Kota kembang adalah julukan untuk kota

Kota kembang adalah julukan untuk kota
Perbesar

Kota Bandung di Malam Hari. (Foto:pixabay/bin_suryadi)

BANDUNG NEWS – Bandung memiliki banyak julukan, dimulai dari Lautan Api sampai Kota Kembang. Khusus untuk sebutan Kota Kembang, berikut adalah alasan munculnya nama itu.

Sejak dulu Bandung dikenal dengan keindahan dan gaya hidup masyarakatnya. Karena itulah pada masa penjajahan Belanda, Bandung disebut sebagai Paris van Java  dan Kota Kembang.

Banyak orang yang mengira bahwa sebutan Kota Kembang disebabkan oleh sejarah Bandung sebagai lahan perkebunan kopi dan teh. Fakta itu lalu dikait-kaitkan dengan sebuta Kota Kembang, di mana dalam imajinasi publik Bandung dahulu dipenuhi taman-taman bunga.

Namun, alasan itu tidak sepenuhnya benar. Pasalnya ada hipotesa (dugaan) lain yang terkait asal usul nama Kota Kembang.

Haryono Kunto dalam bukunya Wajah Bandoeng Tempo Doeloe menjelaskan bahwa Kota Kembang bukan berasal dari bunga secara literal atau lahiriah. Bukan berasal dari bunga-bunga yang tumbuh di banyak taman. Lebih dari itu, nama Kota Bandung berasal dari ‘Kembang Dayang’ yang berarti Wanita Tunasusila.

Dikisahkan dalam buku tersebut, ketika pada masa Asisten Residen Priangan Pieter Sijthoff di tahun 1896, Bandung dipercaya menjadi tuan rumah Kongres Perkumpulan Pengusaha Perkebunan Gula yang berkedudukan di Surabaya.

Bandung dipercaya untuk menggelar agenda akbar tersebut lantaran, pada saat itu, telah dibuka jalur transportasi angkutan kereta api dari Batavia ke Bandung dan Surabaya tahun 1884.

Namun demikian, Kota Bandung saat itu tidak lebih dari sejumlah dusun perkampungan yang dipenuhi perkebunan. Fenomena ini lantas membuat Pieter kebingungan bagaimana cara memberikan pelayanan memuaskan kepada para peserta kongres, jika lingkungannya tidak begitu mendukung.

Lalu sebuah ide lahir dari pria pemilik perkebunan kina di kawasan Bandung Selatan bernama Williem Schenk yang mengusulkan agar Pieter turut serta membawa perempuan cantik beparas Indo Belanda dari perkebunan kina di Pasirmalang.

Paras mojang Bandung kala itu memang dikenal cantik dan berkulit putih sewajarnya perwajahan Indo Belanda. Bukan tanpa alasan ketika perempuan Bandung memiliki wajah Indo Belanda karena pada tahun 1830 hingga 1870 Pemerintah Belanda memberlakukan sistem tanam paksa di Nusantara.

Sistem tersebut menghadirkan sebuah regulasi bila para warga Belanda yang bekerja di Bandung tidak diperbolehkan membawa serta istri dan keluarga. Tidak dapat dipungkiri bila hidup sendiri tanpa istri membuat banyak pria Belanda menjalin hubungan dengan gadis pribumi tanpa status pernikahan.

Maka tidak mengherankan bila berselang belasan tahun kemudian banyak remaja Bandung baik lelaki maupun perempuan memiliki paras dengan sentuhan Indonesia dan Belanda khas perwajahan masyarakat Eropa.

Sehingga kehadiran dan pelayanan mojang Bandung kala itu ternyata mendapat respons positif dari peserta kongres dan turut membawa gelaran berjalan sukses.

Sejak saat itu para Belanda memberikan julukan Bandung sebagai “De Bloem Der Indische Bergstede” yang berarti “Bunga dari Pegunungan Hindia Belanda.” Sebuah julukan yang menjadi latar belakang sebutan Kota Kembang.

Dalam Planten en Bloemen in Nederlandsch-Indie (1924) P. Dakkus menyatakan berbagai macam tumbuhan bisa ditanam dengan baik di wilayah Bandung. Dirinya pun memuji kesuburan tanah di dataran tinggi Bandung.

“Untunglah iklim di Indonesia sangat baik-serasi. Sesuai dengan siloka: bila engkau tancapkan sebatang tongkat di tanah, pastilah dia tumbuh bersemi”.

Aku Sangat Muda, Aku Sulut "Bandung Lautan Api" di Tanah Sunda

Setelah itu, dibangun beberapa taman yang semuanya berada di kawasan Bandung Utara, antara lain Insulinde Park, Molukken Park, Tjibeunjing Plantsoen, Tjilakiplein, Oranjeplein, dan Ijzermanpark.

Selain taman-taman tersebut, terdapat juga beberapa taman kecil sehingga pada 1930-an, Kota Bandung acapkali disebut sebagai tuinstad (kota taman) karena keberadaan taman kota menjadikan Bandung sebagai kota yang sangat indah.

"Tak mungkin seorang George Clemenceau, Perdana Menteri Prancis atau bintang film Charlie Chaplin dan Paulette Goddard terpukau pesona indah Taman Kota Bandung, kalau memang tidak karena taman bunganya yang cantik menarik hati," ucap Kunto.

Selain itu tercatat Bandung juga memiliki jenis bunga yang langka, misalnya pada tahun 1915, Dr W.D van Leeuwen menemukan sejenis anggrek yang langka di wilayah Kota Bandung, sehingga bunga temuan ini dinamakan Microstylis Bandongenis.

Belum lagi dahulu di Jalan Braga, juga ada toko kembang (Bloemenhandel) abundantia yang harus mengirim bunga setiap pagi ke Istana Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Batavia. Tentunya bila Bandung bukan lautan kembang, dari mana bunga-bunga itu berasal?

Data sejarah ini sebenarnya cukup membuktikan bahwa Bandung memang cocok untuk disebut sebagai Kota Kembang. Bukan hanya sebuah ilusi atau upaya untuk memutar balik roda sejarah, bila masa kini sebagian warganya ingin mengembalikan citra Bandung sebagai Kota Kembang.

Merealisasikan Bandung sebagai Kota Kembang

Pemerintah Kota Bandung beberapa tahun terakhir gencar membangun taman kota sebagai bagian dari upaya mempercantik kota, memenuhi persentase ruang terbuka hijau terhadap luas wilayah, dan sebagai media memperbanyak area bercengkerama warga kota.

Menyempitnya ruang terbuka hijau mengakibatkan julukan Bandung sebagai Kota Kembang terlebih julukan the Garden of Allah seakan hilang maknanya. Untuk mengembalikan “hijaunya” Kota Bandung, bukan berarti tidak ada upaya dari Pemerintahan Kota Bandung.

Pada masa Pemerintahan Wali Kota Ridwan Kamil (2013-2018), pembangunan ruang terbuka hijau dirasakan cukup gencar. Selain merevitalisasi taman kota warisan kolonial, beberapa ruang terbuka, seperti trotoar, persimpangan jalan, atau batas jalan dijadikan sebagai ruang terbuka hijau.

Meskipun belum mencapai luas ideal, tetapi hal itu menunjukkan bahwa Kota Bandung, masih memiliki peluang untuk menjalankan amanat perundangan-undangan yang mengharuskan luas ruang terbuka hijau minimal 20% dari luas wilayahnya.

Bedasarkan skripsi dari Miftahul Falah dan kawan-kawan dalam judul Ruang Terbuka Hijau dalam Tata Ruang Kota Bandung Akhir Abad XIX Hingga Pertengahan Abad XX menyebut Pemerintah Kota Bandung mulai menyebar proses pembangunan ruang terbuka hijau.

Sajak Seorang Tua Tentang Bandung Lautan Api

Di wilayah Bandung Utara, selain mempercantik taman-taman kota yang sudah ada, pemerintah pun membangun taman kota baru meskipun tidak seluas yang sudah ada. Pembangunan ruang terbuka hijau dilakukan juga di wilayah Bandung Selatan, Bandung Timur, dan Bandung Barat.

Bedasarkan catatan Miftahul, pada 2011 taman kota yang ada di Kota Bandung belum mencerminkan suatu taman yang layak bagi anak-anak. Tidak hanya itu, beberapa taman bahkan menjadi “rumah” bagi pengemis atau tuna wisma sehingga menghilangkan
kenyamaan dan keamanan bagi warga Kota Bandung yang hendak menikmati taman.

Selain itu pembangunan kawasan terbangun secara konsekuensi akan mengubah fungsi lahan yang sebagian sudah ada sejak masa Pemerintahan Hindia Belanda dan sebagian lagi dibangun pada masa Pemerintahan Republik Indonesia.

Karena itu Pemerintah Kota Bandung berupaya menambah kawasan tersebut dengan membangun dan merevitalisasi kawasan terbuka sehingga menambah persentase luas ruang terbuka.

Dalam kurun tahun 2004 sampai 2007, pembangunan ruang terbuka hijau dilakukan dengan menjalankan program intensifikasi melalui gerakan reboisasi. Dari tahun 2007-2010, luas ruang terbuka hijau di Kota Bandung mencapai 9,94 persen dari luas wilayah Kota Bandung dan satu tahun kemudian menjadi 11,42 persen.

Tentunya banyak harapan agar julukan Kota Kembang bisa mewujud tidak hanya sebagai julukan tetapi juga identitas dari kota tersebut. Karena Bandung bukanlah Bandung tanpa dihiasi semerbak mewangi bunga dan kembang.

Kota kembang disebut kota apa?

Julukan Kota Kembang memiliki dua versi, yakni Bandung terkenal dengan bunga dan tanaman indah yang tumbuh di taman. Selain itu, julukan Kota Kembang juga berkaitan dengan peristiwa zaman dahulu. Kota Kembang atau disebut kembang dayang artinya pekerja seks komersial.

Apa julukan untuk kota Jakarta?

Menempati luas 661,5 meter persegi, Jakarta yang kini dipimpin oleh Gubernur Anies Baswedan sering disebut sebagai Kota Metropolitan di Indonesia. Jakarta diberi julukan J-Town atau The Big Durian karena dianggap sebagai kota yang sebanding dengan New York City (Big Apple) di Amerika Serikat.

Apa yang terkenal dari Kota Bandung?

Bandung bisa memiliki julukan kota kembang, karena dahulu Bandung terkenal akan rindangnya pepohonan, bunga yang tumbuh di penjuru kota, serta taman yang hijau. Tetapi julukan tersebut hadir setelah Bandung ditetapkan sebagai kota dan ditanami berbagai jenis pohon seperti sekarang.

Malang terkenal dengan sebutan kota apa?

Julukan Kota Bunga ternyata juga melekat pada Kota Malang. Julukan ini didasarkan atas banyaknya bunga yang mekar serta tumbuh di sudut-sudut Kota Malang. Bahkan terdapat beberapa taman kota di Malang yang dipenuhi dengan bunga warna-warni.