Membuat gapura untuk hut ri merupakan contoh kerjasama di lingkungan

You're Reading a Free Preview
Pages 7 to 15 are not shown in this preview.

tirto.id - Indonesia akan merayakan Hari Kemerdekaan yang ke-75 pada 17 Agustus 2020 mendatang. Biasanya, rakyat Indonesia selalu melakukan sejumlah kegiatan untuk menyambut hari perayaan tersebut. Misalnya seperti gotong royong membersihkan desa, memasang bendera, hingga membangun atau mengecat gapura atau gerbang pintu masuk di setiap desa atau daerah.
Lalu, apa sebenarnya yang mendasari adanya pembangunan gapura di hampir semua desa di Indonesia? Bahkan, setiap tahunnya, warga bergotong royong mengecat gapura untuk merayakan hari kemerdekaan Indonesia.

Dilansir dari jurnal berjudul “Karakteristik Gapura di Kecamatan Kebakramat Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah” yang ditulis oleh Umi Kholisya, gapura berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu “Gapura” yang berarti pintu gerbang.

Pada hakikatnya, gapura terdiri dari dua tipe, yakni Gapura Paduraksa dan Gapura Bentar. Gapura dapat dikatakan sebagai bentuk ekpresi yang terkait dengan status sosial masyarakat Indonesia.

Karakteristik gapura juga biasanya dibuat berdasarkan unsur-unsur visual berupa ornamen-ornamen yang mencirikan daerah tempat dibangunnya gapura tersebut.

Pada zaman dulu, candi adalah pengetahuan dasar seni dalam membangun gapura, yaitu sebuah bangunan yang berada pada jalan masuk atau keluar dari suatu tempat, lahan, atau wilayah. Gapura sendiri bisa berfungsi sebagai petunjuuk bahwa adanya batas wilayah atau pintu keluar masuk yang terletak pada dinding pembatas sebuah kompleks bangunan tertentu. Sejarah gapura di Indonesia sendiri diawali pada masa kerajaan Majapahit dengan ditemukannya Candi Wringin di Lawang yang berbentuk Bentar dan Candi Bajang Ratu Baka yang berbentuk Paduraksa. Pada masa itu, candi Bentar adalah pintu gerbang untuk memasuki halaman paling depan atau teras. Bentuk tersebut juga masih bertahan hingga masuknya Islam ke Indonesia.

Sebagaimana dikutip dari jurnal Cakrawala Pendidikan, gapura juga bisa disebut sebagai gerbang atau regol.

Sejak zaman purba (pengaruh kebudayaan Hindu), madya (pengaruh budaya Islam), dan zaman kemerdekaan, gapura telah menunjukkan keberadaannya secara gamblang. Hal itu dapat dilihat dengan adanya gapura Keraton Ratu Baka di sebelah Selatan candi Prambanan Yogyakarta, gapura di pura-pura (kuil) yang ada di Bali, hingga gapura di Masjid Agung Yogyakarta. Gapura sendiri secara umum adalah sebutan istilah pintu masuk masjid, candi, rumah bangsawan, keraton, desa, dan negara. Gapura sebagai suatu karya arsitektur yang mencerminkan ciri budaya dari kelompok manusia yang menciptakannya. Sehingga, kegiatan mengecat atau membersihkan gapura biasanya dilakukan oleh warga Indonesia setahun sekali, yakni menjelang peringatan hari kemerdekaan Indonesia Tujuannya adalah untuk kembali mengingat ciri budaya daerah masing-masing serta menjunjung tinggi kebiasaan warga Indonesia yang sudah ada sejak zaman dulu tersebut. Tahun ini, tema besar yang digunakan untuk merayakan hari kemerdekaan adalah Indonesia Maju. Tema Besar Indonesia Maju adalah sebuah representasi dari Pancasila sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Menurut Kementerian Sekretariat Negara, tema ini merupakan simbolisasi dari Indonesia yang mampu memperkokoh kedaultan, persatuan, dan kesatuan. Makna Kemerdekaan saat ini bukan hanya sebagai kata, kemerdekaan adalah kesempatan. Kesempatan untuk bermimpi hingga jadi nyata dan kesempatan untuk berkarya tanpa batas.

"Sekarang saatnya kita fokus kepada hal yang benar-benar penting dalam menyatukan keberagaman melalui kolaborasi untuk memperkenalkan jati diri bangsa Indonesia," tulis Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg).

Membuat gapura untuk hut ri merupakan contoh kerjasama di lingkungan
Tanjung Selor (kla.id) – Rukun Tetangga (RT) 53 yang terletak di Jalan Sengkawit Tanjung Selor dibawah kepemimpinan Rosdiana, beberapa kali telah melaksanakan rapat yang diadakan di PAUD AZKA. Hasil kesepakatan rapat adalah membentuk Panitia Perayaan HUT RI ke-73 RT 53 yang diketuai H. Mu’min. Tema peringatan kali ini adalah “Dari Warga Untuk Warga” karena seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan berasal dari swadana masyarakat.

Membuat gapura untuk hut ri merupakan contoh kerjasama di lingkungan
Adapun agenda menjelang peringatan HUT RI kali ini adalah kerja bakti membersihkan selokan dan tempat-tempat lain yang banyak mengandung sampah, pembuatan gapura, dan pengecatan jalan sepanjang 750 meter. Sedangkan lomba-lomba yang akan dipertandingkan adalah : Lomba tarik tambang, lomba balap karung, lomba lari sambal membawa kelereng, tenis meja, dan baca puisi.

Membuat gapura untuk hut ri merupakan contoh kerjasama di lingkungan
Namun yang terasa berbeda dan sedikit unik adalah akan diadakan acara makan kerupuk bersama sepanjang 750 meter yang akan diikuti oleh seluruh warga baik anak-anak maupun dewasa. Selain itu akan diadakan “Deklarasi Stop Membuang Sampah Sembarangan” untuk seluruh warga.

Membuat gapura untuk hut ri merupakan contoh kerjasama di lingkungan
Diharapkan dengan adanya kegiatan-kegiatan ini maka masyarakat menyadari tentang pentingnya menjaga rasa persatuan dan kesatuan bangsa, menjaga kebersihan lingkungan, serta memperkokoh rasa rasa kekeluargaan diantara warga.

(Neni)

Ilustrasi kerjasama di sekolah. Sumber: Freepik.com

Manusia sebagai makhluk sosial tentu diharuskan untuk menjalin kerjasama yang baik dengan sesamanya agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Mulai dari lingkungan sekolah, masyarakat, bahkan sebagai warga negara pun membutuhkan kerjasama yang erat antarsesama.

Keahlian setiap orang berbeda-beda, sehingga manusia membutuhkan satu sama lain. Dengan bekerja sama, pekerjaan yang dilakukan menjadi lebih ringan.

Salah satu nilai luhur bangsa Indonesia dalam kerjasama adalah gotong royong. Dalam gotong royong terdapat unsur kerja sama yang dapat dilaksanakan dalam berbagai lingkungan kehidupan, yaitu kehidupan sekolah, kehidupan masyarakat, kehidupan berbangsa dan bernegara.

Ilustrasi kerjasama dengan tim di sekolah. Sumber: Unsplash.com

Kerjasama yang dilakukan di lingkungan sekolah, masyarakat, dan negara bisa berupa bermacam-macam. Dikutip dari buku Kerjasama dalam Kehidupan Sekolah, berikut adalah beberapa contoh kerjasama yang bisa dipraktikkan.

Kerjasama di lingkungan sekolah

  • Berpartisipasi secara aktif menyusun dan melaksanakan aturan sekolah.

  • Melaksanakan aturan sekolah. Peraturan sekolah apabila ditaati akan membentuk sekolah yangtertib.

  • Jangan memandang rendah peserta didik lain sehingga dia tidak pernah diajak kerjasama. Mungkin saja peserta didik yang pendiam memiliki banyak ide dan gagasan.

  • Tidak membuat masalah. Di kelas terkadang ada saja sumber konflik misalnya peserta didik yang malas mengerjakan tugas piket. Sumber konflik perlu dicegah agar tidak meruncing dan merusak suasana kelas.

  • Saling percaya. Jika kepercayaan antarpeserta didik hilang, sulit terbentuknya kerjasama. Membiarkan situasi yang saling tidak percaya antar peserta didik dapat memicu konflik.

  • Saling menghargai dan memberikan penghargaan. Kehidupan di sekolah akan semakin baik apabila seluruh peserta didik dapat saling menghargai. Memberikan penghargaan seperti dengan mengucapkan terimakasih ataupun memuji teman akan meningkatkan rasa pertemanan di sekolah.

Kerjasama di lingkungan masyarakat

Di masyarakat, banyak dijumpai berbagai kelompok yang bekerja dan saling membantu seperti di lingkungan keluarga misalnya. Di mana ada ayah, ibu, dan anak-anaknya mengambil peran masing-masing untuk mencapai tujuan bersama. Keharmonisan keluarga dapat ditakar dari peran masing-masing anggota keluarga dapat berjalan dengan semestinya.

Bentuk-bentuk hubungan kerja sama dalam lingkungan masyarakat, di antaranya adalah ikut serta dalam kegiatan masyarakat. Misalnya dalam kegiatan kerja bakti, perayaan-perayaan hari besar nasional atau keagamaan, sanitasi, dan sebagainya.

Kerjasama di lingkungan negara

Mewujudkan kerjasama antarsesama warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dapat dilakukan dengan cara berikut ini.

  • Warga negara bekerja sama dengan pemerintah dalam pembangunan nasional dengan membayar pajak.

  • Menyelenggarakan peringatan hari besar keagamaan dan nasional yang diatur oleh pemerintah.

  • Berperan aktif dalam mendukung pelaksanaan program-program dari pemerintah.