Mengapa kebangkitan Nasional menjadi tonggak sejarah kemerdekaan Indonesia

Mengapa kebangkitan Nasional menjadi tonggak sejarah kemerdekaan Indonesia

Mengapa kebangkitan Nasional menjadi tonggak sejarah kemerdekaan Indonesia
Lihat Foto

KOMPAS/MAMAK SUTAMAT

Para tokoh Kongres Pemuda I dan II bertemu di Gedung Sumpah Pemuda (28/10/1978).

KOMPAS.com - Masa mulai dirintisnya semangat kebangsaan melalui pembentukan organisasi-organisasi pergerakan yang ditandai dengan munculnya pergerakan Budi Utomo disebut denngan masa Kebangkitan Nasional.

Kini, Hari Kebangkitan Nasional diperingati setiap tanggal 20 Mei di Indonesia.

Penetapan hari tersebut disesuikan dengan berdirinya organisasi Budi Utomo pada 20 Mei 1908.

Pasalnya, terbentuknya Budi Utomo menjadi tonggak bersejarah bagi bangsa Indonesia, karena mampu menumbuhkan semangat perjuangan.

Cara yang diterapkan Budi Utomo dalam membangkitkan semangat nasionalisme mendapat tanggapan positif dari berbagai pihak.

Bahkan Budi Utomo juga memelopori terciptanya organisasi kebangsaan lainnya.

Berikut ini arti penting kebangkitan nasional bagi bangsa Indonesia.

Baca juga: Tokoh-tokoh Kebangkitan Nasional dan Perannya

Membangkitkan semangat persatuan

Budi Utomo didirikan oleh para mahasiswa School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA) atau Sekolah Dokter Jawa, salah satunya Sutomo.

Sejak Budi Utomo berdiri, mulai banyak terjadi berbagai pergerakan nasional.

Pergerakan nasional ialah masa bangkitnya rasa semangat persatuan, kesatuan dan nasionalisme serta kesadaran dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Jakarta, CNN Indonesia -- Hari ini 112 tahun yang lalu atau 20 Mei 1908 organisasi modern pertama yang digagas putra Indonesia didirikan, yakni Budi Utomo. Tanggal 20 Mei tersebut dianggap sebagai tonggak sejarah kebangkitan pribumi untuk melawan kolonialisme.

Karena itu pada 1948, Presiden Sukarno menetapkan 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas).

Budi Utomo berdiri sebagai organisasi tak lepas dari peristiwa dan kebijakan pemerintah kolonial beberapa tahun sebelumnya. Ada peran Novel Max Havelaar di dalamnya


Novel Max Havelaar merupakan karya seorang keturunan Belanda bernama Edward Douwes Dekker dengan nama pena Multatuli. Novel itu pertama kali terbit pada 1860 dan diterjemahkan ke berbagai bahasa.

Douwes Dekker merupakan mantan asisten residen Lebak, Banten. Lewat Max Havelaar, dia menceritakan betapa pemerintah kolonial Belanda menyengsarakan negeri jajahannya.


Max Havelaar membuka mata orang-orang Eropa yang selama ini tidak tahu bagaimana kehidupan di negara jajahan dan tidak tahu bagaimana pemerintahnya memperlakukan orang-orang pribumi yang dijajah. Walhasil, novel tersebut menjadi terkenal di Eropa.Kaum liberal Belanda juga mengutuk pemerintahnya ihwal praktik kolonialisme yang dilakukan selama ini. Mereka lalu mengkampanyekan Politik Etis atau politik balas budi kepada negara jajahan. Terdiri dari tiga program, yakni edukasi, irigasi dan transmigrasi.Kaum liberal lalu memenangkan pemilu. Ratu Belanda, Wilhelmina lalu mengeluarkan kebijakan Politik Etis tersebut untuk diterapkan di Hindia Belanda (Indonesia dulu).Dalam program edukasi Politik Etis, pemerintah kolonial lebih membuka kesempatan kepada pribumi untuk menuntut ilmu di sekolah-sekolah Belanda. Selain sebagai balas budi, Belanda juga ingin menciptakan tenaga kerja dari kalangan pribumi.

Mengapa kebangkitan Nasional menjadi tonggak sejarah kemerdekaan Indonesia
Museum Kebangkitan Nasional didirikan di Jakarta untuk memperingati pergerakan nasional, terutama mengenang berdirinya organisasi Budi Utomo (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)

Budi Utomo BerdiriSeiring berjalannya waktu, semakin banyak sekolah Belanda yang menerima siswa dari kalangan pribumi. Semakin banyak pula golongan terpelajar.Pada 1906, Wahidin Sudirohusodo berkeliling mengumpulkan dana untuk memberikan beasiswa kepada putra-putra Jawa. Wahidin merupakan lulusan sekolah kedokteran STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen) di Batavia.Dia melakukan itu karena ingin semakin banyak putra-putra Jawa yang mendapat pendidikan dan melestarikan budaya Jawa. Hingga kemudian dia bertemu dengan Sutomo yang juga siswa STOVIA.

Mengutip Nusantara Sejarah Indonesia karangan Bernard Vlekke, mereka lalu mendirikan Budi Utomo pada 20 Mei 1908 bersama Gunarwan dan Sunarja di Jalan Abdulrahman Saleh No. 26, Jakarta.

Soetomo didapuk sebagai ketua. Bahasa Melayu dijadikan bahasa resmi organisasi tersebut.Budi Utomo bertekad menyadarkan masyarakat Indonesia, melestarikan budaya dan berupaya meningkatkan taraf hidup lewat pendidikan. Budi Utomo kala itu masih fokus di Jawa dan Madura.Dalam setahun, anggota Budi Utomo mencapai 10 ribu orang di berbagai daerah. Jumlah anggota terus bertambah seiring berjalannya waktu.Kala itu Budi Utomo membatasi kegiatan di aspek pendidikan dan kebudayaan di Jawa dan Madura. Belum memiliki cita-cita politik, misalnya memerdekakan Indonesia. Di kemudian hari, Budi Utomo memiliki cita-cita demikian dan tidak lagi terpatok di Jawa dan Madura saja.Tokoh-tokoh Budi Utomo berperan dalam pergerakan nasional di masa selanjutnya. Misalnya Dr Cipto Mangunkusumo serta Dr. Radjiman Wediodiningrat dan beberapa tokoh lainnya.

Mengapa kebangkitan Nasional menjadi tonggak sejarah kemerdekaan Indonesia
Hari Kebangkitan Nasional diperingati oleh pegawai negeri sipil dengan melaksanakan upacara bendera (ANTARA FOTO/Reno Esnir)

Penetapan HarkitnasPada 1948, kondisi politik Indonesia masih semrawut. Kabinet parlementer jatuh bangun tanpa bisa menyelesaikan masa jabatannya hingga tuntas. Banyak tokoh nasional yang bermusuhan satu sama lain.Selain itu, Belanda pun masih kerap melancarkan aktivitas militer lantaran belum mengakui kemerdekaan Indonesia.Dalam kondisi demikian, Ki Hadjar Dewantara dan Radjiman Wediodiningrat mengusulkan agar tanggal 20 Mei ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Sukarno setuju."Dalam keadaan Republik yang krusial itu, sebuah simbol baru persatuan sangat dibutuhkan," kata Sejarawan Taufik Abdullah dalam Jurnal Masyarakat Indonesia No. 2 tahun 2008.Sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Asvi Warman Adam kurang setuju ketika 20 Mei ditetapkan sebagai Harkitnas. Menurutnya, Budi Utomo hanya membatasi kegiatannya di Jawa dan Madura."Memang organisasi itu diakui sebagai organisasi modern pertama di tanah air kita, tetapi ruang lingkup keanggotaannya masih terbatas kepada orang Jawa (priyayi)," kata Asvi dalam bukunya bertajuk Seabad Kontroversi Sejarah (2007).Sejarawan Universitas Padjadjaran Widyonugrahanto berpendapat berbeda. Menurutnya, wajar saja jika saat itu Budi Utomo masih terbatas di Jawa dan Madura. Wajar pula jika saat itu belum memiliki cita-cita politik memerdekakan Indonesia.

"Pada awal abad ke-20 kan mana ada orang pribumi yang berpikir mendirikan negara seluas Hindia Belanda atau Indonesia sekarang," kata Anto saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (19/5).

Saat Harkitnas ditetapkan, lanjutnya, Indonesia juga dalam kondisi perang. Oleh karena itu, proses penggalian sejarah tidak berjalan maksimal untuk mengulas kembali pergerakan-pergerakan nasional secara utuh."Lalu mengapa Budi Utomo yang dipilih? Dugaanku pada tahun tersebut para pemimpin kita ingin mewariskan kepada bangsanya bahwa yang membangkitkan nasionalisme Indonesia itu adalah kaum terpelajar dari Stovia yaitu calon-calon dokter," kata Anto.

"Bukan dari pedagang, petani atau elite yang bukan pelajar, tapi nasionalisme Indonesia ini lahir dari para pelajar yaitu pelajar calon dokter dari STOVIA," kata Anto. (bmw/bmw)

[Gambas:Video CNN]

ABSTRAK

Budi Utomo merupakan organisasi yang berdiri pada masa Pergerakan Nasional, lebih tepatnya pada tanggal 20 Mei 1908. Berdirinya Organisasi Budi Utomo kemudian diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional di Indonesia. Budi Utomo sebagai tonggak Kebangkitan Nasional di Indonesia karena Budi Utomo merupakan organisasi modern yang pertama kali berdiri di Indonesia dan sebagai pelopor berdirinya organisasi lainnya. Walaupun begitu, banyak yang tidak mengetahui mengapa Budi Utomo dianggap sebagai tonggak Kebangkitan Nasional di Indonesia, khususnya generasi muda pada masa sekarang. Padahal, berdirinya Budi Utomo terkait dengan bangkitnya semangat nasionalisme di Indonesia.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) pembelajaran sejarah di Kelas XI SMKN 10 Malang, (2) persepsi siswa kelas XI SMKN 10 Malang terhadap Organisasi Budi Utomo sebagai tonggak Kebangkitan Nasional di Indonesia,

 (3) faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi siswa SMKN 10 Malang terhadap Organisasi Budi Utomo sebagai tonggak Kebangkitan Nasional di Indonesia.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Data penelitian ini berupa dokumen dan kata-kata tertulis atau lisan. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan dokumentasi. Untuk menjaga keabsahan data, dilakukan triangulasi data sumber dan metode. Kegiatan analisis data dimulai dari tahap reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data atau kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) bahwa kegiatan pembelajaran sejarah di SMKN 10 Malang sudah berjalan dengan baik. SMKN 10 Malang menerapkan Kurikulum 2013 di semua kegiatan pembelajaran, termasuk pembelajaran sejarah. Guru menggunakan berbagai metode dalam pembelajaran sejarah, sehingga siswa dapat memahami pelajaran sejarah dengan cukup baik. (2) Persepsi siswa kelas XI SMKN 10 Malang terhadap organisasi Budi Utomo sebagai tonggak Kebangkitan Nasional di Indonesia sudah cukup baik dan respon dari mereka juga positif. Siswa setuju Budi Utomo sebagai tonggak Kebangkitan Nasional di Indonesia karena Budi Utomo merupakan organisasi modern pertama di Indonesia yang berdiri pada masa Pergerakan Nasional yang bergerak dalam bidang pendidikan yang bertujuan untuk membantu bumiputera, serta menjadi pelopor bagi berdirinya organisasi lainnya. (3) Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi siswa terhadap Organisasi Budi Utomo sebagai tonggak Kebangkitan Nasional di Indonesia: (a) Fasilitas belajar, mayoritas siswa memiliki fasilitas belajar yang cukup lengkap di rumah mereka. Namun, ada juga siswa yang memiliki fasilitas belajar yang kurang lengkap. Mereka yang memiliki fasilitas lengkap, cukup lengkap, maupun yang tidak terlalu lengkap, mereka dapat memanfaatkan fasilitas yang mereka miliki dengan baik. Fasilitas belajar yang cukup lengkap dan pemanfaatan fasilitas belajar yang baik, siswa dapat menjelaskan keterkaitan Budi Utomo sebagai tonggak Kebangkitan

Nasional di Indonesia. (b) Minat belajar sejarah, terdapat perbedaan antara siswa yang memiliki minat belajar sejarah yang rendah dengan siswa yang memiliki minat belajar yang cukup tinggi. Siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi dapat menjelaskan dengan baik, mengapa Budi Utomo dianggap sebagai tonggak Kebangkitan Nasional di Indonesia. Mereka yang memiliki minat belajar yang rendah, dapat menjawab pertanyaan dengan cukup baik, walaupun tidak selengkap jawaban dari para siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi. (c) Pemahaman terhadap materi sejarah, mayoritas siswa cukup mengalami kesulitan dalam memahami materi sejarah. Walaupun begitu, terdapat beberapa siswa yang tidak mengalami kesulitan. Mereka yang mengalami kesulitan memiliki solusi tersendiri, sehingga mereka dapat memahami materi sejarah dan menjelaskan keterkaitan Budi Utomo sebagai tonggak Kebangkitan Nasional dengan cukup baik. (d) Masalah dalam belajar, mayoritas siswa mengalami masalah dalam belajar. Adapun masalahnya, antara lain: kurang bisa membagi waktu, sulit mengingat sesuatu (mudah lupa), sulit berkonsentrasi, malas dan kurang serius. Walaupun begitu, ada juga siswa yang tidak mengalami masalah dalam belajar. Mereka yang mengalami masalah dalam belajar memiliki masing-masing cara untuk mengatasi masalah dihadapi. Jadi, mereka dapat memahami dan menjelaskan Budi Utomo sebagai tonggak Kebangkitan Nasional di Indonesia.

Beberapa saran dari peneliti: (1) kepada guru sejarah SMKN 10 Malang, untuk memaksimalkan kinerja guru dalam pembelajaran sejarah, (2) kepada siswa kelas XI SMKN 10 Malang, untuk terus meningkatkan pemahaman dan minat belajar terhadap materi pelajaran sejarah, (3) kepada peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian serupa, untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam.