Pernapasan perut terjadi akibat aktivitas otot diafragma dan otot

Tidak hanya untuk penderita PPOK, pernapasan perut juga merupakan salah satu teknik yang dianjurkan untuk penderita asma. Penyakit yang juga sangat berkaitan dengan gejala kesulitan bernapas ini juga memerlukan teknik pernapasan perut agar dapat bernapas lebih baik.

Tidak berbeda jauh dengan penderita PPOK, teknik pernapasan ini juga membantu penderita asma agar memiliki diafragma yang lebih kuat. Dengan membaiknya fungsi diafragma, pernapasan pun menjadi lebih tenang dan tubuh tidak memerlukan oksigen sebanyak biasanya.

Keuntungan pernapasan perut untuk penyakit asma telah dibahas dalam penelitian yang terdapat di Physiotherapy Theory and Practice. Dalam penelitian tersebut, dinyatakan bahwa rutin melakukan teknik pernapasan ini dapat membantu memperlambat pernapasan pada penderita asma, serta mengurangi timbulnya gejala-gejala seperti mengi.

3. Pernapasan perut dapat mengurangi stres

Selain untuk memperbaiki kualitas pernapasan pada pengidap masalah sesak napas, teknik pernapasan ini juga bermanfaat untuk mengurangi stres. Seperti yang kita tahu, stres akan membuat sistem kekebalan tubuh tidak bekerja secara optimal.

Hal ini membuat Anda lebih berisiko mengalami berbagai masalah kesehatan, mulai dari cemas berlebih hingga depresi. Nah, dengan rutin melakukan teknik pernapasan ini, maka Anda dapat mengurangi efek stres dalam tubuh sehingga badan dan pikiran pun jadi lebih tenang.

Pernapasan diafragma juga dapat membantu menurunkan tekanan darah, meningkatkan stabilitas otot inti tubuh, serta memperlambat laju pernapasan sehingga Anda tidak perlu mengeluarkan banyak energi untuk bernapas.

Bagaimana cara melakukan teknik pernapasan ini?

Sebelum mencoba, hal pertama yang perlu Anda lakukan adalah mencari tempat nyaman dan tenang untuk duduk atau berbaring.

Anda bisa duduk di kursi, duduk bersila di lantai, atau berbaring telentang di tempat yang datar, seperti di atas lantai atau tempat tidur.

Bila memilih duduk, pastikan lutut Anda ditekuk dan telapak kaki Anda menjejak tanah dengan sempurna. Duduklah dengan posisi yang rileks, yaitu tidak terlalu tegap tapi juga tidak terlalu bungkuk.

Perbedaan proses pernapasan dada dan perut tentunya juga akan memberikan pengaruh yang berbeda pada tubuh.

Melansir Harvard Health, teknik pernapasan perut yang menyertakan pergerakan otot diafragma bisa memberikan suplai oksigen lebih besar daripada pernapasan dada.

Hal ini karena otot diafragma yang berkontraksi saat Anda mengambil napas memberikan lebih banyak ruang untuk rongga dada mengembang. Dengan begitu, paru-paru bisa terisi oksigen yang lebih banyak.

Mekanisme ini dapat menurunkan tekanan darah dan detak jantung sehingga tubuh menjadi lebih rileks. Manfaat pernapasan dada juga mengurangi stres dan rasa cemas.

Pernapasan dada juga menjadi metode pernapasan yang efektif untuk penderita gangguan pernapasan, seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

Pasalnya, paru-paru yang rusak tidak lagi dapat menyimpan oksigen secara maksimal karena penyempitan atau terisi oleh air.

Oleh karena itu, pernapasan yang hanya bertumpu pada otot dada justru membatasi suplai oksigen dan membuat oksigen terperangkap di paru-paru akibat diafragma yang mengempis.

Hal ini semakin menyulitkan penderita gangguan pernapasan mengalirkan oksigen ke bagian bawah tubuh sehingga gejala sesak napas bertambah parah.

Box Breathing, Teknik Pernapasan yang Bisa Dicoba Saat Sedang Stres

Bernapas dengan teknik pernapasan yang tepat seperti pernapasan perut dapat memberikan manfaat kesehatan yang lebih untuk tubuh.

Setelah mengenali perbedaan mekanisme pernapasan dada dan perut, tentunya Anda bisa lebih mudah untuk mencoba bernapas menggunakan diafragma.

Agar semakin terbiasa, Anda bisa melakukan latihan pernapasan perut dengan bermeditasi secara rutin.

Sebagian orang mungkin belum mengetahui apa fungsi diafragma. Sekat antara dada dan perut ini berperan penting dalam proses pernapasan. Karena fungsi diafragma yang begitu penting dalam pernapasan, gangguan pada diafragma dapat menyebabkan kesulitan bernapas.

Diafragma merupakan otot utama yang digunakan saat bernapas. Otot ini terletak di bawah paru-paru dan jantung, yang memisahkan rongga dada dengan rongga perut. Diafragma berbentuk menyerupai kubah yang dapat bergerak naik dan turun seiring proses pernapasan manusia.

Pernapasan perut terjadi akibat aktivitas otot diafragma dan otot

Jika diafragma melemah, kinerjanya pun menjadi tidak efektif dan akan mengganggu fungsi sistem pernapasan secara keseluruhan.

Mengenal Beragam Fungsi Diafragma

Ketika menarik napas, otot-otot pernapasan di rongga dada mengembang dan diafragma akan berkontraksi menjadi lebih datar. Ini memudahkan udara atau oksigen bergerak masuk menuju paru-paru, karena tekanan pada rongga dada akan turun secara mendadak.

Sementara itu, ketika mengembuskan napas, diafragma akan mengendur dan membuat ukuran paru-paru turut mengecil. Hal ini bisa membuat tekanan udara dalam rongga dada meningkat dan udara mengalir keluar.

Selain berguna dalam fungsi pernapasan, diafragma juga dapat membantu Anda saat muntah, buang air kecil, dan buang air besar, dengan cara meningkatkan tekanan pada rongga perut.

Diafragma juga dapat mencegah terjadinya refluks gastroesofageal atau naiknya asam lambung ke kerongkongan dengan menjaga tekanan pada kerongkongan.

Cara Bernapas yang Baik Menggunakan Diafragma

Tahukah Anda bahwa cara bernapas yang baik bukan menggunakan otot dada, melainkan dengan mengembangkan diafragma?

Bernapas dengan diafragma membantu paru-paru berkembang lebih besar, sehingga udara yang masuk pun lebih banyak. Selain itu, bernapas dengan diafragma juga dapat menurunkan kebutuhan oksigen dan menghabiskan lebih sedikit energi untuk bernapas.

Berikut ini adalah cara bernapas dengan diafragma yang optimal:

  • Baringkan tubuh telentang dan letakkan satu tangan di perut serta tangan lainnya di dada.
  • Bernapaslah perlahan melalui hidung hingga perut bergerak ke atas. Pastikan tangan yang berada di dada tidak bergerak.
  • Kencangkan otot perut dan biarkan otot tersebut turun ke bawah saat mengeluarkan napas melalui bibir yang mengerucut.

Latihan pernapasan diafragma ini dilakukan setidaknya 5–10 menit, sebanyak 3–4 kali dalam sehari. Awalnya, bernapas dengan cara ini akan terasa melelahkan. Namun, dengan berlatih dan melakukannya secara rutin, Anda pun akan terbiasa dan lebih mudah bernapas dengan diafragma.

Gangguan Diafragma yang Bisa Terjadi

Sama seperti organ tubuh lain, diafragma juga bisa mengalami gangguan. Berikut ini adalah beberapa gangguan yang dapat terjadi pada diafragma:

Hernia hiatus

Hernia hiatus terjadi ketika bagian organ perut turun ke rongga dada melalui lubang di diafragma. Penyakit ini lebih sering dialami oleh penderita obesitas dan orang yang berusia di atas 50 tahun.

Penyebab hernia hiatus belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa hal yang diduga dapat memicu terjadinya penyakit ini, yaitu:

  • Melemahnya diafragma seiring bertambahnya usia
  • Mengalami cedera di area sekitar diafragma
  • Menerima tekanan terus-menerus dan intens di otot sekitar diafragma, seperti saat batuk, muntah, buang air besar, berolahraga, atau mengangkat benda yang berat

Hernia diafragma bawaan

Hernia diafragma bawaan atau congenital diaphragmatic hernia (CDH) terjadi ketika diafragma tidak terbentuk sempurna sejak di dalam kandungan dan menyebabkan sebagian isi perut menonjol ke rongga dada. Organ perut yang bergerak ke dada ini, nantinya dapat menempati ruang tempat paru-paru seharusnya berada.

Efek jangka panjang CDH kemungkinan tidak ada sama sekali. Namun, anak dengan CDH berisiko mengalami masalah paru-paru kronis pada usia dini, pneumonia, PPOK, hingga komplikasi pada sistem pencernaan.

Lumpuh diafragma

Ketika terjadi kerusakan saraf yang mengatur otot-otot pernapasan, termasuk diafragma, terjadilah kondisi yang dikenal dengan lumpuh diafragma. Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan lumpuh diafragma adalah sindrom Guillain-Barré, cedera saraf tulang belakang, dan multiple sclerosis.

Gangguan ini dapat menyebabkan terganggunya proses pernapasan dan bahkan gagal napas. Oleh karena itu, apabila mengalami gejala lumpuh diafragma, seperti sesak napas, mudah lelah ketika beraktivitas, dan sulit tidur, segera periksakan diri ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Kelainan diafragma yang terdeteksi secara dini, dapat ditangani sebelum menimbulkan komplikasi. Selain itu, Anda dapat menerapkan beberapa cara untuk menjaga kesehatan diafragma, seperti membatasi makanan yang memicu refluks asam, makan dengan porsi kecil, dan melakukan pemanasan sebelum berolahraga.

Gangguan pada diafragma dapat membahayakan kesehatan secara umum. Oleh karena itu, periksakan diri ke dokter bila Anda mengalami sulit bernapas, nyeri dada, atau gejala lain yang mengarah pada masalah di diafragma.