Mengapa kita tidak boleh su'udzon kepada orang lain

Suudzon yang diperbolehkan? Memang ada, buruk sangka yang boleh untuk kita lakukan? Tentu saja hal tersebut akan memunculkan banyak pertanyaan.

Apalagi, bukankah ajaran yang selalu menjadi pengingat dalam kehidupan, kita tidak boleh berburuk sangka? Tapi, mengapa ada pernyataan yang demikian?

Seperti yang sudah kita ketahui bahwasanya suudzon atau lebih familier dengan berburuk sangka adalah perbuatan yang tidak baik.

Bahkan jika tuduhan yang kita lontarkan tersebut tidak sesuai dengan faktanya, maka dosa menjadi dampak yang akan kita terima. Pasalnya, hal itu merupakan perbuatan yang tercela.

Sebagaimana dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 12:

Mengapa kita tidak boleh suudzon kepada orang lain
Mengapa kita tidak boleh suudzon kepada orang lain

Bukan hanya itu saja dalil yang melarang kita melakukan perbuatan tercela tersebut, melainkan dalam hadits riwayat Bukhari Muslim juga mengatakan, jauhi prasangka karena itu adalah perkataan yang bohong.

baca juga: Pengertian Istihsan dan Istishab dalam Islam, Berikut Ini Penjelasannya

Beberapa Suudzon yang Diperbolehkan dalam Islam

Bagaimana kedudukan dalil tersebut dengan adanya suudzon yang boleh? Memang benar, Islam memperbolehkan kita untuk berprasangka buruk.

Akan tetapi, bukan sembarang. Bisa juga terbilang apabila terdapat hal-hal atau syarat tertentu untuk kita melakukan suudzon tersebut.

Nah, bagi Anda yang belum tahu tentang apa saja suudzon yang diperbolehkan, alangkah lebih baiknya jika menyimak penjelasan berikut ini.

Hal ini membuat Anda lebih mengetahui dan apabila suatu hari melakukannya, tidak takut akan dosa. Meskipun begitu, kita tetap harus berhati-hati.

baca juga: Sedekah Harta yang Paling Dicintai dalam Agama Islam

Saat Kita Mendapatkan Musibah

Untuk suudzon yang diperbolehkan pertama adalah ketika kita mendapatkan musibah dari Allah. Jika kita sedang dalam keadaan tersebut, maka kita boleh berburuk sangka.

Akan tetapi harus ingat, suudzon hendaknya beriringan dengan kesadaran bahwa musibah tersebut terjadi karena dosa-dosa yang sudah kita perbuat.

Mengapa demikian? Dengan begitu, kita juga akan menganggap bahwa Allah itu akan menggugurkan dosa-dosa kita yang sudah menggunung dengan musibah tersebut.

Sebagaimana dalam Al-Qur’an surat Asy-Syura ayat 30 bahwa musibah yang datang kepada kita akibat dari perbuatan tangan kita sendiri. Allah SWT itu mengampuni banyak kesalahan.

baca juga: Waktu Terbaik Shalat Tahajud dalam Islam Agar Do’a Terkabul

Berprasangka Kepada Mereka yang Selalu Ragu, Maksiat dan Kafir

Suudzon yang diperbolehkan lainnya ialah berprasangka kepada orang yang selalu ragu-ragu, kafir, dan suka bermaksiat.

Perlu Anda cacat, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin mengatakan bahwa suudzon kepada sesama muslim itu haram. Kecuali kepada orang-orang yang kafir. Hal tersebut tidak haram karena mereka memang ahli keburukan.

Sedangkan untuk mereka yang lebih suka melakukan kemaksiatan juga kefasikan, maka tidak mengapa jika kita pernah berprasangka buruk kepada mereka.

Apalagi jika memang sudah biasa mereka melakukan itu dan apa yang kita prasangkakan kepada mereka itu benar.

Apabila kita hanya berdasarkan hafalan, bukan hafalan surat ataupun hadits, akan tetapi kebiasaan mereka tersebut.

Meskipun demikian, bukan berarti dengan bebasnya kita boleh mencari-cari kesalahan orang lain. Karena itu juga bukan merupakan perbuatan yang baik, justru mengakibatkan bertambahnya dosa-dosa kita.

Sebagai Bentuk Simpati Kepada Orang Lain

Bagaimana bisa berawal dari buruk sangka malah menimbulkan empati atau simpati? Akan tetapi, suudzon yang diperbolehkan ini memang pernah terjadi pada zaman dahulu.

Dengan adanya kisah tersebut, kita juga bisa mengambil hikmah. Penasaran bukan bagaimana kisah tersebut?

Dahulu, para sahabat pernah suudzon kepada mereka yang tidak hadir saat waktu salat jamaah tiba.

Bahkan Umar juga mengatakan, “Ketika kami tidak menemukan seseorang untuk melakukan jamaah isya, maka kami pun berprasangka buruk kepadanya”.

Mereka mengatakan kepada yang tidak ikut berjamaah mungkin sedang dalam masalah. Setelah mereka melakukan penyelidikan, maka kenyataan tersebut memanglah benar.

Bukan hanya itu saja, akan tetapi jika kita dalam pertarungan, kita juga boleh untuk berburuk sangka.

Sebagaimana penjelasan dari Ibnu Hatim Al Busti, boleh saja suudzon kepada musuh kita untuk urusan dunia maupun agama.

Hal itu akan mengancam kesehatan jiwa karena ulah musuh. Jika kita tidak melakukan hal yang demikian, justru akan mengagetkan diri kita. Dengan adanya tipu daya dari musuh, bukankah akhirnya juga akan binasa?

Nah, itu tadi beberapa suudzon yang diperbolehkan. Adanya penjelasan tersebut, semoga memberi kita sadar kapan harus melakukannya dan kapan menjauhinya. (Muhafid/R6/HR-Online)

This post was last modified on Oktober 17, 2021 12:10 AM

Ilustrasi berburuk sangka kepada orang lain. Foto: Unsplash

Sebagai insan yang tak luput dari kesalahan, hampir setiap manusia pasti pernah berburuk sangka kepada orang lain. Apalagi, menilai kedalaman dan ketulusan hati seseorang itu bukanlah perkara mudah.

Banyak orang yang menilai orang lain hanya dari luarnya saja. Seseorang yang terlihat baik dan sopan akan dianggap baik, sedangkan seseorang berpenampilan bak preman yang tubuhnya dipenuhi tato dinilai menyeramkan dan bisa berbuat jahat.

Inilah stigma yang banyak terjadi di masyarakat saat ini. Padahal, bisa jadi yang terjadi adalah sebaliknya. Itu semua tak lepas dari prasangka yang dimiliki manusia.

Pertanyaannya, bolehkah kita berburuk sangka kepada orang lain? Islam memiliki pandangan sendiri mengenai hal ini. Berikut ulasan selengkapnya.

Bolehkah Kita Berburuk Sangka kepada Orang Lain?

Ilustrasi suudzon. Foto: Unsplash

Dalam Islam, berburuk sangka disebut dengan suudzon. Mengutip buku Bahaya Suudzon di Tahun Politik 2019 tulisan Dr. H. Muhammad Idris Patarai, suudzon terdiri dari dua kata, yaitu as-suu’u yang berarti sesuatu yang buruk, dan adz-dzonn artinya ragu.

Para ulama menilai suudzon adalah awal dari penyakit hati. Sebab, sifat suudzon berarti menafsirkan sesuatu dengan pandangan negatif. Artinya, suudzon bukan sekadar prasangka buruk, melainkan perilaku mencari-cari keburukan dan kesalahan orang lain.

Penyebab suudzon sendiri bermacam-macam, bisa karena tidak adanya pengetahuan dan tidak adanya kesadaran, bisa pula karena tidak mendapatkan hidayah.

Suudzon tidak melulu dilakukan kepada sesama manusia, tetapi bisa juga kepada Allah SWT dan Rasul. Misalnya, seseorang selalu berdoa agar Allah memudahkan jodohnya. Namun, setelah satu tahun berdoa, Allah tak kunjung mengabulkannya. Ia pun akhirnya berpikir Allah sudah tidak peduli lagi dengannya.

Berdasarkan penjabaran di atas, sudah jelas bahwa suudzon merupakan perbuatan yang dilarang dalam Islam. Hal ini dijelaskan dalam Surat Al Hujurat ayat 12:

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوا اجۡتَنِبُوۡا كَثِيۡرًا مِّنَ الظَّنِّ اِنَّ بَعۡضَ الظَّنِّ اِثۡمٌ‌ۖ وَّلَا تَجَسَّسُوۡا وَلَا يَغۡتَبْ بَّعۡضُكُمۡ بَعۡضًا‌ ؕ اَ يُحِبُّ اَحَدُكُمۡ اَنۡ يَّاۡكُلَ لَحۡمَ اَخِيۡهِ مَيۡتًا فَكَرِهۡتُمُوۡهُ‌ ؕ وَاتَّقُوا اللّٰهَ‌ ؕ اِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيۡمٌ

Yaaa ayyuhal laziina aamanuj tanibuu kasiiram minaz zanni inna ba'daz zanniismunw wa laa tajassasuu wa la yaghtab ba'dukum ba'daa; a yuhibbu ahadukum any yaakula lahma akhiihi maitan fakarih tumuuh; wattaqul laa; innal laaha tawwaabur Rahiim.

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”

Pada ayat lain, Allah berfirman, “Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikit pun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (QS. Yunus: 13)

Ilustrasi cara menghindari suudzon. Foto: Pixabay

Cara menghindari suudzon adalah selalu bersikap husnuzan (berbaik sangka) kepada siapa pun, termasuk orang yang dikenal. Selain itu, umat Muslim juga harus memiliki sifat husnuzan kepada Allah ketika mengalami berbagai keadaan, baik ataupun buruk.

Mengutip buku Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Kejuruan Kelas X tulisan Bachrul Ilmy, berikut cara menghindari suudzon dengan membiasakan diri bersikap husnuzan:

1. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT

Orang yang memiliki keimanan kuat kepada Allah akan memiliki sifat husnuzan. Karena itu, setiap Muslim harus meningkatkan keimanan dan ketakwaannya. Dengan begitu, dirinya akan selalu sadar akan kehadiran Allah SWT.

2. Meningkatkan hubungan silaturahmi

Silaturahmi artinya menyambung kasih sayang. Dengan silaturahmi, segara prasangka buruk atau persepsi negatif terhadap orang lain akan sirna. Selain itu, silaturahmi juga bisa akan menunjukkan suatu kebenaran yang berhubungan dengan orang lain.

3. Meningkatkan kualitas ilmu

Seseorang yang kualitas ilmunya tinggi hanya takut kepada Allah dan kemurkaan-Nya. Alih-alih mencari dan memedulikan kesalahan orang lain, ia akan selalu sibuk mencari kesalahan dirinya sendiri. Dengan demikian, kemungkinannya memiliki sikap suudzon sangat kecil.