Tata krama menerima tamu antara lain dengan cara

Tata krama menerima tamu antara lain dengan cara

Suguh atau menyuguhkan hidangan merupakan salah satu tata krama masyarakat Jawa dalam menyambut tamu. (Unsplash/MatthewHenry)

adjar.id - Adjarian, terdapat sejumlah etika menyambut tamu yang biasa dilakukan masyarakat Jawa.

Orang Jawa memang terkenal halus, santun, dan memperhatikan unggah-ungguh, termasuk saat menerima tamu.

Biasanya, tamu akan datang karena keperluan tertentu atau bisa juga sekadar silaturahmi.

Beberapa di antaranya datang dengan direncana, tetapi tak jarang juga yang datang dengan tiba-tiba.

Apapun keadaannya, kita sebagai tuan rumah hendaknya dapat memuliakan dan menyambut tamu dengan baik, Adjarian.

Nah, masyarakat Jawa sendiri menerapkan beberapa tata krama atau etika dalam menyambut tamu.

Hal ini bertujuan untuk menjaga keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat.

Etika-etika tersebut tentunya patut kita contoh dan lestarikan sebagai generasi penerus.

Yuk, Langsung saja kita simak tata krama masyarakat Jawa dalam menyabut tamu berikut ini!

Baca Juga: Mengenal 9 Musim yang Dikenal Masyarakat Jawa


Page 2

Tata krama menerima tamu antara lain dengan cara

Suguh atau menyuguhkan hidangan merupakan salah satu tata krama masyarakat Jawa dalam menyambut tamu. (Unsplash/MatthewHenry)

5 Tata Krama Masyarakat Jawa dalam Menyambut Tamu

1. Aruh

Aruh bermakna menyapa, menanyakan kabar, atau membuka pembicaraan.

Sebagai tuan rumah, hendaknya kita bersikap nguwongne uwong atau menghargai orang lain.

Misalnya dengan membuka percakapan agar silaturahmi dapat berjalan dengan hangat.

2. Gupuh

Kata gupuh berasal dari "tergopoh-gopoh" atau "tergesa-gesa".

Gupuh bermakna perasaan antusias dan gembira dalam menerima tamu.

Tidak jarang tamu datang mendadak, sehingga kita seakan tergesa-gesa dalam menyambut tamu dan memberikan yang terbaik, hingga meninggalkan pekerjaan rumah yang sedang dilakukan.

Baca Juga: Mengenal Arah Mata Angin dalam Bahasa Jawa Ngoko dan Krama Alus


Page 3

Tata krama menerima tamu antara lain dengan cara

Suguh atau menyuguhkan hidangan merupakan salah satu tata krama masyarakat Jawa dalam menyambut tamu. (Unsplash/MatthewHenry)

3. Rengkuh

Mempersilakan tamu untuk masuk ke dalam rumah dan menyambutnya dengan keramah tamahan merupakan hal yang perlu dilakukan untuk tuan rumah.

Kata rengkuh di sini bermakna menarik tamu dengan kehangatan.

4. Lungguh

Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, lungguh berarti duduk.

Nah, tidak sekadar mempersilakan tamu untuk masuk ke dalam rumah saja, semestinya kita juga mempersilakan tamu untuk duduk.

Dalam adat Jawa, kalau tamu belum diajak untuk duduk, artinya belum "disumanggakne" atau dipersilakan.

Nah, setelah duduk, umumnya sang tuan rumah akan aruh atau membuka percakapan dengan hangat.

5. Suguh

Baca Juga: Bagaimana Asal-usul Sistem Penanggalan Kalender Jawa?

Tata krama menerima tamu antara lain dengan cara

Suguh atau menyuguhkan makanan membuat suasana menjadi lebih hangat. (Piqsels)

Kalau istilah satu ini sepertinya sudah mengakar di seluruh wilayah Indoensia.

Yap, tamu yang datang, biasanya akan diberikan suguhan atau hidangan oleh tuan rumah.

Hal ini sebagai bentuk penghargaan tamu yang rela datang dan telah menempuh perjalanan demi bertamu ke rumah kita.

Nah, demikianlah lima tata krama masyarakat Jawa dalam menyambut tamu, Adjarian.

Kita bisa mengimplementasikan kelima tata krama tersebut saat kedatangan tamu ke rumah.

Coba Jawab!
Apa yang dimaksud dengan "rengkuh"?
Petunjuk: Cek halaman 3.

6. Termasuk dalam Amalan yang mendekatkan diri ke surga

7. Sebagai Bentuk Keimanan dan Ketakwaan diri Terhadap Tuhan

Masyarakat Jawa selama ini mengenal tata krama adab sopan santun dan etika dalam bertamu juga memuliakan tamu. Berikut ini etika dan adab orang Jawa dalam memuliakan tamu. 

1. Aruh

2. Gupuh

3. Rengkuh

4. Lungguh

5. Suguh

Baca Juga Wacana Bahasa Jawa diajarkan di sekolah Malaysia

Aruh : menyapa, menanyakan kabar, mengajak berbicara, membuka pembicaraan.

Aruh memiliki makna : sebagai tuan rumah hendaknya mendahului untuk menyapa, menanyakan kabar dengan ramah dan hangat. Membuka percakapan ini bertujuan agar tamu merasa nyaman, tidak merasa canggung dan agar tamu tidak merasa diabaikan. Istilahnya adalah Nguwongne Uwong, menghargai orang lain. 

Gupuh : tergopoh-gopoh, tergesa-gesa

Gupuh memilik makna : ungkapan dari perasaan gembira dan antusias dari tuan rumah saat menyambut tamu. Apabila ada tamu yang mendadak datang tanpa memberitahu terlebih dahulu biasanya tuan rumah "tidak siap" dan terkejut sehingga menjadi repot manakala tamunya datang. Bisa saja tuan rumah harus meninggalkan pekerjaan yg sedang dilakukan, harus berganti pakaian, repot membersihkan dan menata ruang tamu. Gupuh ini adalah antusiasme kita dalam menerima dan menyambut kedatangan tamu. 

Rengkuh memiliki makna : Merengkuh tamu dengan kehangatan saat menyambut tamu datang. Mempersilahkan tamu untuk masuk ke dalam rumah dan memperlakukan tamu dengan keramah tamahan yang baik. 

Tata krama menerima tamu antara lain dengan cara
Ruang Tamu/narasiinspirasi.com

Lungguh memiliki makna: mempersilahkan tamu untuk segera masuk ke dalam rumah dan menyiapkannya tempat duduk. Dalam budaya Jawa, tamu tidak akan duduk sebelum dipersilahkan untuk duduk, istilahnya belum "disumanggakne" atau belum dipersilahkan. Tuan rumah harus segera mempersilahkan tamu untuk duduk. 

Biasanya sambil mempersilahkan duduk tuan rumah akan memberi sambutan percakapan-percakapan kecil sebagai pencair suasana, agar suasana menjadi lebih gayeng atau semarak. Misalnya : wah kok makin cantik, masih awet muda saja ataupun tumben jauh-jauh datang mampir kesini dan menanyakan kabar. Hal semacam ini adalah sebuah pembukaan sehingga seseorang yang datang bisa merasa nyaman sebelum masuk kedalam suasana percakapan yang lebih serius.



Suguh : menghidangkan suguhan yaitu bisa berupa makanan, camilan dan atau minuman.

Suguh memilik makna : menghidangkan suguhan atau memberikan hidangan. Hidangan ini dimaksudkan untuk menyambut dan menghormati tamu yang telah mau datang dari jauh dan repot-repot menempuh perjalanan demi bertamu ke rumah kita.

Baca Juga Filosofi Wajik Ketan Jawa Jajanan Tradisional Yang Penuh Makna

Memuliakan tamu dan menyantuni tamu dengan segala kebaikan adalah suatu kewajiban. Tentu saja harus disesuaian dengan kemampuan dan kapasitas yang dimiliki oleh tuan rumah. Dalam adat Jawa kita tetaplah dianjurkan untuk memberikan yang optimal dan terbaik sesuai kemampuan kita. bukan berarti harus dengan memaksakan diri yang justru malah menyulitkan keluarga dan diri.

Misalnya saat tamu datang dan tidak ada makanan dirumah maka hendaknya bisa membeli camilan dan membuatkan minuman. Yang jelas makanan yang disuguhkan haruslah yang sewajarnya dan secukupnya. Namun apabila benar-benar tidak mampu dan tidak memiliki apapun untuk disuguhkan, memberi segelas air putih pun tidak masalah. Tamu berhak selama tiga hari untuk disantuni dan dilayani dengan sebaik mungkin oleh tuan rumah. Namun, apabila setelah lebih dari tiga hari maka apa yang diberikan tuan rumah adalah sedekah biasa. 

Bagi seseorang yang sedang bertamu pun juga harus bisa dengan bijak menyikapi adat suguh ini. Tamu jika belum dipersilahkan untuk mencicipi hidangan maka hendaknya jangan pernah memakan atau mengambil makanan yang disuguhkan. Tamu harus dengan sabar menunggu hingga tuan rumah telah mempersilahkan untuk mencicipi hidangan. Tuan rumahpun harus segera mempersilahkan tamu untuk mencicipi hidangan.

Baca Juga Toleransi Dalam Falsafah Ajaran Hidup Masyarakat Jawa

Sesuai dengan etika dan tata krama, tamu pun harus mau mencicipi hidangan meski hanya sedikit. Minum meski hanya beberapa teguk atau makan meski hanya beberapa suap, meskipun sang tamu tidak merasa haus dan lapar, atau tidak menyukai suguhan yang dihidangkan. Semua demi menghargai tuan rumah yang sudah bersedia untuk bersusah payah dan repot-repot menghidangkan makanan atau minuman demi menyambut tamu. 

Demikianlah tata krama, adat dan etika orang Jawa dalam bertamu, menyambut tamu dan memuliakan tamu. Tata krama ini penting untuk diterapkan bagi siapapun yang menjadi tamu dan tuan rumah agar tercipta keharmonisan, utamanya dalam masyarakat yang menjunjung tinggi etika dan tata krama Jawa. Agar kita mampu menjadi tuan rumah yang baik, dan menjadi tamu yang memiliki tata krama, adab dan sopan santun. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua.