Dapat menjelaskan maksud dan tujuan kelahiran menjadi manusia menurut agama Hindu

Kelahiran sebagai manusia adalah anugerah yang paling berharga yang diberikan oleh Tuhan. Para rsi dan pertapa, para pemikir dan orang biasa telah menjelaskan berulang kali. Menyia-nyiakan kelahiran menjadi Manusia adalah sebuah kesalahan besar.

Hindu percaya bahwa seseorang bida mendapatkan wujud sebagai manusia harus melewati 8.400.000 kelahiran. Ada 3.000.000 kelahiran dalam hidup binatang, 2.700.000 kelahiran dalam kehidupan serangga, 1.400.000 kelahiran sebagai burung, 900.000 kelahiran sebagai ikan dan 400.000 kelahiran sebagai binatang lain. Susastra menjelaskan betapa sulitnya untuk bisa dianugerahi dengan wujud sebagai manusia.

Dapat menjelaskan maksud dan tujuan kelahiran menjadi manusia menurut agama Hindu
Manusia dapat belajar dari bunga teratai, hidup dilumpur namun dapat mempersembahkan bunga yang indah

Dalam Canakya Nitisastra 14.3 dijelaskan :

"Bila kehilangan kekayaan itu bisa didapatkan kembali. Teman yang marah atau menjauh bisa kembali kepadamu. Teman baru bisa didapatkan. Bila istri pergi atau meninggal, seseorang bisa menggantikannya.  Tanah, rumah, harta benda bisa didapatkan lagi dan lagi. Namun seseorang tidak bisa mendapatkan wujud sebagai manusia lagi.

Sri Rama menjelaskan arti penting menjadi manusia, Beliau berkata :

"Merupakan keberuntungan yang sangat besar untuk mendapatkan wujud sebagai manusia. Semua kitab suci menegaskan bahwa wujud sebagai manusia sangat sukar untuk didapatkan bahkan oleh para Dewa sekalipun".

"Wujud manusia merupakan sebuah batu pijakan menuju Neraka, Surga atau Moksa (Pembebasan). Melalui tubuh ini seseorang bisa mendapatkan pengetahuan, ketidakterikatan dan bhakti".

"Tubuh manusia adalah sebuah kapal dalam lautan luas. Anugerah-Ku seperti angin sepoi-sepoi yang mendorong kapal itu"

"Tubuh manusia adalah sarana untuk membawa seseorang menuju gerbang pembebasan. Bila seseorang tidak bida menggunakan kesempatan untuk mencapai diri yang lebih tinggi, itu hanya bisa dianggap sebagai kemalangan"

Wujud sebagai manusia adalah sebagai wujud yang paling tinggi karena hanya dalam wujud ini seseorang bisa menemukan kebahagiaan dan pembebasan dari kelahiran selanjutnya. Ini bisa dicapai melalui bhakti kepada Tuhan dan melakukan perbuatan baik.

Dapat menjelaskan maksud dan tujuan kelahiran menjadi manusia menurut agama Hindu

Para sahabatku dalam dharma, begitulah pentingnya kita dilahirkan menjadi manusia. Kita diberikan kelebihan yaitu mampu berpikir dan memilah milih baik buruk. Sangat berbeda dengan Binatang dan tumbuhan.  Bagaimana cara kita yang beragama? Dalam Mahabharata, Anushasana Parwa, ada sebuah cerita berkaitan dengan keyakinan.

"Digunung Himalaya, Saat Dewa Shiva sedang bermeditasi Dewi Parwati mendekati-Nya dan bertanya: "Tuanku, apakah bentuk keyakinan yang baik? Bagaimana cara mempraktekkannya?"

Dewa Shiva menjawab," Dewi, tidak membunuh mahluk hidup, jujur, memiliki kasih sayang kepada semua mahluk, memiliki kendali atas pikiran dan indria, memberikan dana punia/derma sesuai kemampuan, semua merupakan praktek bagi seseorang dalam beragama. Setia kepada istri dan keluarga, menjauh dari wanita yang bukan istri, menjaga yang dipercayakan kepadanya dan melindungi wanita, tidak mencuri, menghindari daging dan minuman keras. Itu semua adalah lima rahasia keyakinan. Seseorang akan mendapatkan kebahagiaan melalui itu semua. Mereka yang memiliki keyakinan harus mempraktekkannya".

Para sahabat terkasih, demikian sedikit ulasan pentingnya kita memanfaatkan hidup dan selalu mengisi kehidupan ini dengan kegiatan yang positif dan berdasarkan Dharma. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Swaha.


Agama Hindu memberikan tempat yang utama terhadap ajaran tentang dasar dan tujuan hidup manusia. Dalam ajaran Agama Hindu ada suatu sloka yang berbunyi: “Moksartham Jagadhita ya ca iti dharmah“, yang berarti bahwa tujuan beragama adalah untuk mencapai kesejahteraan jasmani dan ketentraman batin (kedamaian abadi). Ajaran tersebut dijabarkan dalam konsep Catur Purusa artha atau catur warga adalah empat dasar dan tujuan hidup manusia.

Dhrama 

Tujuan manusia menurut agama Hindu disebut Catur Purusartha (empat tujuan akhir). Tujuan hidup yang pertama adalah dharma. Sebagaimana telah dijelaskan didepan, dharma berarti agama atau kewajiban. Pertama-tama manusia haruslah menjadi manusia beragama. Beragama berarti hidup bermoral. Hidup bermoral merupakan landasan bagi tujuan tujuan hidup berikutnya.

Artha

Tujuan hidup kedua adalah Artha. Artha artinya materi atau secara sempit disebut uang, secara luas artha diartikan sebagai keberhasilan atau kesuksesan. Untuk hidupnya manusia memerlukan materi. Tanpa materi bagaimana kita menyelenggarakan kehidupan rumah tangga, pendidikan dan kewajiban- kewajiban agama?

Tapi materi atau kesuksesan itu harus dicapai berdasarkan landasan agama dan dipergunakan sesuai dengan moral agama.

Kama

Tujuan hidup yang ketiga adalah Kama. Kama dalam arti sempit dimaksudkan kesenangan karena aktivitas seksual. Aktivitas seksual pertama-tama berfungsi sebagai prokreasi (regenerasi dan penerusan keturunan). Kedua aktivitas seksual berfungsi rekreasi (re=kembali, kreasi=menciptakan), peneguhan (kembali) hubungan cinta kasih antara suami dan isteri. Sekali lagi, kama harus dilandasi oleh dharma. Hubungan seksual itu harus dilakukan dalam kerangka perkawinan yang sah. Dalam arti luas kama juga mencakup kesenangan-kesenangan yang lain, misalnya yang ditimbulkan oleh keindahan dan seni.

Sebagaimana dikatakan dalam bahasan sebelumnya (Atman : Jiwa yang Kekal), manusia terdiri dari dua aspek yang saling melingkupi, yaitu badan dan jiwa. Masing-masing aspek ini, memiliki kebutuhan-kebutuhan tertentu. Artha dan kama (lebih) merupakan tujuan dari raga dan badan kita. Sedangkan dharma dan moksha merupakan tujuan dari jiwa kita.

Moksha

Adalah tujuan hidup yang ke empat dalam catur purusa artha. Jadi kebutuhan raga dan jiwa kita harus dipenuhi secara seimbang. Agama Hindu sama sekali tidak mengajarkan pemeluknya untuk mengabaikan dunia. Tapi agama Hindu juga tidak mengajarkan kita hanya memikirkan dunia. Tujuan kita yang tertinggi yaitu moksha dicapai melalui perjalanan kita dalam kehidupan didunia ini. Jadi dapat dikatakan ketiga tujuan di atas, yaitu dharma, artha dan kama, merupakan tangga bagi tujuan hidup yang terakhir yaitu moksha. Bagaimana kita memperoleh ketiga tujuan ini, bagaimana kita mempergunakan artha dan kama akan menentukan apakah kita akan mencapai tujuan tertinggi itu atau tidak.

Surga adalah Persinggahan Sementara.

Dalam agama Hindu surga merupakan persinggahan sementara. Menurut Swami Dayananda Saraswati, surga adalah pengalaman liburan. Seperti seorang pergi ke Hawai atau ke Bali untuk bersenang-senang sebentar membelanjakan uangnya dan kemudian kembali ke rumahnya.

Bagavad Gita mengatakan :
“Setelah menikmati surga yang luas, mereka kembali kedunia ini sesuai ajaran kitab suci. Demi kenikmatan mereka datang dan pergi”.

Surga adalah kesenangan sementara (pleasure). Sedangkan kebahagiaan yang sejati (Joy atau happiness) adalah Moksha.

Dapat menjelaskan maksud dan tujuan kelahiran menjadi manusia menurut agama Hindu
Ilustrasi langit. ©2015 Merdeka.com/shutterstock/Iakov Kalinin

SUMUT | 19 Mei 2020 10:00 Reporter : Ani Mardatila

Merdeka.com - Karena kita sebagai manusia mengembangkan kemampuan untuk berpikir secara rasional dan menganalisis lingkungan kita, kita ingin tahu mengapa segala sesuatu terjadi sebagaimana adanya.

Terkadang ketika kita mengajukan pertanyaan, dan kita perlu jawaban segera. Di lain waktu, respons yang paling tepat adalah mempertimbangkan mengapa kita mengajukan pertanyaan sejak awal. Ini sangat relevan untuk pertanyaan-pertanyaan yang luas dan seringkali subyektif yang tidak memiliki jawaban yang jelas.

Orang-orang bertanya-tanya tentang tujuan hidup karena sejumlah alasan yang berbeda. Mungkin mereka hanya ingin tahu, atau baru-baru ini mereka mengalami tragedi keluarga, mungkin mereka mempertanyakan keyakinan mereka, atau mereka sedang mengalami depresi dan sedang mencari arti baru.

2 dari 8 halaman

Tujuan dapat memandu keputusan hidup, memengaruhi perilaku, membentuk tujuan, menawarkan arah, dan menciptakan makna. Bagi sebagian orang, tujuan terhubung dengan panggilan, pekerjaan yang bermakna dan memuaskan.

Bagi orang lain, tujuan mereka terletak pada tanggung jawab mereka kepada keluarga atau teman mereka. Yang lain mencari makna melalui spiritualitas atau kepercayaan agama. Beberapa orang mungkin menemukan tujuannya diungkapkan dengan jelas dalam semua aspek kehidupan ini.

Tujuan akan menjadi unik untuk semua orang; apa yang Anda identifikasi sebagai jalur Anda mungkin berbeda dari yang lain. Terlebih lagi , tujuan Anda benar-benar dapat berubah dan berubah sepanjang hidup sebagai tanggapan terhadap prioritas dan fluktuasi pengalaman Anda sendiri.

Pertanyaan yang mungkin muncul ketika Anda merenungkan tujuan hidup manusia adalah:

• Siapa saya?• Di mana saya berada?

• Kapan saya merasa puas ?

3 dari 8 halaman

Untuk menemukan tujuan hidup manusia, Anda perlu melakukan penggalian. Karena ada begitu banyak jawaban untuk pertanyaan ini, penting bagi Anda untuk menemukan jawaban yang sesuai dengan Anda.

Hal itu harus memberi Anda cukup perasaan bahwa itu memuaskan kebutuhan Anda untuk mengajukan pertanyaan itu dan menjawabnya. Ketika memulainya, ini diawali dengan mengetahui mengapa Anda ingin mengetahui tujuan hidup sejak awal.

Sebagai gambaran, beberapa agama menetapkan tujuan hidup manusia secara umum telah dalam kitab dan ketentuan mereka, yang mana bisa menjadi inspirasi Anda untuk menemukan tujuan hidup Anda secara personal:

4 dari 8 halaman

Islam adalah respons terhadap pencarian manusia akan makna. Tujuan penciptaan bagi semua pria dan wanita selama ini adalah: Mengenal dan menyembah Tuhan.

Alquran mengajarkan kepada kita bahwa setiap manusia dilahirkan sadar akan Allah:

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):

"Bukankah Aku ini Tuhanmu?"

Mereka menjawab:

"Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)"

Atau agar kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?" (Alquran, 7: 172-173)

5 dari 8 halaman

Agama Kristen mengajarkan bahwa alam semesta diciptakan melalui cinta oleh kekuatan yang cerdas, yaitu Sang Pencipta. Penciptaan itu bertujuan, tidak sewenang-wenang, dan karena itu alam semesta tidak netral secara moral, tetapi secara fundamental baik. 

Dalam penciptaan yang bertujuan ini, segala sesuatu dan setiap orang pada hakikatnya berharga. Rancangan atau tujuan Allah untuk ciptaan mencerminkan niat Allah agar semua makhluk menikmati cinta dan keadilan yang sempurna. 

Tuhan bekerja dalam sejarah manusia untuk memenuhi tujuan itu. Allah menciptakan manusia dalam gambar ilahi, memungkinkan manusia untuk memiliki pemahaman tentang Allah dan rancangan Allah yang luas dan kompleks. 

Tujuan hidup adalah untuk mencintai dan melayani Tuhan untuk membantu mewujudkan rencana mulia Allah untuk penciptaan.

Salomo, salah satu orang yang paling bijaksana yang pernah hidup, menyimpulkan hanya kesia-siaan jika hidup hanya dijalani berfokus pada dunia ini saja. Ia menuliskan kata penutup ini dalam kitab Pengkhotbah:

"Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang. Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat" (Pengkhotbah 12:13-14).

6 dari 8 halaman

Sejak awal zaman, manusia bertanya-tanya apakah ada lebih banyak dalam hidup daripada sekadar bertahan hidup, apakah ada tujuan yang lebih tinggi untuk hidup atau jika hidup hanyalah kecelakaan alam.

Menurut teori timur, tujuan akhir kehidupan adalah untuk mencapai kesempurnaan dan akhirnya bergabung dengan Yang Esa (kadang-kadang disebut Tuhan) setelah ziarah yang menyakitkan di dunia Buddha yang terwujud.

Semua makhluk hidup sudah sempurna, tetapi mereka tidak tahu itu, kata biksu Budha.

Ada bagian dari sistem setiap makhluk yang murni, bijak, maha tahu dan sempurna, tetapi untuk sadar akan dirinya sendiri, bagian ini (atau monad), perlu dilemparkan ke dunia terwujud dan berinkarnasi berkali-kali pertama sebagai mineral , kemudian sebagai tanaman, binatang dan manusia, dalam proses yang berlangsung miliaran dan miliaran tahun.

Pada setiap siklus ini, monad memperoleh fakultas baru, seperti insting, sensasi, emosi, kecerdasan, dll. Pada akhir perjalanan evolusi melalui banyak kelahiran kembali, seseorang akan menjadi sepenuhnya sadar akan kesempurnaannya sendiri dan akan menjadi siap untuk bergabung dengan Yang Esa, atau Kesatuan - kesempurnaan murni. 

Jadi, bagi umat Buddha, tujuan hidup manusia adalah menjadi sempurna melalui banyak inkarnasi.

7 dari 8 halaman

Dalam lapisan Hinduisme yang paling awal, tujuan hidup manusia cukup mudah: manusia harus melakukan pengorbanan yang layak kepada para dewa. Veda menekankan bahwa kehidupan rumah tangga adalah model yang paling teladan bagi manusia. 

Seseorang harus melakukan tugas sosialnya (yang kemudian menjadi sistem kasta), melahirkan anak-anak (terutama putra), dan, pada dasarnya, menjalani kehidupan yang layak. Ini dikenal sebagai karma marga, jalan tindakan, terutama tindakan ritual.

Upanishad secara signifikan menantang pandangan dunia ini. Orang bijak yang bertanggung jawab atas teks-teks ini menolak penekanan Veda pada kehidupan perumah tangga dan keutamaan pengorbanan kepada para dewa. 

Sebaliknya, mereka berpendapat bahwa ada realitas yang lebih tinggi di luar alam manusia, Brahman. Manusia pada akhirnya bisa menjadi satu dengan realitas yang lebih tinggi ini, tetapi hanya jika mereka mengubah cara mereka melihat dan berperilaku di dunia. 

Secara khusus, Upanishad menyatakan bahwa orang harus meninggalkan perangkap dunia dan memulai kehidupan asketisme.

Dengan cara ini, mereka dapat melatih diri untuk mengabaikan hal-hal dari dunia material, yang hanya mengarah pada kemelekatan dan keterikatan, dan dengan demikian menciptakan karma

Jika seseorang merenungkan hakikat sejati dari diri (atman), seseorang dapat menyadari bahwa segala sesuatu yang orang anggap sebagai diri, sebagai "Aku," sebenarnya tidak berbeda dengan Brahman. 

Dengan demikian seseorang dapat belajar berada di dunia sedemikian rupa sehingga ia tidak terikat, dan dengan demikian tidak menciptakan karma (walaupun masih bertindak). Ketika seseorang mati, ia bebas dari karma, dan karenanya tidak terlahir kembali; sebaliknya, orang ini dibebaskan dari samsara. Ini adalah moksha, yang secara harfiah berarti "pembebasan," tetapi yang benar-benar merujuk pada keselamatan tertinggi, penyatuan dengan Brahman.

Untuk mencapai keadaan tanpa-karma ini, seseorang harus, melalui meditasi dan analisis filosofis yang intens, mengembangkan pengetahuan yang tepat tentang sifat sejati diri. Jalan ini, seperti yang paling jelas dicantumkan dalam Upanishad, dikenal sebagai jnana marga, jalan pengetahuan.

8 dari 8 halaman

Jalan ketiga adalah bhakti marga, jalan pengabdian. Ini mungkin pertama kali dijelaskan dalam Bhagavad Gita, salah satu teks suci terpenting dalam semua agama Hindu. 

Dalam Bhagavad Gita, dewa Krishna menjelaskan kepada prajurit Arjuna bahwa bentuk tertinggi dari aktivitas keagamaan yang paling efektif adalah pengabdian absolut (dalam Bhagavad Gita, ini adalah pengabdian mutlak absolut kepada Krishna). 

Logika advokasi Bhagavad Gita tentang bhakti marga itu rumit, tetapi pada dasarnya Krishna mengatakan bahwa karena dia, Krishna, adalah perwujudan tertinggi dari Brahman, semua makhluk, termasuk semua dewa lainnya, terkandung di dalam dirinya. 

Dengan demikian tidak ada tindakan yang pada akhirnya bukan bagian dari Krishna: pada akhirnya semua pengorbanan adalah untuk Krishna, semua ibadah, semua tindakan baik dan buruk di bumi. Jadi bentuk tindakan tertinggi adalah pengabdian tanpa pamrih, pengabdian kepada Krishna, yang adalah bhakti. Itulah pengertian tujuan hidup manusia dari berbagai perspektif agama.

(mdk/amd)