Kerajaan Islam yang ada di Sumatera Utara

Istana adalah sebuah bangunan besar atau mewah yang biasanya didiami oleh keluarga kerajaan, keluarga kepala negara atau petinggi lainnya. Kata istana kadang-kadang juga dipakai untuk merujuk kepada gedung besar yang merupakan pusat suatu lembaga. Nah, berikut ini kamu wajib tahu mengenai 5 buah Istana Kerajaan yang sampai saat ini masih berdiri megah di Sumatera Utara.

Istana Maimun, Medan

Kerajaan Islam yang ada di Sumatera Utara
Foto by MEDANInfo

Kuning, begitulah kesan ketika pertama sekali memasuki pagar Istana Maimun yang berada di jalan Brigadir Jenderal Katamso, kelurahan Sukaraja, kecamatan Medan Maimun, Medan, Sumatera Utara. Kubah istana bewarna hitam sedangkan yang lainnya di landasi oleh warna kuning sejauh mata memandang. Istana Maimun merupakan salah satu dari istana kerajaan Deli. Pembangunan Istana ini selesai pada 25 Agustus 1888 M, di masa kekuasaan Sultan Makmun al-Rasyid Perkasa Alamsyah. Sultan Makmun adalah putra sulung Sultan Mahmud Perkasa Alam, pendiri kota Medan. Fotonya ada di dekat singgasana. Sebelum masuk ke istana ini, ada tugu istana yang berisi tentang info istana Maimun dalam bahasa Belanda. Istana ini berasitektur kerajaan Moghul, India, Timur tengah, Belanda dan Melayu. Pengaruh ini bisa di lihat dari bentuk jendela, pintu, kubah masjid dan lampu-lampu serta peralatan lainnya.

Istana Darul Arif, Serdang Bedagai

Kerajaan Islam yang ada di Sumatera Utara
Foto by che atin

Sisa Kesultanan Serdang dan Kerajaan Bedagai hingga pantai-pantai yang memesona menjadi daya pikat di daerah pesisir Sumatra Utara ini. Dengan jarak kurang lebih 50 menit dari Bandara Internasional Kuala Namu sebagai bandara pengganti Bandara Polonia, Medan, beberapa objek wisata di kabupaten ini bisa menjadi alternatif bagi yang letaknya tak jauh dari bandara sebut saja Istana Darul Arif ini yang berdiri Pada tanggal 29 Juli 1889, didirikan oleh Sultan Sulaiman Shariful Alamshah yang merupakan raja kelima dari silsilah kesultanan Serdang d alam kraton kota Galuh.

Istana Darul Arif Serdang, jauh dari kemewahan. Bahan utama untuk membangun istana ini adalah kayu dan batu bata. Lahan Istana Darul Arif Serdang cukup luas. Istana ini berbentuk seperti rumah panggung. Ada tiga lantai, lantai paling atas digunakan sebagai menara pengintai. Atap istana ini berbentuk segitiga, untuk atap menara dibuat segitiga berundak-undak. Di halaman istana terdapat gapura sebagai pintu masuk.

 Istana Indra Sakti, Tanjung Balai

Kerajaan Islam yang ada di Sumatera Utara
Foto by springocean831

Tanjungbalai  merupakan bagian dari Kabupaten Asahan yang berjarak ± 180 km dari Kota Medan, ibukota Provinsi Sumatera Utara. Sampai tahun 1946, Asahan merupakan salah satu Kesultanan Melayu yang struktur kerajaannya tidak jauh berbeda dari struktur negeri-negeri Melayu di Semenanjung Malaka pada masa itu.  Sejarah pemerintahan kerajaan ini dimulai dengan penabalan Sultan Abdul Jalil sebagai raja pertama Kerajaan Asahan di Kampung Tanjung pada tahun 1630. Dalam catatan sejarah, Kerajaan Asahan pernah diperintah oleh sebelas orang raja, sejak raja pertama Sultan Abdul Jalil pada tahun 1630 sampai dengan Sultan Syaiboen Abdul Jalil Rahmadsyah tahun 1933, yang kemudian mangkat pada tanggal 17 April 1980 di Medan dan dimakamkan di kompleks Mesjid Raya Tanjungbalai.

Dulunya Istana Indra Sakti ini terletak dekat dengan lapangan pasir tempat pusat kota Asahan, dan sekarang bangunan ini di pindahkan ke ujung Tanjung balai bekas dari bangunan ini sekarang sudah di bangun tempat-tempat perbelanjaan dan toko-toko swasta. Sekarang bangunan bersejarah ini sudah sangat jarang  dikunjungi dan digunakan mayarakat Tanjungbalai. Hanya beberapa  acara-acara tertentu sajalah bangunan ini di pakai itupun yang memakainya hanya dari keturunan-keturunan Sultan saja yang sering menggunakan bangunan ini untuk acara-acara kekeluargaan mereka.

 Istana Niat, Batubara

Kerajaan Islam yang ada di Sumatera Utara
Foto by kebudayaan.kemdikbud.go.id

Istana Kerajaan Lima Laras ini terletak di Desa Laras, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara. Istana ini dibangun oleh Datuk Muhammad Yuda, Raja ke-11 dari Kerajaan Lima Laras pada tahun 1907 dan selesai 1912. Artinya usia istana ini telah lebih dari 1 abad. Kekuasaan kerajaan ini berakhir sekitar tahun 1923 di masa pemerintahan raja ke-12 yakni Datuk Muda Abdul Roni.

Pembangunan istana dengan empat anjungan dan menghadap ke selatan ini mengadopsi arsitektur campuran Eropa, Cina, Melayu. Unsur Melayu pada bangunan ini sangat dominan pada bentuk hiasan di atap dan jalusi pintu serta jendela. Lantai pertama istana ini digunakan sebagai tempat bermusyawarah, sedangkan lantai kedua digunakan sebagai tempat tinggal. Tepat di depan Istana Lima Laras terdapat dua buah meriam. Namun uniknya, meriam ini bukan digunakan untuk menembak musuh, melainkan untuk mengumpulkan rakyat apabila ada pengumuman dari raja.

Istana Tunggang Bosar, Tapanuli Selatan

Kerajaan Islam yang ada di Sumatera Utara
Foto by myrepro

Istana Tunggang Bosar yang merupakan simbol utama Kesultanan Dhasa Nawalu berdiri megah di Desa Janji Maulu Muara Tais, Kec. Batang Angkola, Kab. Tapanuli Selatan. Kesultanan Dhasa Nawalu yang mengandung arti delapan arah mata angin.   Pembangunan istana yang didanai secara pribadi oleh keturunan raja luat ini adalah untuk menghidupkan kembali nilai-nilai luhur adat budaya Dalihan Natolu masyarakat suku Batak Angkola yang selama ini telah mati suri. Bukan itu saja, pembangunan adat ini juga disandingkannya dengan agama. Kini istana Tunggang Bosar Janji Mauli telah memiliki sebuah pondok pesantren modern yang dinaungi Yayasan bagas Godang dan telah menjadi patron pendidikan agama bagi masyarakat Sumatera dan khususnya Pantai Barat Sumatera Utara. Istana ini telah diresmikan Wakil Bupati Tapsel, Aldinz Rapolo Siregar dan prasastinya ditandatangani Sultan Hameng Kubuwono X diwakili adiknya Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Hadi Winoto.

Nah itu semua merupakan 5 Istana Kerajaan yang sampai detik ini masih berdiri kokoh loh sobat.

Hits: 14799

Pulau Sumatra adalah gerbang Islam menuju Nusantara. Sejarah Islam di kepulauan ini bisa dilacak dari berbagai literatur. Sebagian sumber menyebut Islam datang di kawasan ini sejak abad ke-13 M.

Bukti keberadaan makam Sultan Malik as-Shalih di Aceh Utara menyebutkan tahun wafatnya, yaitu Ramadhan 696 H/1297 M. Namun, teori lainnya berpandangan Islam hadir di wilayah Sumatra sejak abad ke-7 M.

Seiring perkembangan waktu, Islamisasi menghasilkan peradaban yang kuat. Berkembanglah kerajaan-kerajaan Islam di Sumatra. Berita awal abad ke-16 M dari Tome Pires dalam Suma Oriental mengatakan, di Sumatra, terutama di sepanjang pesisir Selat Malaka dan pesisir barat Sumatra, telah banyak kerajaan Islam, baik yang besar maupun kecil.

Berikut tiga kerajaan Islam di pulau Sumatra yang dikutip dari Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto dalam Sejarah Nasional III:

Kerajaan Samudra Pasai

Letak Kerajaan Samudra Pasai lebih kurang 15 km di sebelah timur Lhokseumawe, Nanggroe Aceh, diperkirakan tumbuh antara tahun 1270-1275 M atau pertengahan abad ke 13 M. Sultan pertamanya yaitu Sultan Malik as-Shalih (w 1297 M).

Kerajaan Samudra Pasai mempunyai peran penting dalam penyebaran Islam di Asia Tenggara dan perekonomian serta peradagangan. Malaka menjadi kerajaan bercorak Islam. Sejak Portugis menguasai Malaka pada 1511 M dan meluaskan kekuasannnya, Samudra Pasai mulai dikuasai pada 1521 M.

Kerajaan Islam di Jambi

Berdasarkan temuan-temuan arkeologis, kehadiran Islam di Jambi sejak abad kesembilan. Islamisasi besar-besaran terjadi bersamaan dengan tumbuh dan berkembanganya kerajaan Islam di Jambi sekitar 1500 M di bawah pemerintahan Orang Kayo Hitam anak Datuk Paduka Berhala.

Konon, menurut Undang-Undang Jambi, Datuk Paduka Berhala adalah seorang dari Turki yang terdampar di pulau Berhala yang kemudian namanya disebut juga Ahmad Salim. Ia menikah dengan Putri Salaro Pinang Masak yang sudah Muslim, turunan raja-raja Pagaruyung yang kemudian melahirkan Orang Kayo Hitam, Sultan Kerajaan Jambi yang terkenal.

Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya awalnya bercorak Buddha. Sejak kerajaan ini mengalami kelemahan, bahkan runtuh pada abad ke-14 M, mulailah proses Islamisasi sehingga pada akhir abad ke-15 M muncul komunitas Muslim di Palembang.

Palembang, sekitar awal abad ke-16 M, sudah ada di bawah pengaruh kekuasaan Kerajaan Demak masa pemerintahan Pate Rodim. Kedudukan Palembang sebagai pusat penguasa Muslim sudah sejak 1550 M. Sultan pertama Kesultanan Palembang adalah Susuhunan Sultan Abdurrahman Khalifat al-Mukminin Sayidil Iman. Palembang berturut-turut diperintah oleh 11 sultan sejak 1706 dan sultan terakhir Raden Abdul Azim Purbolinggo.

Pada masa pemerintahan Sultan Ahmad Najamuddin (1758-1774), syiar Islam semakin pesat. Karya sastra keagamaan dari tokoh-tokoh bermunculan, antara lain, Abdul al-Sammad al-Palembani, Kemas Fachr Al-Din, Kemas Muhammad bin Ahmad, Muhammad Muhyiddin bin Syekh Syihabuddin, dan Muhammad Makruf bin Abdullah.

Sumber : republika.co.id