Media komunikasi yang dilakukan oleh sebuah institusi resmi adalah brainly

GROBOGAN-Media massa sebagai wadah pers dan alat komunikasi massa dinilai punya peran penting dalam mewujudkan keterbukaan informasi publik. Hal itu disampaikan Ketua Komisi Informasi Provinsi Jawa Tengah Rahmulyo Adiwibowo saat menjadi pembicara dalam sarasehan yang diselenggarakan Dinas Komunikasi dan Informasi Grobogan, Kamis (27/4/2017).

Menurutnya, sejauh ini media dianggap sebagai salah satu sarana belajar untuk mengetahui berbagai peristiwa. Media juga dianggap sebagai cermin berbagai peristiwa yang ada di masyarakat dan dunia.

Ia menyesalkan masih adanya tindakan intervensi dalam pemberitaan. Untuk menghindari masalah itu, pihak media maupun pemerintah perlu menyadari adanya sinkronisasi antara undang-undang keterbukaan informasi publik (UU KIP) dengan undang-undang kebebasan pers.

Dalam rangka mengimplementasikan UU KIP, bagian humas hendaknya bisa menyajikan informasi kepada publik secara transparan dan mudah diakses. Kemudian, bisa menggunakan media informasi yang cepat, tepat, murah dan sederhana dalam penyebaran informasi.

“Idealnya, sebuah lembaga harus memiliki media yang dapat jadi rujukan bagi media dan masyarakat dalam mendapatkan informasi. Misalnya, dengan sarana website resmi badan publik,” jelasnya.

Acara sarasehan dibuka Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Grobogan Grobogan Wiku Handoyo. Sarasehan dihadiri puluhan wartawan berbagai media yang ada di Grobogan serta perwakilan guru dan pelajar.

Selain Rahmulyo, pembicara lainnya dalam sarasehan di gedung Riptaloka tersebut adalah Ketua PWI Grobogan Taslim Hadi. Dalam kesempatan itu, Taslimmengharapkan media massa bisa mendapatkan berita atau data yang baik dan benar sehingga informasi itu sampai ke masyarakat dengan tepat.

“Jika data yang disampaikan sudah bagus maka akan meminimalkan munculnya persoalan dalam pemberitaan. Jika merasa dirugikan dengan pemberitaan maka bisa menggunakan hak jawab,” katanya.

Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Sumbar, Arkadius menyebutkan pada prinsipnya keterbukaan informasi ini di lembaga publik seperti di DPRD bisa saja diliput oleh wartawan.

Khusus di DPRD Sumbar, dia mengakui masih ada kegiatan yang belum terbuka untuk umum. Namun, dia menjamin informasi yang dibahas bisa ditanyakan dengan wawancara langsung baik ke pimpinan rapat maupun anggota.

Dia mengatakan kedepannya hal ini akan menjadi catatan di pimpinan DPRD.

Dia juga menyebutkan, dalam tata tertib DPRD khususnya di Sumbar memang ada ketentuan rapat internal yang belum dapat diliput langsung oleh wartawan.

“Kami butuh peran media dalam publikasi kegiatan. Jadi kinerja kami tidak bisa dipisahkan dengan wartawan,” katanya.

Lalu, praktisi Hukum dari Universitas Andalas, Yuslim memaparkan beberapa pokok pikirannya tentang DPRD.

Menurutnya, eksistensi DPRD ditegaskan dalam UUD 1945 ayat (3) pasal 18 Bab VI. Sedangkan dalam Bab VII UUD 1945 tentang DPR tidak mengatur sama sekali tentang DPRD.

Dalam sistematika ini, katanya, DPRD merupakan bagian dari penyelenggara pemerintahan daerah. DPRD berfungsi dalam pembentukan Peraturan Daerah, anggaran dan pengawasan.

“Ketiga fungsi tersebut dijalankan dalam kerangka representasi rakyat di daerah. DPRD dalam menjalankan fungsinya menjaring aspirasi dari masyarakat,” katanya.

Dalam kaitannya dengan fungsi dewan, jelasnya, Humas sangat berperan dalam menjembataninya dengan masyarakat dan media massa. Sebagai penyampai aspirasi masyarakat dan pengawas pemerintah, hubungan kemitraan DPRD dan media massa perlu dibangun dan peran humas menjadi kunci harmonisnya hubungan tersebut.

“Begitu juga dengan masyarakat, Humas harus bisa menjembatani hubungan tersebut,” katanya.

Diskusi panel ini dipimpin oleh Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Pemerintah Sumbar Erdi Janur. Narasumber dari media Sawir Pribadi dan Hidayat yang juga anggota DPRD Sumbar.

Turut hadir, Ketua Forum Wartawan parlemen DPRD Sumbar, Novrianto, dan puluhan wartawan dan pemilik media. Perwakilan Humas DPRD dari kabupaten/kota juga turut hadir

Media komunikasi yang dilakukan oleh sebuah institusi resmi adalah brainly

Media komunikasi yang dilakukan oleh sebuah institusi resmi adalah brainly
Lihat Foto

Freepik.com/Tirachardz

Ilustrasi contoh komunikasi organisasi

KOMPAS.com - Contoh komunikasi organisasi yang paling mudah ditemui adalah komunikasi antarkaryawan, komunikasi antara atasan dan bawahan, serta komunikasi antardivisi.

Menurut Andre Hardjana dalam buku Komunikasi Organisasi Strategi dan Kompetensi (2016), komunikasi organisasi adalah komunikasi yang berlangsung untuk menggerakkan berbagai kegiatan karyawan secara terkoordinasi dengan tujuan yang jelas, yakni mencapai tujuan organisasi.

Dalam praktiknya, komunikasi organisasi tidak bergantung pada jumlah orang yang terlibat, melainkan lebih menitikberatkan pada pengaturan serta proses komunikasinya.

Berikut ini beberapa contoh komunikasi organisasi:

Pelaporan kerja oleh manajemen bawah kepada manajemen menengah dan atas

Dikutip dari buku Perilaku Organisasi (2018) karya Stephen P. Robins dan Timothy A. Judge, pelaporan kerja oleh manajemen bawah ke manajemen yang tingkatannya lebih tinggi, merupakan contoh komunikasi organisasi ke atas.

Artinya proses komunikasi ini dilakukan dari tingkatan bawah ke tingkatan lebih tinggi. Selain pelaporan kerja, contoh lain komunikasi organisasi ke atas adalah survei sikap karyawan, adanya kotak saran, prosedur penyampaian keluhan, diskusi atasan dan bawahan, serta sesi tanya jawab informal.

Baca juga: Komunikasi Organisasi: Pengertian dan Cirinya

Komunikasi antarkaryawan

Dalam sebuah organisasi, komunikasi antarkaryawan sering kali terjadi, baik membahas soal pekerjaan atau komunikasi yang didasarkan pada hubungan sosial.

Bentuk komunikasi ini penting dalam organisasi. Selain membuat proses kerja menjadi lebih efektif dan efisien, komunikasi ini juga membuat hubungan antarkaryawan menjadi lebih kompak dan erat.

Komunikasi antara manajemen dan karyawan

Contoh komunikasi organisasi ini melibatkan arus informasi ke bawah. Karena dilakukan dari tingkatan tinggi ke tingkatan lebih rendah.

Misalnya, manajemen menginformasikan perihal perubahan kebijakan atau peraturan organisasi kepada karyawannya. Atau manajemen meminta karyawan untuk memperbaiki hasil kerjanya.

PERAN KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI

Oleh : Guus Sukarji / Program Magister Kebijakan Publik STIA LAN

Pada dasarnya organisasi adalah suatu kesatuan sosial dari sekelompok manusia yang saling berinteraksi menurut suatu pola tertentu sehingga setiap anggota organisasi memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing, yang sebagai suatu kesatuan mempunyai tugas tujuan tertentu dan mempunyai batas-batas yang jelas, sehingga bisa dipisahkan secara tegas dari lingkungannya. Dari berbagai definisi tentang organisasi dapat disimpulkan bahwa organisasi adalah merupakan suatu wadah/tempat proses kegiatan orang-orang yang bekerja sama, mempunyai fungsi dan wewenang untuk mengerjakan usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan. Organisasi tumbuh berkembang seiring dengan perkembangan lingkungan sosial yang dinamis.

Keberadaan suatu organisasi sangat dipengaruhi oleh beberapa aspek diantaranya penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat. Agar  dapat mencapai tujuan itu, organisasi memerlukan sistem  manajemen efektif  yang akan menunjang jalannya organisasi secara terus-menerus dan tingkat efektivitas kerja pegawai juga perlu diperhatikan.  Pada umumnya organisasi memiliki beberapa bagian yakni  bagian  pemasaran, bagian keuangan, bagian produksi, bagian sumber daya manusia, dan  bagian administrasi.  Masing-masing bagian tersebut  melaksanakan kegiatan yang berbeda tetapi tetap saling berhubungan satu sama lain.  Tingkat kegiatan yang  dilaksanakan organisasi akan mengalami perubahan dari  suatu periode ke periode berikutnya.

Dalam pelaksanaan organisasi itu sendiri, terdapat beragam permasalahan yang terjadi mulai dari posisi terendah sampai ke tingkat decision maker itu sendiri. Permasalahan itu sendiri harus segera diselesaikan agar tidak terjadi menjadi bumerang yang akan menghancurkan organisasi itu sendiri. Permasalahan yang sering ditemui dalam organisasi adalah komunikasi yang tidak berjalan dengan baik. Komunikasi tidak terjalin baik secara vertical maupun horizontal.

Komunikasi berasal dari bahasa latin “communis” atau ‘common” dalam Bahasa Inggris yang berarti sama. Berkomunikasi berarti kita berusaha untuk mencapai kesamaan makna, “commonness”. Atau dengan ungkapan yang lain, melalui komunikasi kita mencoba berbagi informasi, gagasan atau sikap kita dengan orang lainnya. Kendala utama dalam berkomunikasi adalah seringkali kita mempunyai persepsi yang berbeda terhadap objek yang sama. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang mana di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Komunikasi merupakan elemen penting dalam organisasi. Karena tanpa adanya komunikasi segala sesuatunya pasti tidak akan berjalan baik. Kemungkinan besar akan terjadi Miss Komunikasi dengan rekan kerja atau atasan yang dampaknya cukup besar bagi individu maupun organisasi.

Miss komunikasi adalah adanya kesalahpahaman antara kedua belah pihak dalam mencerna proses komunikasi, sehingga antara pesan yang disampaikan dan pesan yang diterima berbeda arti dan penafsirannya. Jika kondisi ini terus berlanjut tentu akan membawa dampak yang sangat buruk bagi kelangsungan organsiasi. Bukan tidak mungkin akibat dari miss komunikasi adalah munculnya onflik-konflik di dalam organisasi.

Secara sosiologis, konflik dapat diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) di mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Hal-hal yang menyebabkan konflik biasanya adalah :

1.      Kesalingtergantungan

2.      Perbedaan tujuan

3.      Perbedaan persepsi

4.      Kenakan permintaan.

Akibat-akibat dari konflik itu sendiri beragam. Beberapa pendapat (tradisional)  menyatakan bahwa konflik hanyalah merupakan gejala abnormal yang mempunyai akibat-akibat negatif sehingga perlu dilenyapkan. Hal ini dapat diartikan bahwa akibat yang ditimbulkan adalah Disfungsional. Akan tetapi sebenarnya konflik juga dapat mengakibatkan dampak yang baik dalam hal ini dapat diartikan sebagai dampak fungsional. Konflik merupakan hasil dari kemajemukan sistem organisasi. Lalu jika demikian, apa yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan konflik dalam organiasai. Ada beberapa cara untuk melakukan penanganan konflik.

Yang pertama adalah intropeksi diri. Introspeksi diri adalah proses pengamatan terhadap diri sendiri dan pengungkapan pemikiran dalam yang disadari, keinginan, dan sensasi. Proses tersebut berupa proses mental yang disadari dan biasanya dengan maksud tertentu dengan berlandaskan pada pikiran dan perasaannya. Dari sini kita dapat mencoba menilai diri kita sendiri dan tentu menilai apa yang sudah kita lakukan.

Yang kedua adalah mengevaluasi pihak yang terlibat. Hal ini sangat penting kita lakukan untuk dapat meningkatkan peluang menyelesaikan konflik. Dalam pelaksanaannya ita perlu melihat konflik dari berbagai sudut pandang sehingga kita dapat melihat berbagai kepentingan dari berbagai sudut pandang Kita dapat mengidentifikasi kepentingan apa saja yang mereka miliki, bagaimana nilai dan sikap mereka atas konflik tersebut dan apa perasaan mereka atas terjadinya konflik. Kesempatan kita untuk sukses dalam menangani konflik semakin besar jika kita melihat konflik yang terjadi dari semua sudut pandang.

Selanjutnya dalam penanganan konflik kita dapat memilih beberapa tindakan salah satunya adalah kompromi. Kompromi dapat dilakukan jika kedua belah pihak sama-sama memandang bahwa hubungan baik adalah hal yang sangat penting. Masing-masing pihak bahkan dapat mengorbankan kepentingannya untuk bisa mendapatkan win-win solution.

Selain itu juga kita bisa memilih untuk berkompetisi, berkolaborasi, atau akomodasi bahkan menghindari konflik. Tetapi lebih dari itu semua adalah bahwa komunikasi sangat diperlukan pada setiap pilihan penanganan konflik. Berbagai model atau gaya komunikasi dapat kita terapkan dalam mencoba menyelesaikan konflik di dalam organisasi. Apakah itu komunikasi linear, transactional, interaksional. Kesemuanya sangat berpengaruh terhadap kesuksesan resolusi konflik. Untuk itu kreatifitas kita dalam memilih gaya berkomunikasi sangat menentukan terhadap penyelesaian konflik dan tentu pada akhirnya adalah tercapainya tujuan organisasi.