Jika melakukan kesalahan anak yang bertanggung jawab berani meminta

Saat balita Anda sudah beranjak lebih besar, ia tentunya perlu bersosialisasi. Ia pun akan berkomunikasi dengan orang lain. Dan mungkin tanpa disengaja, Si Kecil melakukan kesalahan yang membuat temannya menangis atau marah. Nah, Moms sebagai orang tua pun akan mengajaknya untuk meminta maaf atas perbuatannya.

Ya, salah satu hal yang penting namun paling sulit diajarkan pada Si Kecil adalah meminta maaf. Meminta maaf untuk suatu kesalahan memang tidak mudah, bahkan untuk orang dewasa sekalipun. Dan, yang sulit bagi Si Kecil adalah mengerti makna dari permintaan maaf tersebut.

Akan tetapi, mengucapkan kata "Maaf" menjadi salah satu hal yang penting untuk diajarkan pada Si Kecil sejak dini. Meski terasa sulit, meminta maaf merupakan bentuk pertanggungjawaban anak pada kesalahan yang ia perbuat. Hal ini sebagai langkah untuk mendisiplinkan sekaligus melatih kemampuan sosial-emosial dalam diri anak.

Sejumlah buku psikologi mengatakan bahwa sampai usia 7 tahun, anak-anak akan susah mengerti sudut pandang pihak lain karena sampai pada usia itu mereka masih terlalu egois. Namun dalam beberapa teori lainnya disebutkan bahwa anak usia 4 tahun pun sudah mulai mengembangkan kemampuan empati dan membedakan yang salah dengan yang benar.

Perlunya Balita Belajar Minta Maaf

Dari berbagai teori tersebut, Si Kecil memang harus dan perlu belajar untuk berani mengucapkan kata maaf. Tak hanya belajar untuk bertanggung jawab, tetapi anak juga belajar memahami kesalahan dan mengakuinya secara sadar. Ia pun jadi tahu bahwa orang lain termasuk temannya bisa merasa tersakiti karena perilakunya dan kata maaf bisa memperbaiki perasaan tersebut.

Kadang Moms bisa melihat dari raut wajah Si Kecil saat ia merasa bersalah: wajah memerah, bibir gemetar, dan gelisah. Akan lebih baik untuk memilih cara yang cerdas secara emosional, yaitu dengan memberi penjelasan tentang apa yang salah dari perbuatannya.

Jelaskan juga bagaimana perbuatannya itu bisa menyakiti tubuh atau perasaan orang lain. Beri tahu ia bahwa sebenarnya ada cara lain untuk mendapatkan yang ia inginkan tanpa menyakiti. Beri ia juga pemahaman bahwa dalam keluarga, ketika seseorang menyakiti orang lain, ia harus meminta maaf.

Meski begitu, jangan paksakan anak untuk meminta maaf sebelum ia memahami batasan tentang perilaku yang benar dan salah. Anda sebagai orang tua perlu menjelaskan dahulu mengenai konsep dasar dari kata maaf dengan memberikan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, memastikan anak untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama setelah meminta maaf menjadi bagian yang lebih sulit. Moms perlu kesabaran ekstra serta kemauan untuk mengajarkan kebiasaan ini berulang kali sebagai pengingat untuk Si Kecil.

Berbeda dengan Menyerah

Moms juga perlu menanamkan bahwa berani meminta maaf berbeda dengan menyerah. Maaf diucapkan ketika kita melakukan suatu kesalahan dan mengakuinya sepenuh hati. Sedangkannya menyerah artinya sikap tunduk kepada orang lain, walau tanpa melakukan kesalahan.

Tanamkan makna meminta maaf sebagai suatu nilai kebaikan yang dilakukan dengan alasan yang tepat. Ucapkan maaf saat anak sudah menyadari kesalahan kepada orang yang merasa tersakiti. Lalu, bantu Si Kecil untuk memperbaiki situasi dan belajar untuk tidak mengulanginya lagi. (Vonia Lucky/SW/Dok. Freepik)

Apakah Bunda dan Ayah masih gengsi untuk meminta maaf kepada anak ketika berbuat salah? Padahal, meminta maaf kepada anak saat berbuat salah bisa memberikan contoh yang baik untuk membentuk karakter anak, lho. Namun, jangan hanya asal meminta maaf, ya. Yuk, simak caranya di sini.

Masih banyak orang tua yang merasa tidak nyaman, segan, atau malu untuk mengakui kesalahan yang dilakukan kepada buah hati mereka, sehingga enggan untuk meminta maaf. Mereka menganggap bahwa sikap ini merupakan tanda kelemahan yang dapat mengurangi rasa hormat anak kepada orang tua.

Jika melakukan kesalahan anak yang bertanggung jawab berani meminta

Selain itu, tidak sedikit juga orang tua yang masih berpikir bahwa mengakui kesalahan dan minta maaf kepada anak dapat membuat mereka kehilangan kendali atas diri anak, dan khawatir anak akan bersikap seenaknya.

Cara Meminta Maaf kepada Anak

Sebenarnya meminta maaf ketika berbuat salah merupakan sikap wajib yang harus dilakukan oleh siapa pun, tidak terkecuali oleh orang tua kepada anaknya.

Alih-alih mengurangi rasa hormat, sikap ini justru mengajarkan anak untuk berani meminta maaf jika berbuat salah, mengakui kesalahan, dan mengerti tentang pentingnya kejujuran.

Selain itu, memberi contoh untuk selalu meminta maaf saat berbuat kesalahan juga dapat mempererat hubungan, menanamkan sikap saling menghargai, dan menumbuhkan rasa tanggung jawab, serta empati pada diri anak.

Melihat banyaknya manfaat dari meminta maaf, Bunda dan Ayah tidak perlu malu untuk melakukannya, ya. Ada berbagai cara tepat untuk meminta maaf kepada Si Kecil yang bisa Bunda dan Ayah terapkan, yaitu:

1. Minta maaf dengan tulus

Ketika meminta maaf, bicaralah dengan ketulusan hati dan nada yang lembut. Sembari mengucapkan kata maaf, tataplah mata Si Kecil, dan usap pula kepalanya. Hal ini menunjukkan bahwa Bunda dan Ayah bersungguh-sungguh untuk meminta maaf kepadanya.

Hindari kalimat seperti, “Bunda minta maaf karena membentak kamu. Tetapi ini tidak akan terjadi kalau kamu merapikan mainanmu sendiri.” Kalimat seperti ini bukanlah permintaan maaf yang tulus. Akuilah kesalahan kalian berdua tanpa harus mengungkit-ungkit perbuatan Si Kecil yang mungkin menjadi pemicunya.

2. Jelaskan mengapa kesalahan itu terjadi

Jelaskan alasan mengapa Bunda dan Ayah melakukan kesalahan tersebut. Pastikan penjelasannya dapat dimengerti oleh Si Kecil, ya. Sebagai contoh, ucapkan, “Bunda minta maaf, ya, Nak, karena tidak sengaja membuang kertas gambarmu saat membersihkan kamar.”Atau “maaf ya nak, tadi Bunda tidak sabar dan berteriak saat menegurmu.”

3. Minta maaf jika melakukan kesalahan sekecil apa pun

Walaupun hanya kesalahan kecil, Bunda dan Ayah jangan sungkan dan ragu untuk meminta maaf kepada Si Kecil. Hal ini juga akan membiasakan ia untuk bersikap demikian ketika melakukan kesalahan kepada orang lain, misalnya teman atau saudaranya.

Selain dapat menjadi cara yang baik untuk mendidik anak, memberi contoh seperti itu juga bisa membuat anak menjadi lebih sopan.

4. Pahami perasaan anak dan tawarkan konsekuensi

Ketika Bunda dan Ayah melakukan kesalahan, Si Kecil bisa saja merasa kecewa atau marah. Nah, di saat ini sangat penting untuk memahami perasaannya dengan baik. Jangan sampai karena Si Kecil ngambek, Bunda dan Ayah justru memarahinya.

Cobalah untuk menawarkan konsekuensi dari kesalahan yang Bunda dan Ayah lakukan. Akan tetapi, tawarkan konsekuensi yang baik, ya. Misalnya, dengan mengatakan, “Ayah tahu kalau kamu menunggu Ayah pulang cepat. Maaf, ya, Ayah tidak menepati janji dan mengecewakanmu. Sekarang, bagaimana kalau kita menonton film bersama?”

Setelah mengakui kesalahan dan meminta maaf kepada Si Kecil, sebisa mungkin Bunda dan Ayah tidak mengulanginya lagi, ya. Ingatlah bahwa anak merupakan peniru yang ulung. Oleh karena itu, berikanlah contoh yang baik agar Si Kecil juga bisa bersikap demikian.

Buang jauh-jauh rasa malu untuk meminta maaf kepada anak ketika Bunda dan Ayah melakukan kesalahan. Selain itu, lakukan juga kebiasaan baik dan hindari berbagai kebiasaan buruk yang mungkin dapat ditiru oleh Si Kecil, misalnya mudah marah, suka mengkritik, atau sering mengeluh.

Jika Bunda dan Ayah masih merasa kesulitan untuk mengucapkan kata maaf atau merasa Si Kecil sulit untuk menerima pernyataan maaf yang sudah Bunda dan Ayah utarakan, tidak ada salahnya untuk berkonsultasi dengan psikolog yang memang khusus menangani masalah perkembangan psikologi anak.

Selain itu, menurut Kate Roberts, beberapa hal lain yang juga diajarkan pada anak saat orangtua minta maaf pada anak saat berbuat kesalahan adalah:

  1. Penerimaan diri termasuk ketika diri berbuat salah.

Saat ini, banyak orang yang ketika melakukan kesalahan justru sibuk mencari kambing hitam di luar dirinya dan tidak justru menerima dirinya termasuk dengan kelemahan yang dimiliki. Saat orangtua minta maaf pada anak mereka mengajarkan bahwa mereka bisa saja menjadi orang yang lemah namun sekaligus tetap memiliki kelebihan, dan hal itu bukanlah masalah.

  1. Melakukan kesalahan tidak sama dengan menjadi lemah

Saat orangtua minta maaf, anak akan belajar bahwa minta maaf dan menerima kesalahan bukanlah suatu bentuk kelemahan namun justru merupakan indikator kekuatan dan keberanian.

  1. Menutupi atau berbohong dalam rangka menghindari tanggung jawab karena berbuat salah merupakan kesalahan yang lebih besar

Banyak anak mencoba berbohong atau menutupi kesalahan karena mereka berpikir hal itu akan membuat mereka lebih baik. Minta maaf mengajarkan anak bahwa hidup dalam kebohongan akan lebih buruk daripada mengakui kesalahan yang dilakukan

  1. Orang dewasa bukanlah orang yang sangat berkuasa dan “tak tersentuh” konsekuensi

Jika anak melihat orangtuanya minta maaf, maka dia akan mempersiapkan kehidupan mereka selanjutnya dengan lebih baik. Mereka akan mengetahui bahwa tumbuh menjadi dewasa tetap mungkin untuk berbuat kesalahan namun orang dewasa tetap harus  menunjukkan tanggung jawabnya

  1. Berbuat kesalahan bukanlah hal yang tak terhindarkan

Beberapa hal saat dipelajari sangat mungkin akan memunculkan kesalahan. Hal ini umum terjadi pada masa kanak-kanak. Yang penting adalah bagaimana kemudian, anak belajar minta maaf saat melakukan kesalahan

  1. Berani ambil resiko berarti siap melakukan kesalahan lebih banyak

Munculnya penerimaan diri saat minta maaf dan melakukan tanggung jawab akibat kesalahan yang dilakukan merupakan fasilitas yang baik pada anak untuk “menantang” dirinya sendiri sehingga bisa tumbuh secara lebih optimal di kemudian hari

  1. Menghindarkan kebingungan dan inkonsistensi pada anak

Anak sering mengenali kesalahan yang dilakukan orang tua namun tidak bisa mengekspresikannya dengan kata-kata. Jika orangtua melarang anak berbuat suatu kesalahan namun ketika orangtua berbuat kesalahan yang sama dia tidak segera membahasnya dan minta maaf, anak akan mengalami kebingungan dan inkonsistensi. Ini dapat berdampak buruk pada perilaku anak di masa depan

Saat orang tua berbuat kesalahan dan merasa cukup nyaman untuk minta maaf dan menanggung konsekuensinya, anak akan mendapat model harga diri yang positif. Ini akan membentuk harga diri anak menjadi positif pula di masa depan

Daftar Pustaka

Family Education. (tanpa tahun). The Importance of Saying "I'm Sorry". Dalam http://life.familyeducation.com/marriage-counseling/relationships/45594.html. Diunduh 12 Desember 2013

Roberts, Kate.(2013). When Parents Say “I’m Sorry,” They Are Saying So Much More. Dalam http://www.psychologytoday.com/ blog/savvy-parenting/201312/when-parents-say-i-m-sorry-they-are-saying-so-much-more. Diunduh 12 Desember 2013

Yohanes Heri Widodo, M.Psi, Psikolog

Dosen Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Pemilik Taman Bermain dan Belajar Kerang Mutiara, Yogyakarta