi yang pertama kali dikandung dapat melewati plasenta dan merusak sel darah merah pada bayi kedua. Kerusakan sel darah merah ini bisa memicu anemia yang membahayakan bayi kedua. Gejala yang dialami bayi bisa berupa kuning pada kulit dan bagian putih mata, penurunan kesadaran dan kelemahan otot. Oleh karenanya, calon ibu akan diberikan tes darah saat trimester pertama, minggu ke-28 masa kehamilan, dan saat akan melahirkan. Jika calon ibu belum menghasilkan antibodi Rh, maka dokter akan menyuntikkan Rh immune globulin untuk mencegah produksi antibodi Rh saat kehamilan. Seusai melahirkan, apabila bayi yang dilahirkan memiliki golongan darah rhesus negatif, maka sang ibu tidak perlu mendapatkan suntikan Rh immune globulin. Akan tetapi, jika bayi yang lahir memiliki golongan darah rhesus positif, maka sang ibu akan disuntikkan Rh immune globulin. Selalu konsultasikan ke dokter kandungan apabila Anda memiliki golongan darah rhesus negatif dan pasangan memiliki golongan darah rhesus positif. |