Kerajaan pada zaman arab jahiliyah yang didirikan bendungan ma'rib adalah

Kamis, 21 Maret 2013

Kerajaan pada zaman arab jahiliyah yang didirikan bendungan marib adalah
Secara geografis, Semenanjung Arab itu terletak di bagian barat daya benua Asia. Semenanjung ini berbatasan masing-masing: di sebelah utara dengan Irak dan Suriah; di sebelah selatan dengan Samudera Hindia; di sebelah timur dengan Teluk Persia dan Laut Oman; di sebelah barat dengan Laut Merah. Kawasan Semenanjung Arab ini sebagian besar terdiri dari gurun yang terhampar luas di tengah-tengah Semenanjung. Secara keseluruhan, iklim Semenanjung Arab sangat panas dengan suhu udara yang sangat tinggi.

Pada umumnya para ahli sejarah membedakan bangsa Arab menjadi dua golongan besar, yaitu suku bangsa Arab Baidah (yang telah lenyap) dan bangsa Arab Baqiyah (yang masih ada).

Bangsa Arab Baidah. Bangsa Arab Baidah ini telah ada jauh sebelum Islam. Sejarah keberadaan mereka sangat sedikit yang dapat diketahui. Selama ini, cerita tentang mereka diketahui dari kitab-kitab Samawi, terutama Al-Qur’an dan syair Arab Jahili, seperti cerita tentang kauma *Ad dan kaum Samud. Menurut suatu keterangan, semula bangsa Arab Baidah ini mendiami daerah Babil di kawasan Asia kecil, kemudian mereka pindah ke Semenanjung Arab bagian utara. Bangsa Arab Baidah terdiri dari kabilah-kabilah, antara lain kabilah Ad, Samud, Tasm, Amaliqah, dan Jadis. Mereka inilah yang diduga keturunan asli dari bangsa Semit.

Bangsa Arab Baqiyah. Oleh para ahli sejarah bangsa Arab Baqiyah dibedakan menjadi dua golongan, yaitu bangsa Arab Aribah atau Arab Qahtaniyah dan Arab Musta’rabah (Muta’arribah) atau Adnaniyah.

Arab Aribah adalah keturunan dari Qahtan yang di dalam Taurat disebut Yaqzan. Mereka mendiami wilayah Yaman. Kabilah-kabilah Arab Aribah ini antara lain adalah kabilah Jurhum, Kahlan, dan Himyar. Menurut catatan sejarah, mereka pernah berjaya mendirikan kerajaan-kerajaan besar yang melahirkan kebudayaan dan peradaban tinggi di zamannya.

Arab musta’rabah atau Muta’arribah adalah keturunan Nabi Ismail AS. Mereka mendiami kawasan Hedzjaz. Disebut Musta’rabah atau Muta’arribah karena nenek moyang mereka yang pertama, Nabi Ismail AS, tidak berbahasa asli Arab, melainkan berbahasa Ibrani atau Suryani. Kemudian mereka disebut pula Adnaniyah karena salah seorang dari keturunan Nabi Ismail AS ada yang bernama Adnan.

Sejarah Bangsa Arab. Menurut sejarah, Nabi Ibrahim AS membawa istrinya, Siti Hajar, dan putranya, Ismail AS, ke Mekah. Ismail dan ibunya menetap di Mekah dan hidup membaur dengan kabilah Jurhum dari Bani Qahtan yang lebih dulu menetap di wilayah ini. Dari kabilah Jurhum inilah Ismail AS mengenal bahasa Arab. Setelah dewasa,

Ismail AS menikah dengan salah seorang putri dari kabilah Jurhum tersebut dan dikaruniai 12 orang anak. Dari mereka inilah lahir suku *Kuraisy dan Nabi Muhammad SAW berasal.

Ditinjau dari segi daerah tempat tinggal, bangsa Arab itu dapat dibedakan menjadi penduduk pedalaman dan penduduk perkotaan. Penduduk pedalaman tidak mempunyai tempat tinggal permanen atau perkampungan tetap. Mereka adalah kaum nomad yang hidup berpindah-pindah dari suatu daerah ke daerah lain. Mereka berpindah-pindah dengan membawa binatang ternak untuk mencari sumber mata air dan padang rumput. Adapun penduduk perkotaan sudah mempunyai tempat kediaman permanen di kota-kota. Mata pencarian mereka adalah berdagang dan bertani. Mereka sudah mempunyai kecakapan berdagang dengan baik dan cara bertani yang cukup maju.

Bangsa Arab hidup berkabilah-kabilah, baik yang nomad maupun yang menetap. Oleh karena itu, perselisihan dan pertentangan selalu terjadi. Menjelang kelahiran Islam, dunia Arab merupakan wilayah yang dilanda peperangan terus-menerus.

Agama Bangsa Arab. Bangsa Arab sebelum Islam sudah menganut agama yang mengakui Allah SWT sebagai Tuhan, suatu kepercayaan yang diwarisi dari Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS. Al-Qur’an mengakui dan menyebut ajaran agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim AS tersebut dengan sebutan hanif, yaitu keyakinan yang mengakui keesaan Allah SWT, Tuhan pencipta dan pengatur alam semesta.

Tetapi lama-kelamaan keyakinan yang dianut oleh bangsa Arab itu semakin tidak murni seperti yang diajarkan Nabi Ibrahim AS. Takhayul telah menodai kemurniaan akidah agama hanif tersebut, hingga akhirnya sampai pada penyimpangan yang menyekutukan Allah SWT. Kepercayaan yang menyimpang dari agama hanif itu terkenal dengan sebutan agama Wasaniyah (berhala), yaitu agama yang menyekutukan Allah SWT. Agama ini mengadakan penyembahan kepada ansab (batu yang belum mempunyai bentuk) dan asnam (semua jenis patung yang tidak terbuat dari batu).

Bangsa Arab Jahiliah itu masih mengakui Allah Yang Maha Agung, tetapi mereka merasakan adanya jarak yang jauh antara Tuhan dan manusia. Manusia dipandang tidak mungkin berhubungan langsung dengan-Nya. Oleh karena itu, diciptakanlah patung-patung berhala sebagai perantara. Dari masa ke masa patung berhala semakin berkembang. Masing-masing kabilah dan keluarga mempunyai berhala kesayangan yang disimpan di dalam rumah dan disembah pada waktu-waktu tertentu. Diantara sekian banyak berhala itu ada beberapa berhala yang terkenal diletakkan di sekeliling Ka’bah seperti Hubal, Manata, Lata, dan Uzza. Pada peristiwa Fath Makkah (penaklukan kota Mekah) oleh Nabi Muhammad SAW dari pusat kekuasaannya di Madinah, berhala-berhala yang ada di sekeliling Ka’bah dihancurkan oleh Rasulullah SAW dan tentara muslimin.

Tidak semua bangsa Arab Jahiliah itu menganut agama Wasaniyah. Ada juga kabilah yang menganut agama Yahudi dan Nasrani. Bangsa Arab Aribah atau Qathaniyah yang berdomisili di wilayah selatan Semenanjung Arab telah berjaya mendirikan kerajaan-kerajaan besar. Mereka membangun kota-kota dan mendirikan istana-istana megah dengan arsitektur yang sangat tinggi mutunya. Mereka juga sudah mampu mengolah pertanian dengan sistem irigasi, ahli dalam seni ukir terutama memahat patung, ahli ilmu nujum atau perbintangan, mempunyai angkatan perang yang tangguh, dan mengadakan hubungan dagang dengan kerajaan-kerajaan tetangga.

Bukti Arkeologis. Sebagian bukti material dari kebudayaan dan peradaban bangsa Arab zaman lampau itu telah ditemukan dan dapat disaksikan hingga kini, seperti puing-puing bangunan Bendungan Ma’arib yang dibangun pada masa Kerajaan Saba           di Yaman, bangunan suci Ka’bah yang dibangun kembali oleh Nabi Ibrahim AS                    di Mekah, dan patung-patung dan benda-benda peninggalan sejarah lainnya.

Bangsa Arab Jahiliah, terutama yang mendiami daerah Hedzjaz juga mempunyai aspek budaya nonmaterial. Di kalangan bangsa Arab itu terdapat para pujangga dan penyair ulung, penutur cerita prosa, ahli pidato, ahli peribahasa, tukang tenung, peramal, dan penunggang kuda yang tangkas. Tetapi karena hidup berkabilah-kabilah, diantara kabilah-kabilah itu selalu terjadi permusuhan dan peperangan yang berkepanjangan.

Bangsa Arab Jahiliah tidak terikat dengan norma-norma atau aturan moral yang ketat. Perbuatan-perbuatan seperti minum arak, berjudi, berzina, mencuri, dan merampok dipandang sebagai hal yang lumrah. Kaum wanita dipandang sangat rendah dan dianggap sebagai harta yang dapat diwariskan maupun diperjualbelikan. Bahkan ada kabilah tertentu yang membenarkan norma untuk mengubur anak perempuan hidup-hidup sebab memelihara anak perempuan sampai dewasa dipandang sebagai beban dan dapat menimbulkan aib bagi kabilahnya.

Kontributor : Dra. Mariam, M.A./Subpok Arab

Sumber: Ensiklopedi Islam

Bendungan Ma’rib adalah bangunan kuno bersejarah, yang terletak di reruntuhan Kerajaan Saba’, dengan pemimpinnya yang jelita bernama Ratu Bilqis.

Beritaku.id, Berita Islami – Allah memberikan kemakmuran yang sangat indah pada suatu Bangsa. Sejatinya, janganlah pernah membuat-Nya murka. Karena semua kenikmatan itu, dapat tergantikan dengan bencana.

Oleh: Novianti Lavlia (Penulis Berita Islami)

Bendungan Ma’rib merupakan bendungan tertua yang terletak di Wilayah Semenanjung Arab, atau tepatnya di tengah reruntuhan Kota Yaman saat ini. 

Kota tersebut tidak hanya menyimpan sisa Bendungan Ma’rib tua, tapi juga reruntuhan beberapa kuil kuno, serta peninggalan sejarah lainnya. Semua benda tersebut berasal dari masa Kerajaan Saba, yang saat ini hanya menyisakan serakan debu dan puingnya saja.

Ratu Bilqis sebagai pemimpin dari Kerajaan Saba’ yang mencetuskan bendungan megah tersebut, akhirnya menjadi pengikut Islam, beserta dengan rakyatnya.

Namun sayang, keimanan dari rakyatnya hanya sementara. Saat Sang Ratu wafat, mereka kembali kepada keyakinannya terdahulu, yaitu menyembah Dewa Matahari dan Bulan, daripada Allah SWT.

Sejarah Bendungan Ma’rib

Kerajaan pada zaman arab jahiliyah yang didirikan bendungan marib adalah
Reruntuhan Bendungan Ma’rib

Temuan para Ilmuwan Arkeologi menunjukkan, bahwa Bendungan Ma’rib beserta jaringan kanalnya telah berdiri pada sekitar 1750 SM dan 1700 SM.

Selain telah mendapat predikat sebagai bangunan tertua di dunia, bendungan ini juga sebagai salah satu mahakarya yang paling indah. Terutama, jika teramati dari teknik pembuatan bangunan pada peradaban kuno 

Namun benang merahnya pada hal ini adalah, bahwa Yaman saat itu, telah mengenal dunia Teknik Perencanaan Arsitektur bendungan. Bendungan Ma’rib berdiri oleh seorang arsitek bernama Samha’ali Yunuf bin Dzimar Ali. 

Ma’rib sendiri adalah Ibukota dari Saba, yang  terkenal akan kemakmurannya, karena letak geografisnya yang sangat strategis dan menguntungkan. Ibukota Ma’rib posisinya  sangat dekat dengan Sungai Adhanah, yang ideal untuk sebuah bendungan.

Dengan kondisi tersebut, Masyarakat Saba memanfaatkannya dengan sangat baik. Mereka berhasil membangun sebuah bendungan, yang akhirnya juga menjadi momen lahirnya peradaban besar bagi Bangsanya.

Dan setelah berdirinya bendungan tersebut, mereka dapat merasakan kemakmuran yang tanpa batas. Kota Ma’rib, merupakan salah satu kota kaya saat itu. 

Sejarah Selanjutnya…

Secara struktural, bendungan tersebut memiliki ketinggian hingga 16 meter, dengan lebar 60 meter dan panjang 620 meter. Bendungan ini juga dapat mendistribusikan air hingga sejauh luasan wilayah 9600 hektar. 

Dengan pembagian wilayahnya adalah, 5.300 hektar terletak di dataran bagian selatan bendungan, dan sisanya sebesar 4.300 hektar, terletak di bagian barat 

Uniknya, Al Qur’an pernah menyebut tentang kedua dataran itu. Tertulis dengan menyebutnya sebagai “dua dataran kebun di setiap sisi kanan dan kiri”, yang menyerupai posisi lembah, di dataran tersebut. Selain itu, Prasasti Saba juga telah menggambarkan kedua sisi tersebut, sebagai “Kota Ma’rib dan dua daratan tanah”.

Berkat Bendungan Ma’rib dan kanalnya, membuat kotanya menjadi pemilik dari sistem pengairan terbaik dan menjadi kawasan paling subur di Yaman. 

Dua orang Ilmuwan bernama J. Holevy dari Perancis dan Glaser dari Austria, memperlihatkan adanya dokumen tertulis kuno. Didalamnya tertulis dalam dialek Himer, bahwa bendungan tersebut telah menyebabkan wilayahnya menjadi sangat produktif.

Sekilas Tentang Kota Saba’ dan Bendungan Ma’rib

Kerajaan pada zaman arab jahiliyah yang didirikan bendungan marib adalah
Reruntuhan Kota Saba’

Lokasi dari Bendungan Ma’rib terletak di sebelah Barat Daya dari Kota Tua Ma’rib yang dulu adalah ibukota dari Kerajaan Saba’. Sebagai negara perdagangan yang kaya, kerajaan ini mengontrol jalur perdagangan rempah-rempah dan kemenyan ke Negara Saudi dan Abyssinia. 

Salah satu dari pemicu terciptanya Bendungan Ma’rib adalah,  untuk menangkap air hujan, yang jatuh di pegunungan. Sumber air tersebutlah yang  digunakan oleh masyarakat Saba’ untuk mengairi lahan di wilayahnya.

Selain bentuk bangunannya, sang arsitek bendungan itu juga memperhitungkan pertimbangan letak bangunannya. Bendungan yang dulunya megah tersebut berdiri di antara tiga bukit. 

Baca juga beritaku: Kisah Cinta Ratu Bilqis dan Nabi Sulaiman, 2 Kerajaan Bertaut

Oleh sebab itu, semua sumber air yang berasal dari semua dataran tinggi, hanya bermuara ke satu tempat, yaitu di bendungan. Teknik yang digunakan dalam pelaksanaan pembangunan tersebut  adalah,  menggabungkan bebatuan padat dan timah. 

Masing-masing elemen tersebut memiliki fungsi yang berbeda. Batuan akan berfungsi sebagai gerbang, sedangkan timah sebagai penahan air.

Runtuhnya Bendungan Ma’rib

Beberapa sumber sejarah menyebutkan, sebelum mengalami keruntuhan, bendungan yang pernah berjaya ini memang telah mengalami kerusakan berat. 

Salah satu sebabnya adalah peperangan yang terjadi di Kota Saba’, pada sekitar tahun145 SM, antara Masyarakat Raidan dengan Kerajaan Saba’. Karena kerusakan tersebut, akhirnya menyebabkan terjadinya banjir besar, seperti yang tersebut dalam Al Qur’an.

Namun selain sebab tersebut, ada juga pendapat yang mengatakan, bahwa Bendungan Ma’rib hancur akibat serangan tikus yang menggerogotinya.

Jika dianalisa lebih dalam lagi, semua kejadian tersebut bisa saja terjadi. Kerusakan akibat peperangan, menyebabkan banyak sisi bendungan yang terkikis, dan akhirnya menjadi semakin parah karena gigitan tikus.

Bendungan kokoh tersebut pernah mengalami proses perbaikan, selama abad 5 – 6 M. Namun sayangnya, perbaikan itu tidak berhasil. Bendungan itu pun akhirnya runtuh, pada tahun 542 M.

Hancurnya bendungan tersebut bukan hanya menyebabkan kerusakan, namun juga kerugian besar. Seluruh lahan pertanian dan perkebunan dari Kaum Saba’ yang telah tumbuh selama ratusan tahun, hancur seketika tanpa satupun tersisa. 

Resesi panjang langsung terjadi setelah kehancuran bendungan, yang akhirnya membawa nasib Kerajaan Saba’ ke akhir kejayaannya.

Yaman yang kaya dan makmur  berubah menjadi ladang gersang berdebu. Bahkan hingga sekarang pun Yaman tetap menjadi negeri termiskin di Jazira Arab. Situasi menyedihkan tersebut, memaksa masyarakatnya bermigrasi ke seluruh penjuru negeri lainnya.

Kehebatan Kaum Saba’ di Masa Lalu

Kerajaan pada zaman arab jahiliyah yang didirikan bendungan marib adalah
Patung Replika Kaum Saba’

Kaum Saba’ hidup pada sekitar 1.000-750 SM, dan menjadi legenda pada 550 M, akibat perang yang terjadi selama dua abad. Kerajaan tersebut mulai menjalankan pemerintahannya ,sekitar 600 SM. Karena begitu tuanya, tidak heran jika tidak banyak catatan sejarah yang ditemukan.

Namun yang pasti, Kerajaan Saba’ memiliki angkatan perang terbesar masa itu. Sehingga, memungkinkannya untuk terus dapat melebarkan wilayah kekuasaannya.

Asal nama dari Saba’ berasal dari nama pendirinya, yaitu Saba’ bin Yasjib bin Ya’rib bin Qahthan. Beliau juga merupakan raja pertama di kerajaan tersebut. Masyarakat Saba’ juga dikenal sebagai Kaum Tubba, yang menggunakan Bahasa Arab Selatan kuno.

Ibukota dari Kerajaan Saba’ adalah Sharwah, yang sisa peninggalannya masih dapat terlihat di sebelah Barat Laut Kota Ma’rib. Selain memiliki angkatan perang yang hebat, Kerajaan ini juga makmur, dengan hasil pertanian dan perekonomiannya yang melimpah.

Seorang komandan militer Saba’ pernah mengungkapkan, bahwa Kota Saba mendapatkan kemakmurannya, karena geografisnya yang strategis. Dan hal tersebut tidak dapat dipungkiri, karena telah tercatat juga di dalam Al’Qur’an.

Letak geografisnya yang sangat strategis, dapat terlihat dari posisinya, yang berdekatan dengan Sungai Adhanah. Pertemuan antara Sungai Adhanah dengan Jabal Balaq, adalah titik strategis dari geografisnya, yang ideal sebagai bendungan.  

Melihat keuntungan tersebut, Kerajaan Saba’ pun melihat potensi untuk membangun peradaban barunya yang mutakhir, berupa bendungan dan sistem irigasi megahnya.

Kehancuran Kerajaan Saba’

Kerajaan pada zaman arab jahiliyah yang didirikan bendungan marib adalah
Runtuhnya Kota Saba’

Kisah kejayaan maupun kehancuran Kerajaan Saba’ sempat terkenal, karena kisahnya yang berhubungan dengan Nabi Sulaiman AS. Saat itu, penguasa  dari Kerajaan Saba’ adalah seorang Ratu bernama Bilqis, yang cantik jelita. Bahkan kononnya, sebagai tercantik di dunia. 

Sebelum memeluk Islam dan menjalankan ajaran Nabi Sulaiman AS, Ratu Bilqis dan masyarakatnya menyembah Matahari dan Bintang. Namun setelah ia menjadi mualaf, para pengikutnya pun mengikuti jejaknya untuk menyembah Allah SWT.

Namun saat Ratu Bilqis wafat, Kaum Saba’ kembali menjadi murtad. Mereka beralih lagi menyembah Matahari dan Bintang. Allah SWT bahkan  telah mengutus 13 orang Rasul  untuk menyadarkan kaum yang sesat tersebut, namun tidak ada seorangpun yang mengindahkannya. 

Hal tersebut membuat Allah SWT murka, hingga mencabut seluruh kenikmatan yang telah terasa oleh bangsa tersebut selama ratusan tahun.

Azab yang turun adalah, dengan runtuhnya Bendungan Ma’rib, yang telah memberikan kekayaan dan kemakmuran bagi kaum murtad itu. Bukan hanya kehancuran pada bendungan, azab Allah SWT pun menyebabkan kemiskinan dan kekeringan yang abadi. 

Kutukan Kaum Saba’ pun belum berakhir hingga saat ini. Yaman di masa ini, tetap menjadi Negara termiskin yang selalu mengalami kekeringan di Wilayah Arab. Kota Saba’ kuno yang dahulu menjadi tempat hunian oleh Kaum Saba’, kini hanya tinggal puing dan reruntuhan di wilayah terpencil. 

Siapakah Sosok Ratu Bilqis?

Kerajaan pada zaman arab jahiliyah yang didirikan bendungan marib adalah
Ratu Bilqis Yang Jelita dan Cerdas

Ratu Bilqis bukan hanya terkenal akan kecantikannya, namun juga kecerdasan dan  kepiawaiannya dalam memimpin kerajaan. Penguasa cantik yang berbudi luhur ini, mewarisi Kerajaan Saba’ dari sang ayah.

Namun saat mendapatkan wewenangnya sebagai seorang ratu, saingannya yang bernama  Amr bin Abrahah, berusaha untuk mengkudeta kepemimpinannya. Dengan seluruh pasukannya, 

Saat itu, Ratu Bilqis belum mampu untuk dapat menahan serangan tersebut, hingga akhirnya  harus melarikan diri, sebelum tertangkap. Namun penangkapan itu tidak berlangsung lama, karena Ratu cerdas ini berhasil menyembelih kepala Amr saat sedang mabuk.

Dan sejak saat itu, Bilqis kembali menjadi ratu untuk Kerajaan Saba’, dan berhasil memperluas wilayah kekuasaannya hingga ke Makkah.

Kerajaan Ratu Bilqis

Beberapa prestasi dari Ratu Bilqis bagi kerajaannya adalah, salah satunya berupa  projek Bendungan Ma’rib. Tujuan dari dibangunnya bendungan tersebut, adalah, murni untuk kemakmuran rakyatnya.

Baca juga beritaku: Nabi Sulaiman AS Lengkap Harta Tahta dan Wanita

Selain itu, Ratu Bilqis juga membentuk suatu dewan permusyawaratan, dengan anggota sebanyak 312 orang. Setiap anggota dewan, membawahi sepuluh ribu pengikut, yang terkenal akan kesucian keluhurannya.

Peninggalan Kaum Saba’

Beberapa peninggalan sejarah Kaum Saba’ yang berhasil muncul oleh para ahli, diantaranya adalah sebagai berikut ini:

Bendungan

Salah satu peninggalan dari peradaban Kerajaan Saba’ berbentuk bendungan raksasa, bernama Bendungan Ma’rib. Reruntuhan dari bangunan tersebut, saat ini dapat ditemukan di Pegunungan Mudawwar. 

Tambang Emas dan Prasasti

Kerajaan pada zaman arab jahiliyah yang didirikan bendungan marib adalah
Peninggalan Prasasti Kaum Saba’

Beberapa Arkeolog berhasil menemukan tambang emas milik Ratu Bilqis, yang tersembunyi di perbukitan Gheralta, bagian Utara Ethiopia. Lokasi dari tambang tersebut memang belum pernah tereksplor sebelumnya.

Tambang kuno yang tersembunyi di balik batu  setinggi 20 kaki itu. Seluruh dindingnya penuh dengan ukiran bergambar matahari, bulan sabit, yang merupakan lambang dari kerajaan Saba’.

Di dalam tambang emas tersebut, juga muncul prasasti kerajaan, yang tertulis dengan bahasa aslinya. Bagian kuil yang runtuh juga muncul pada sekitar.

Kuil

Kerajaan pada zaman arab jahiliyah yang didirikan bendungan marib adalah
Pegunungan Gheralta Tambang Emas Ratu Bilqis

Tidak jauh dari lokasi tambang emas, para Arkeolog juga menemukan reruntuhan kolom dan batu, yang merupakan bagian dari sebuah kuil. Posisinya yang terkubur, kuil tersebut dipercaya dulunya merupakan tempat  untuk menyembah Dewa Bulan dan Matahari. 

Penutup

Kerajaan Saba’ yang telah dikaruniai kekayaan dan kemakmurannya selama ratusan tahun, harus berubah menjadi negeri miskin dan kering selama berabad-abad. Bendungan Ma’rib yang pernah menjadi ikon kesuksesan bangsanya, harus hancur seketika.

Semuanya terjadi atas kemurkaan Allah SWT kepada seluruh Kaum Saba’, yang merupakan masyarakat dari kerajaan tersebut. Perjuangan Sang Ratu untuk kembali ke jalan Allah SWT pun menjadi sia-sia, saat rakyatnya berpaling kembali menjadi murtad.