Mengapa semakin berat aktivitas yang dilakukan frekuensi pernapasan menjadi semakin cepat brainly?

“Dari bayi hingga lansia, frekuensi napas normal seseorang bisa berbeda-beda. Saat mencapai usia dewasa, frekuensi napas semakin menurun jika dibanding saat bayi atau anak-anak. Namun, saat menjadi lansia, bisa sedikit mengalami peningkatan.”

Halodoc, Jakarta – Frekuensi napas normal merupakan salah satu tanda vital penting yang perlu dimiliki tubuh. Berdasarkan usia, frekuensi napas setiap orang bisa bervariasi. Artinya, frekuensi napas bayi dan orang dewasa, atau lansia tentunya berbeda.

Frekuensi napas merupakan jumlah napas yang dilakukan per menit. Ini biasanya diukur ketika sedang dalam posisi istirahat. Lantas, berapa frekuensi yang normal pada bayi, orang dewasa, hingga lansia? Yuk simak pembahasannya!

Frekuensi Napas Normal dari Bayi sampai Lansia

Menurut laman Cleveland Clinic, frekuensi napas normal pada orang dewasa umumnya adalah sekitar 12-20 kali per menit. Sementara itu, pada lansia biasanya lebih tinggi. Terutama jika memiliki kondisi medis tertentu, atau menjalani pengobatan jangka panjang.

Lebih jelasnya, berikut ini frekuensi napas normal dari bayi hingga lansia, yang perlu diketahui:

  • Bayi (0-1 tahun): 30-60 napas per menit.
  • Batita (1-3 tahun): 24-40 napas per menit.
  • Anak usia prasekolah (3-6 tahun): 22-34 napas per menit.
  • Anak usia sekolah (6-12 tahun): 18-30 napas per menit.
  • Remaja (12-18 tahun): 12-16 napas per menit.
  • Dewasa (19-59 tahun): 12-20 napas per menit.
  • Lansia (usia 60 tahun ke atas): 28 napas per menit.

Menurut laman Stanford Children’s Health, pola pernapasan bayi bisa berbeda-beda antara satu bayi dengan yang lain. Bayi bisa saja bernapas dengan cepat beberapa kali. Lalu istirahat selama kurang dari sepuluh detik, dan kembali bernapas. Ini adalah hal yang normal, sehingga tidak perlu dikhawatirkan.

Jika bayi bernapas lebih dari 60 kali per menit, bisa jadi ia merasa kepanasan, rewel, atau menangis. Namun, biasanya frekuensi napas bayi akan kembali normal lagi setelah ia sudah merasa lebih nyaman.

Dari daftar frekuensi napas normal bayi hingga lansia tadi, dapat diketahui bahwa frekuensi pernapasan seseorang bisa berubah seiring bertambahnya usia. Setelah mencapai usia dewasa, frekuensi pernapasan biasanya terus berkurang.

Ini merupakan salah satu tanda vital yang biasanya diperiksa petugas medis saat mengalami kondisi tertentu. Bersamaan dengan pemeriksaan denyut nadi, suhu tubuh, dan tekanan darah.

Bagaimana Cara Menghitungnya?

Seperti dijelaskan tadi frekuensi napas adalah jumlah napas yang dilakukan per menit. Pengukurannya sebenarnya bisa jadi tidak menentu. Sebab, sewaktu-waktu bisa meningkat atau berkurang, misalnya karena sedang demam atau mengalami kondisi medis tertentu.

Jadi, saat melakukan pemeriksaan frekuensi napas normal, penting untuk mengetahui kondisi tubuh. Apakah sedang mengalami kesulitan bernapas atau tidak, karena ini bisa memengaruhi hasil pengukuran.

Perlu diketahui bahwa pernapasan adalah proses yang melibatkan banyak organ dan jaringan tubuh. Seperti otak, batang otak, otot pernapasan, paru-paru, saluran udara, dan pembuluh darah.

Lantas, bagaimana cara mengukurnya? Kamu bisa mengukurnya dengan menghitung oksigen yang dihirup dalam satu menit. Berikut ini langkah-langkahnya:

  • Posisikan tubuh serileks mungkin. Lebih baik dilakukan saat duduk di kursi atau berbaring di tempat tidur.
  • Lalu, hitung berapa kali dada atau perut mengembang dalam satu menit.
  • Catat hasil penghitungan tersebut.

Itulah pembahasan mengenai frekuensi napas normal dari bayi hingga lansia, dan cara mengukurnya. Dapat diketahui bahwa frekuensi napas setiap orang bisa berbeda-beda berdasarkan usia, dan kondisi kesehatan yang dimiliki.

Untuk menjaga sistem pernapasan tetap sehat, jalanilah gaya hidup sehat dan jauhi kebiasaan buruk seperti merokok. Bila butuh asupan untuk meningkatkan daya tahan tubuh, download Halodoc saja untuk cek kebutuhan vitamin dan suplemen kamu dengan mudah.

Mengapa semakin berat aktivitas yang dilakukan frekuensi pernapasan menjadi semakin cepat brainly?
Referensi:
Journal of The American Geriatrics Society. Diakses pada 2021. Normal Respiratory Rate and Peripheral Blood Oxygen Saturation in the Elderly Population.
Cleveland Clinic. Diakses pada 2021. Vital Signs.
John Hopkins Medicine. Diakses pada 2021. Vital Signs (Body Temperature, Pulse Rate, Respiration Rate, Blood Pressure).
Healthline. Diakses pada 2021. What Is a Normal Respiratory Rate for Kids and Adults?
Stanford Children’s Health. Diakses pada 2021. Breathing Problems
Mayo Clinic. Diakses pada 2021. How To Measure Your Respiratory Rate.

Setiap makhluk hidup memerlukan proses respirasi atau pernapasan dalam menunjang hidupnya. Dalam sistem pernapasan, respirasi merupakan suatu proses mulai dari pengambilan oksigen, pengeluaran karbondioksida hingga penggunaan energi di dalam tubuh.

Sistem respirasi atau sistem pernapasan mencakup semua proses pertukaran gas yang terjadi antara atmosfir melalui rongga hidung – faring – laring – trakea – bronkus – paru-paru – alveolus – sel-sel, melallui dinding kapiler darah.

Pada umumnya manusia bernapas sebanyak 15-18 kali dalam semenit. Pada balita sekitar 60 kali dalam satu menit, jika dibandingkan dengan denyut jantung maka pernapasan lebih rendah 4-5 kali.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam proses respirasi ini, antara lain usia, jenis kelamin, suhu tubuh, aktivitas sehari-hari, dan kondisi lingkungan.

Semakin bertambahnya umur manusia maka frekuensi bernapasnya akan semakin melambat. Hal ini disebabkan oleh laju metabolism dalam tubuh yang memang mulai berkurang sehingga oksigen yang dibutuhkan tidak terlalu banyak.

(Baca juga: Mekanisme Pernapasan pada Manusia)

Lain halnya dengan mereka yang ada di usia balita sampai remaja. Segmen usia ini memiliki kebutuhan oksigen lebih banyak guna mendukung proses metabolisme yang tinggi, dikarenakan usia tersebut berada dalam masa pertumbuhan sehingga frekuensi bernapas lebih cepat.

Pada umumnya laki-laki memiliki frekuensi pernapasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Hal ini dikarenakan aktivitas yang dilakukan oleh laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Selain itu laki-laki juga memiliki kapasitas paru-paru yang lebih besar dibandingkan wanita.

Pada saat suhu tubuh meningkat maka laju pernapasan akan semakin cepat. Contohnya adalah ketika kita terserah demam, maka napas akan lebih cepat dibandingkan biasanya.

Semakin banyak aktivitas yang dilakukan maka energi yang dibutuhkan semakin banyak. Selain itu, tubuh melakukan metabolisme lebih banyak, sehingga laju pernapasan meningkat untuk memenuhi kebutuhan oksigen.

Ketinggian suatu tempat juga mempengaruhi frekuensi pernapasan. Semakin tinggi suatu tempat maka akan terjadi penurunan tekanan, sehingga menyebabkan kadar oksigen dalam udara semakin sedikit seiring bertambahnya ketinggian.

Ketika kita mendaki gunung, misalnya, saat mencapai ketinggian tertentu, hal ini menyebabkan kita merasa sulit untuk bernapas. Pada ketinggain >4500 mdpl dapat menyebabkan mabuk udara, sehingga kita merasa pusing, penglihatan kabur, melemahnya pendengaran dan koordinasi otot, serta kehilangan kesadaran.

Frekuensi pernapasan merupakan intensitas memasukkan atau mengeluarkan udara per menit dari dalam ke luar tubuh atau dari luar ke dalam tubuh. Berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhi frekuensi pernapasan manusia.

  1. Usia, semakin bertambahnya umur manusia maka frekuensi bernapasnya akan semakin melambat. Hal ini dikarenakan oleh laju metabolisme dalam tubuh yang memang mulai berkurang sehingga oksigen yang dibutuhkan tidak terlalu banyak.
  2. Jenis kelamin, laki-laki memiliki frekuensi pernapasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Hal ini dikarenakan aktivitas yang dilakukan oleh laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Selain itu laki-laki juga memiliki kapasitas paru-paru dan massa otot yang lebih besar dibandingkan wanita, sehingga asupan oksigen yang perlukan besar.
  3. Suhu tubuh, pada saat suhu tubuh meningkat maka laju pernapasan akan semakin cepat.
  4. Aktivitas sehari-hari, semakin banyak aktivitas yang dilakukan maka energi yang dibutuhkan semakin banyak. Hal ini dikarenakan tubuh melakukan aktivitas metabolisme lebih banyak dan oksigen yang perlukan banyak sehingga laju pernapasan meningkat untuk memenuhi kebutuhan oksigen. Oksigen akan digunakan untuk membentuk ATP (energi) selama aktivitas berlangsung.
  5. Posisi tubuh, pada saat berdiri frekuensi pernapasan lebih cepat dibandingkan pada saat berbaring.

Jadi, semakin berat aktivitas yang dilakukan maka frekuensi pernapasan menjadi semakin cepat karena tubuh melakukan aktivitas metabolisme lebih banyak dan oksigen yang perlukan banyak sehingga laju pernapasan meningkat untuk memenuhi kebutuhan oksigen.