Jelaskan upaya pemerintah Indonesia dalam pembebasan Irian Barat

Jelaskan upaya pemerintah Indonesia dalam pembebasan Irian Barat

Jelaskan upaya pemerintah Indonesia dalam pembebasan Irian Barat
Lihat Foto

Wikipedia Commons

Laksamana Yos Sudarso merupakan salah satu tokoh militer dalam pembebasan Irian Barat

KOMPAS.com - Upaya pemerintah dalam pembebasan Irian Barat melalui beberapa tahap, salah satunya tahap eksploitasi.

Tahap eksploitasi adalah sebuah strategi militer Indonesia yang digunakan untuk membebasakan Irian Barat dari pendudukan Belanda.

Pada 1960-an, Indonesia terlibat konflik dengan Belanda, yang saat itu masih menduduki wilayah Irian Barat.

Hal ini dianggap oleh Presiden Soekarno sebagai ancaman kedaulatan Indonesia, karena kekuasaan Belanda atas Irian Barat dipandang sebagai bentuk baru dari kolonialisme atau Neo-kolonialisme.

Lantas, apa yang dimaksud dengan tahap eksploitasi dalam tahapan proses pembebasan Irian Barat?

Baca juga: Sejarah Irian Barat hingga Bergabung ke Indonesia

Belanda mulai menduduki Irian Barat pada akhir 1940-an, setelah mengakui kedaulatan Indonesia.

Setelah Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 1949, konflik Indonesia-Belanda masih menyisakan masalah Irian Barat.

Saat itu, Belanda mengirim kapal induk Hr Ms Karel Doorman ke Irian Barat, beserta sejumlah personel Angkatan Laut Kerajaan Belanda, Korps Marinires, dan Koninklijke Landmacht (Angkatan Darat Belanda).

Kekuatan militer Belanda tersebut kemudian menduduki wilayah Sorong, Merauke, Kaimana, Teminabuan, dan Fakfak.

Merespons pendudukan Irian Barat oleh Belanda, Presiden Soekarno mengeluarkan Tri Komando Rakyat (Trikora), yang isinya sebagai berikut.

  • Gagalkan pembentukan negara Papua
  • Kibarkan bendera Merah Putih di Irian Barat
  • Bersiap untuk mobilisasi umum untuk mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air dan bangsa.

Baca juga: Operasi Trikora, Upaya Indonesia Merebut Irian Barat

Jelaskan upaya pemerintah Indonesia dalam pembebasan Irian Barat

Jelaskan upaya pemerintah Indonesia dalam pembebasan Irian Barat
Lihat Foto

KOMPAS/DJOKO POERNOMO

Tentang Monumen Serangan Umum 1 Maret Yogyakarta. Monumen Serangan Umum 1 Maret berada di area sekitar Museum Benteng Vredeburg yaitu tepat di depan Kantor Pos Besar Yogyakarta. Monumen ini dibangun untuk memperingati serangan tentara Indonesia terhadap Belanda pada tanggal 1 Maret 1949.

KOMPAS.com - Operasi Trikora adalah operasi militer Indonesia yang bertujuan untuk merebut wilayah Irian Barat atau Papua dari Belanda. 

Operasi ini terjadi sejak 19 Desember 1961 hingga 15 Agustus 1962. 

Operasi Trikora terjadi karena konflik antara Indonesia dengan Belanda terkait perebutan Irian Barat. 

Kala itu, Belanda enggan membicarakan perihal masalah Irian Barat tersebut. 

Akhirnya, pada 1961, Presiden Soekarno mengeluarkan Tri Komando Rakyat (Trikora). Isi dari Trikora adalah:

  1. Gagalkan pembentukan negara Papua
  2. Kibarkan bendera Merah Putih di Irian Barat
  3. Bersiap untuk mobilisasi umum untuk mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air dan bangsa.

Baca juga: Sejarah Penemuan Benua Amerika

Sejak tahun 1949, Indonesia dan Belanda telah terlibat konflik terkait perebutan Irian Barat.

Masalah ini dilatarbelakangi dengan Belanda yang tidak bersedia membicarakan masalah Irian Barat bersama Indonesia

Melalui keputusan Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 23 Agustus hingga 2 September 1949, kedudukan Irian Barat akan ditentukan paling lambat setahun setelah pengakuan kedaulatan.

Akan tetapi, Belanda tetap enggan untuk membicarakan masalah tersebut. 

Karena masalah masih terus berlangsung, pada 1961, Presiden Soekarno mengeluarkan Trikora. 

Mungkin sudah menjadi tabiat Belanda untuk selalu mengingkari kesepakatan. Hal itu juga dilakukan terhadap isi perundingan KMB (Konfrensi Meja Bundar). Menurut KMB, masalah Irian Barat akan dibicarakan paling lambat setahun setelah pengakuan kedaulatan.

Faktanya, Belanda tetap bercokol di Irian Barat setelah setahun berlalu. Belanda ingin tetap menguasai Irian Barat dan tidak bersedia menyerahkannya kepada bangsa Indonesia.

Upaya yang Ditempuh Bangsa Indonesia dalam pembebasan Irian Barat

Berbagai upaya dalam rangka perjuangan pembebasan Irian Barat telah dilakukan bangsa Indonesia. Langkah-langkah tersebut diuraikan sebagai berikut.

a. Perundingan Langsung dengan Belanda

Program pembebasan Irian Barat melalui jalur diplomasi antara Indonesia-Belanda telah menjadi program Kabinet Natsir dan kabinet-kabinet selanjutnya.

Usaha diplomasi langsung dengan Belanda ini mengalami kegagalan karena Belanda tetap bersikeras ingin menguasai Irian. Bahkan, dengan persetujuan parlemen, secara sepihak Belanda memasukkan Irian ke dalam wilayah Kerajaan Belanda.

Peristiwa ini terjadi pada bulan Agustus 1952. Sebagai reaksi atas peristiwa itu, pada bulan April 1953 Indonesia menghapus Misi Militer Belanda.

Jelaskan upaya pemerintah Indonesia dalam pembebasan Irian Barat
Pembebasan Irian Barat

b. Diplomasi PBB

Upaya diplomasi di PBB ditempuh setelah usaha melalui perundingan bilateral dengan Belanda tidak berhasil. Kabinet Ali Sastroamidjojo I berhasil membawa masalah Irian Barat ke forum PBB, tetapi tidak membuahkan hasil.

Kabinet Burhanuddin melanjutkan usaha kabinet yang digantikannya dengan membawa masalah Irian Barat ke sidang Majelis Umum PBB.

Pihak Belanda menanggapi usaha Indonesia ini dengan meyakinkan sidang PBB, bahwa masalah Irian Barat adalah masalah bilateral antara Indonesia-Belanda.

Tentu pernyataan Belanda ini tidak diterima oleh Indonesia sehingga pada masa Kabinet Ali Sastroamidjojo II seluruh isi perjanjian KMB dibatalkan.

Mengapa Indonesia belum berhasil mengembalikan Irian Barat melalui diplomasi di PBB? Hal ini karena dalam sidang Majelis Umum PBB yang diadakan setiap tahun, kita belum mendapat dukungan dari 2/3 anggota yang hadir.

c. Langkah Konfrontasi

Pada tahun 1956 Belanda tetap bersikeras ingin menguasai Irian Barat. Oleh karena itu, Indonesia berusaha menghadapi sikap Belanda secara konfrontatif melalui bidang militer dan ekonomi.

Dalam bidang ekonomi, pemerintah Indonesia mengirimkan Anak Agung Gede Agung untuk merundingkan masalah Finansial Ekonomi (Finek) dengan delegasi Belanda di Jeneva pada tanggal 7 Januari 1956.

Namun, persetujuan finansial ekonomi ditolak oleh Belanda. Oleh karena melalui persetujuan tidak tercapai, pada tanggal 13 Februari 1956 Kabinet Burhanuddin Harahap melaksanakan pembubaran Uni Indonesia-Belanda secara sepihak. Pembubaran ini terpaksa dilakukan setelah persetujuan finansial ekonomi di Jeneva ditolak Belanda.

Trikora atau Trikomando Rakyat merupakan salah satu bentuk upaya Indonesia untuk menyatukan Irian Barat ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pasalnya, Irian Barat merupakan provinsi yang masuk paling terakhir masuk ke NKRI dibandingkan provinsi lain.

Pada saat Konferensi Meja Bundar (KMB), Belanda mengakui kedaulatan Indonesia kecuali wilayah Irian Barat. Hasil KMB juga menyebutkan bahwa Belanda akan mengembalikan Irian Barat setahun setelah perjanjian tersebut.

Dalam upaya membasakan Irian Barat, langkah pertama yang diambil pemerintah Indonesia yaitu menggunakan jalur diplomasi secara bilateral baik melalui pemerintah Belanda atau dunia Internasional. Setelah beberapa perundingan dilakukan, namun Belanda tidak pernah menunjukkan niat baiknya untuk menyelesaikan masalah Irian Barat.

Di lain sisi, pemerintahan Belanda terus menambah kekuatan militer ke Irian Barat. Hingga akhirnya, Ir. Soekarno selaku Presiden RI mengumumkan pelaksanaan Trikora. Apa itu Trikora? Berikut penjelasan lengkapnya.

Baca Juga

Sebagaimana dijelaskan dalam tirto.id disebutkan bahwa Belanda ingin menjadikan Irian Barat sebagai negara boneka. Keinginan Belanda dibuktikan dengan pembentukan perlemen hingga penambahan kekuatan militer di wilayah tersebut.

Melihat hal tersebut pemerintah Indonesia kemudian membentuk Korps Tentara Kora-1 dan menunjuk Mayor Jenderal Soeharto sebagai panglima komandonya. Kesatuan tersebut beberapa kali mengalami perubahan nama, mulai dari Tjadangan Umum Angkatan Darat (Tjaduad) hingga Komando Tjadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad).

Advertising

Advertising

Di tanggal 11 Desember 1961, pemerintah Indonesia juga membentuk Dewan Pertahanan (Depertan). Di hari yang sama Presiden Soekarno juga mengutarakan tujuan Trikora dalam pidatonya di Yogyakarta.

Isi dan Tujuan Trikora

Masih mengutip dari tirto.id, Presiden Soekarno menegaskan bahwa bendera Merah Putih harus bisa berkibar di Irian Barat. Ir. Soekarno juga menggerakan mobilisasi umum untuk mengambil Irian Barat dari Belanda.

Presiden Soekarno mengutarakan isi Trikora seperti berikut:

  1. Gagalkan negara boneka Papua.
  2. Kibarkan bendara Sang Saka Merah Putih di Papua.
  3. Siapkan diri untuk mobilisasi umum.

Baca Juga

Mengutip dari pintar.jatengprov.go.id, diterangkan bahwa untuk melaksanakan Trikora diambil beberapa langkah mulai dari pembentukan Komando Mandala Pembebasan Irian Barat pada tanggal 2 Januari 1961 dan menunjuk Mayor Jenderal Soeharto sebagai panglima komando.

Tugas dari komando tersebut antara lain:

  1. Merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi militer dengan tujuan mengembalikan wilayah propinsi Irian Barat ke dalam kekuasaan Indonesia.
  2. Mengembalikan situasi militer di wilayah propinsi Irian Barat sesuai engan taraf perjuangan di bidang diplimaso. Selain itu, satuan tugas tersebut juga berusaha agar wilayah Irian Barat dapat secara de facto diciptakan daerah yang bebas atau diduduki unsur kekuasaan/pemerintahan Indonesia dalam waktu yang singkat.

Komando Mandala merencakana operasi pembebasan Irian Barat dalam tiga fase, sebagai berikut:

  1. Fase infiltrasi (sampai akhir 1962). Pada fase ini, Komando Mandala mengirim 10 kompo ke sekitar sasaran tertentu untuk menciptakan daerah bebas de facto.
  2. Fase ekploitasi (mulai awal 1963), mengadakan serangan terbuka terhadap induk militer lawan dan menduduki semua pos pertahanan musuh yang dianggap penting.
  3. Fase konsolidasin (awal 1964), menegakkan kekuasaan Indonesia secara mutlak di seluruh Irian Barat.

Baca Juga

Dalam rangka pembebasan Irian Barat, maka disusun rencana serangan terbuka sebagai operasi penentuan yang diberi nama Operasi Jayawijaya. Tanggal 12 Januari 1961, tiga buah motor torpedo boat (MTB) yang tergabung dalam kesatuan patroli cepat yaitu KRI Macan Tutul, KRI Harimau, dan KRI Macan Kumbang mengadakan patroli rutin di sekitar laut Arafura.

Tanggal 15 Januari 1962, kapal-kapal MTB yang sedang mengadakan patroli di laut Aru mendapatkan serangan dari laut dan udara. Serangan tersebut membuat KRI Macan Tutul bersama dengan Komandor Yos Sudarso dan Kapten Wiratno tenggelam.

Tragedi tersebut ternyata tidak menyurutkan semangat prajurit lainnya. Justru sebaliknya peristiwa tersebut membuat para prajurit semangat untuk membalas.

Tokoh Trikora

Peristiwa bersejarah ini dipimpin oleh Mayor Jenderal Soeharto. Selain itu, ada juga beberapa tokoh Trikora lainnya seperti Kolonel Yos Sudarso, Kolonel Sudomo, Kolonel Mursyid, Kapten Tondomulyo, dan beberapa tokoh penting lainnya. Tak hanya itu, masyarakat juga turut memberikan dukungan terhadap jalannya upaya pengembalian Irian Barat ke tangan Indonesia.