Kesesuaian nama pondok pesantren dan nama pendiri yang tepat ditunjukkan pada tabel nomor

Pesantren Tebuireng adalah salah satu pesantren terbesar di Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Pesantren ini didirikan oleh Hadhrotussyekh KH. Hasyim Asy'ari pada tahun 1899. Selain materi pelajaran mengenai pengetahuan agama Islam, ilmu syari’at, dan bahasa Arab, pelajaran umum juga dimasukkan ke dalam struktur kurikulum pengajarannya. Pesantren Tebuireng telah banyak memberikan konstribusi dan sumbangan kepada masyarakat luas baik, terutama dalam dunia pendidikan Islam di Indonesia.

Kesesuaian nama pondok pesantren dan nama pendiri yang tepat ditunjukkan pada tabel nomor
Pesantren Tebuireng

Pesantren Tebuireng

Alamat

Desa Cukir, Kecamatan Diwek


Jombang

,

Jawa Timur


Kesesuaian nama pondok pesantren dan nama pendiri yang tepat ditunjukkan pada tabel nomor

Situs webtebuireng.onlineInformasiJenisPondok pesantrenAfiliasiIslamDidirikan1899; 123 tahun lalu (1899)PendiriHadhrotussyekh KH. Hasyim Asy'ariPengasuhKH Abdul Hakim MahfudzLain-lainMoto

Kesesuaian nama pondok pesantren dan nama pendiri yang tepat ditunjukkan pada tabel nomor

Pesantren Tebuireng

Pondok Pesantren Tebuireng didirikan oleh K.H. Hasyim Asy'ari pada tahun 1899 M. Pesantren ini didirikan setelah ia pulang dari pengembaraannya menuntut ilmu di berbagai lembaga pendidikan terkemuka dan di tanah Mekkah, untuk mengamalkan ilmu yang telah diperolehnya.

Tebuireng dahulunya merupakan nama dari sebuah dusun kecil yang masuk wilayah Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Letaknya delapan kilometer di selatan kota Jombang, tepat berada di tepi jalan raya Jombang – Kediri. Menurut cerita masyarakat setempat, nama Tebuireng berasal dari “kebo ireng” (kerbau hitam).[1] Versi lain menuturkan bahwa nama Tebuireng diambil dari nama punggawa kerajaan Majapahit yang masuk Islam dan kemudian tinggal di sekitar dusun tersebut.

Dusun Tebuireng sempat dikenal sebagai sarang perjudian, perampokan, pencurian, pelacuran dan perilaku negatif lainnya. Namun sejak kedatangan K.H. Hasyim Asy’ari dan santri-santrinya, secara bertahap pola kehidupan masyarakat dusun tersebut berubah semakin baik dan perilaku negatif masyarakat di Tebuireng pun terkikis habis. Awal mula kegiatan dakwah K.H. Hasyim Asy’ari dipusatkan di sebuah bangunan yang terdiri dari dua buah ruangan kecil dari anyam-anyaman bambu (Jawa: gedek), bekas sebuah warung yang luasnya kurang lebih 6 x 8 meter, yang dibelinya dari seorang dalang. Satu ruang digunakan untuk kegiatan pengajian, sementara yang lain sebagai tempat tinggal bersama istrinya, Nyai Khodijah.

Organisasi NU tersebar di seluruh provinsi di Indonesia dengan lebih dari 400 cabang, tetapi pengurus-pengurus wilayah NU yang kegiatan usahanya cukup nyata antara lain adalah yang berada di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI Jakarta, Sumatra Utara, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan.[2] Saat ini, keberadaan Pondok Pesantren Tebuireng telah berkembang dengan baik dan semakin mendapat perhatian dari masyarakat luas.

Seiring dengan perjalanan waktu, santri yang berdatangan menimba ilmu semakin banyak dan beragam. Kenyataan tersebut telah mendorong Pondok Pesantren Tebuireng beberapa kali telah melakukan perubahan kebijakan yang berkaitan dengan pendidikan. Sebagaimana pesantren-pesantren pada zaman pendiriannya, sistem pengajaran awal yang digunakan adalah metode sorogan (santri membaca sendiri materi pelajaran kitab kuning di hadapan guru), serta metode weton atau bandongan atau halqah (kyai membaca kitab dan santri memberi makna). Semua bentuk pengajaran tersebut tidak dibedakan dalam jenjang kelas. Kenaikan tingkat pendidikan dinyatakan dengan bergantinya kitab yang khatam (selesai) dikaji dan diikuti santri. Materi pelajarannya pun khusus berkisar tentang pengetahuan agama Islam, ilmu syari’at dan bahasa Arab.

Perubahan sistem pendidikan di pesantren ini pertama kali diadakan Kyai Hasyim Asy’ari pada tahun 1919, yaitu dengan penerapan sistem madrasi (klasikal) dengan mendirikan Madrasah Salafiyah Syafi’iyah. Sistem pengajaran disajikan secara berjenjang dalam dua tingkat, yakni Shifir Awal dan Shifir Tsani.

Tahun 1929, kembali dilakukan pembaharuan, yaitu dengan dimasukkannya pelajaran umum ke dalam struktur kurikulum pengajaran. Hal tersebut adalah suatu tindakan yang belum pernah ditempuh oleh pesantren lain pada waktu itu. Sempat muncul reaksi dari para wali santri, bahkan para ulama dari pesantren lain. Hal demikian dapat dimaklumi mengingat pelajaran umum saat itu dianggap sebagai kemunkaran, budaya Belanda dan semacamnya. Hingga terdapat wali santri yang sampai memindahkan putranya ke pondok lain. Namun, madrasah ini berjalan terus karena Pondok Pesantren Tebuireng beranggapan bahwa ilmu umum akan sangat diperlukan bagi para lulusan pesantren.

Dalam perjalanan sejarahnya, hingga kini Pesantren Tebuireng telah mengalami 7 kali periode kepemimpinan. Secara singkat, periodisasi kepemimpinan Tebuireng sebagai berikut:

  1. KH. Muhammad Hasyim Asy’ari: 1899 – 1947
  2. KH. Abdul Wahid Hasyim: 1947 – 1950
  3. KH. Abdul Karim Hasyim: 1950 – 1951
  4. KH. Achmad Baidhawi: 1951 – 1952
  5. KH. Abdul Kholik Hasyim: 1953 – 1965
  6. KH. Muhammad Yusuf Hasyim: 1965 – 2006
  7. KH. Salahuddin Wahid: 2006 – 2020
  8. KH Abdul Hakim Mahfudz: 2020 – sekarang

  1. ^ Selayang Pandang Pesantren Tebuireng Diarsipkan 2010-06-15 di Wayback Machine., Situs Pondok Pesantren Tebuireng. Diakses 9 Juni 2010.
  2. ^ Damayanti, Doty, Kultur Pesantren, Kekuatan NU, KOMPAS.com, Jumat, 19 Maret 2010. Diakses 9 Juni 2010.

3. https://www.tebuireng.co/kisah-ijazah-istighotsah-kh-hasyim-asyari-yang-sempat-hilang/

  • SD Islam Ir. Soedigno
  • MTs Salafiyah Syafi'iyah
  • MTs Sains Salahudin Wahid
  • SMP A. Wahid Hasyim
  • SMP Sains
  • MA Salafiyah Syafi'iyah
  • SMA A. Wahid Hasyim
  • SMA Trensains
  • SMK Khoiriyah Hasyim
  • Madrasah Muallimin Hasyim Asy'ari
  • Ma'had Aly Hasyim Asy'ari
  • Universitas Hasyim Asy'ari
  • Situs resmi Pondok Pesantren Tebuireng Diarsipkan 2010-03-10 di Wayback Machine.
  • Perkumpulan Santri Tebuireng

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pondok_Pesantren_Tebuireng&oldid=20927338"

MALANGTIMES - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengunggah video berisi rangkuman 5 pondok pesantren tertua di Jawa Timur. 

Pondok-pondok itu tersebar mulai di Malang, Sidoarjo, Pasuruan, Pamekasan dan Pacitan.

Baca Juga : KH Masjkur Termasuk Pendiri TNI, Khofifah: Perjuangannya Harus Diteladani

Melalui akun Instagram resminya, @khofifah.ip mantan Menteri Sosial RI itu berharap tidak ada lagi stigma negatif terhadap santri yang belajar di pondok pesantren. 

"Adakah di sini yang pernah merasa dipaksa orang tua dimasukkan ke pesantren karena nakal? Jangan salah, pola pendidikan di pesantren bakalan bikin kamu jadi orang hebat dan tahan banting. Kamu tidak hanya dibekali ilmu agama saja, tapi juga berbagai ilmu yang bikin kamu mandiri, kreatif, dan berdaya saing," tulis Khofifah. 

"So, sudah saatnya menepis stigma negatif tentang pondok pesantren dan menjadikannya salah satu opsi bagi generasi muda penerus bangsa untuk menuntut ilmu di jenjang lebih tinggi. Dan, Jawa Timur adalah gudangnya pesantren Indonesia. Ayo, ngacung yang lulusan pesantren," lanjutnya.

1. Pesantren Al-Hamdaniyah

Pesantren ini didirikan oleh KH Hamdani pada tahun 1787. Terletak di Desa Siwalan Panji, Buduran, Kabupaten Sidoarjo. 

Pondok ini memiliki bentuk bangunan yang masih asli dan unik. Terutama keunikan untuk para santrinya. 

Berdinding anyaman bambu dan diberi jendela pada setiap kamarnya, serta bangunan yang disangga dengan kaki-kaki beton membuat asrama santri ini nampak seperti rumah joglo.

Pondok pesantren ini telah banyak melahirkan ulama-ulama besar, salah satunya yang pernah menjadi santri yakni KH Hasyim Asy'ari. 

2. Ponpes Sidogiri

Berdiri pada tahun 1718 dan didirikan oleh Sayyid Sulaiman keturunan Rasulullah. 

Awalnya Sidogiri adalah hutan yang berada di Pasuruan, Jawa Timur. 

Dibantu oleh santri sekaligus menantunya, yaitu Kiai Aminullah, babat alas dilakukan selama 40 hari. 

Karena saat itu Sidogiri masih berupa hutan belantara yang belum pernah terjamah manusia. 

3. Pondok Pesantren Miftahul Huda 

Pondok Pesantren Miftahul Huda (PPMH) Malang didirikan oleh KH Hasan Munadi pada tahun 1768.

PPMH juga dikenal dengan nama Pondok Gading karena tempatnya berada di Kelurahan Gading Kasri, Kecamatan Klojen, Kota Malang. 

KH Hasan Munadi wafat pada usia 125 tahun. Beliau mengasuh pondok pesantren ini selama hampir 90 tahun. 

Beliau meninggalkan empat orang putra, yaitu KH Isma'il, KH Muhyini, KH Ma'sum dan Nyai Mujannah. 

Baca Juga : Wagub Emil Dardak Tegaskan Jatim Bangga Punya Sosok Gus Lukman

Pada masa itu, Pondok Gading belum mengalami perkembangan yang signifikan. 

4. Pondok Pesantren Darul Ulum Banyuanyar

Bermula dari sebuah langgar (musala) kecil yang didirikan oleh Kyai Itsbat Bin Ishaq sekitar tahun 1787. 

Beliau adalah salah seorang ulama kharismatik yang terkenal dengan kezuhudan, ketawadhuan dan kearifannya. 

Nama Banyuanyar diambil dari bahasa Jawa yang berarti air baru. 

Hal itu didasarkan pada penemuan sumber mata air (sumur) yang cukup besar oleh Kyai Itsbat.

Sumber mata air itu tidak pernah surut sedikitpun. 

Bahkan sampai sekarang air tersebut masih dapat difungsikan sebagai air minum santri dan keluarga besar Pondok Pesantren Banyuanyar. 

Di lokasi inilah Kyai Itsbat mengasuh para santrinya dengan penuh istiqomah dan sabar.

Sekalipun sarana dan fasilitas yang ada pada saat itu jauh dari kecukupan. 

Setelah wafat, Beliau meninggalkan amanah suci pada generasi penerusnya. 

Yaitu cita-cita luhur untuk mendirikan sebuah pondok pesantren yang representatif. 

5. Pondok Pesantren Tremas

Pondok Tremas didirikan oleh KH Abdul Manan pada 1830 setelah menyelesaikan masa belajarnya di Pondok Tegalsari, Ponorogo.

Awalnya pondok ini berada di daerah Semanten, atau sekitar 2 kilometer arah utara Kota Pacitan.

Karena pada waktu itu masih dalam taraf permulaan dan santrinya juga belum sebanyak periode sesudahnya, maka kitab-kitab yang dipakainya juga masih dalam tingkatan dasar.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com. Mari bergabung di Grup Telegram , caranya klik link Telegram JatimTIMES, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.