Keywords: dampak, pertumbuhan penduduk, lingkungan, pembangunan berkelanjutan
Metode penelitian ini merupakan jenis kualitatif dengan menerapkan studi kepustakaan. Hasil dan pembahasan penelitian menunjukkan pertumbuhan penduduk yang semakin cepat, maka akan membawa akibat kepada tekanan yang kuat terhadap sumber daya alam. Seperti meningkatnya kebutuhan pangan, air bersih, pemukiman dan sebagainya.Sehingga menimbulkan ketidakseimbangan antara persediaan sumber daya alam dengan kebutuhan manusia. Dengan peningkatan jumlah penduduk memberikan dampak terhadap lingkungan. Mutu air semakin menurun karena limbah dari aktivitas penduduk dan industry turut mempecepat menurunnya kualitas air .Kegiatan penambangan juga dapat menyebabkan tercemarnya air`, Emisi dari kenda-raan, rumah tangga, dan industry.serta buruknya fentilasi dan kualitas kom-por yang banyak dipakai oleh rumah tangga turut memperparah kondisi lingkungan perkotaan. Bahkan bebe-rapa penelitian yang dilakukan mem-buktikan bahwa kondisi lingkungan hidup di daerah perkotaan semakin la-ma semakin buruk. Alih fungsi lahan dari lahan pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidup penduduk tidak dapat dihindarkan Upaya mengatasi dampak negatif pertumbuhan penduduk dapat dilakukan dengan pembangunan berkelanjutan. Kata Kunci: dampak, pertumbuhan penduduk, lingkungan, pembangunan berkelanjutan. apa saja keuntungan di bidang perdagangan dengan adanya letak luas dan batas wilayah indonesia Pendapatan per kapita Kalimantan 2021 Jelaskan dampak pertemuan antar lempeng bumi di Asia Tenggara dengan kondisi Asia Tenggara yang rawan gempa ! apa yang dimaksud dengan budaya apa yang dimaksud dengan politik apa yang dimaksud dengan ekonomi Kegiatan Awal: Mari Mengamati 1. Perhatikan dan baca wacana berikut dengan saksama. Tangerang Gagas Pembangunan Tiga Jalan Tol TEMPO.CO, Jakarta - Pem … Kegiatan Awal: Mari Mengamati 1. Perhatikan dan baca wacana berikut dengan saksama. Tangerang Gagas Pembangunan Tiga Jalan Tol TEMPO.CO, Jakarta - Pem … apa arti dari kata antroposfer tolong bantu kak plis Merdeka.com - Kependudukan memiliki korelasi dengan lingkungan hidupnya. Dalam perspektif kependudukan, manusia dalam posisinya sebagai khalifah harus mampu mengatur bumi agar menjadi tempat yang tetap layak huni bagi seluruh isinya. Manusia juga dituntut untuk menatanya, menjaga keseimbangan antara manusia dengan alam, kebutuhan hidupnya dengan kebutuhan pangan serta sumber daya alam yang tersedia. Apabila terjadi ketidakseimbangan dalam mengatur sumber daya yang tersedia, maka hal tersebut akan berdampak pada manusia itu sendiri. Berikut selengkapnya merangkum korelasi kependudukan dan lingkungan hidup yang penting diketahui: 2 dari 3 halaman
Manusia terkait erat dengan lanskap lingkungan di mana kehidupan mereka sehari-hari berlangsung. Manusia bergantung sepenuhnya pada alam untuk layanan penting yang menopang kehidupan, udara dan air bersih, iklim yang stabil, makanan, namun aktivitas manusia memiliki efek yang semakin dramatis dan merugikan pada satwa liar dan ekosistem, tidak hanya menempatkan spesies liar tetapi juga kelangsungan hidup manusia sendiri beresiko. Ketika terjadi kerusakan pada lingkungan hidup sekitar, maka manusia sebagai penghuninyalah yang akan terdampak. Oleh sebab itu penting untuk melestarikan lingkungan hidup di mana manusia tinggal. Penduduk adalah orang dalam matranya sebagai pribadi, anggota keluarga, anggota masyarakat, warga negara dan himpunan kuantitas yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah tertentu. Kependudukan dapat diartikan sebagai segala hal yang berhubungan dengan jumlah, umur, perkawinan, agama, kelahiran, kematian, jenis kelamin, kualitas, mobilitas dan juga ketahanan yang berkaitan dengan ekonomi, sosial, budaya, dan politik. Menurut Otto Soemarwoto, lingkungan hidup diartikan sebagai ruang yang ditempati suatu makhluk hidup bersama dengan benda hidup dan tak hidup di dalamnya. Lingkungan sebagai sumber daya mempertemukan berbagai kepentingan di dalamnya, antara lain kepentingan masyarakat, pengusaha, dan pemerintah seperti yang dilansir dari disdukcapil.pontianakkota.go.id. Undang-undang RI No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup merumuskan bahwa lingkungan merupakan kesatuan ruang yang semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Cara-cara di mana populasi didistribusikan di seluruh dunia juga mempengaruhi lingkungan. Teknologi, kebijakan, dan budaya saat ini mempengaruhi hubungan antara dinamika populasi manusia dan lingkungan alam. Faktor budaya juga mempengaruhi bagaimana populasi mempengaruhi lingkungan. Misalnya, variasi budaya dalam sikap terhadap satwa liar dan konservasi mempengaruhi strategi konservasi lingkungan, karena dukungan publik untuk berbagai intervensi kebijakan akan mencerminkan nilai-nilai sosial. Kesuburan tinggi yang berkelanjutan di banyak wilayah berkembang, ditambah dengan kesuburan rendah di wilayah yang lebih maju, berarti bahwa 80 persen populasi global sekarang tinggal di negara-negara yang kurang berkembang. Lebih jauh lagi, migrasi manusia berada pada titik tertinggi sepanjang masa: arus bersih migran internasional kira-kira 2 juta hingga 4 juta per tahun dan, pada tahun 1996, 125 juta orang tinggal di luar negara kelahiran mereka. Sebagian besar dari migrasi ini mengikuti pola pedesaan-ke-kota, dan, sebagai akibatnya, populasi bumi juga semakin urban. Baru-baru ini pada tahun 1960, hanya sepertiga dari populasi dunia yang tinggal di kota. Pada tahun 1999, persentasenya meningkat menjadi hampir setengahnya (47 persen) dan proyeksi kenaikan menjadi 66 persen pada tahun 2050. dikutip dari riset Lori M. Hunter Population and Environment: A Complex Relationship. 3 dari 3 halaman
Komposisi suatu populasi juga dapat memengaruhi lingkungan sekitarnya. Saat ini, populasi global memiliki proporsi terbesar kaum muda (di bawah 24 tahun) dan persentase terbesar orang tua dalam sejarah. Karena kaum muda lebih cenderung untuk bermigrasi, hal ini menyebabkan keprihatinan lingkungan perkotaan yang semakin intensif, seperti yang tercantum di atas. Harapan hidup telah meningkat sekitar 20 tahun sejak tahun 1960. Meskipun ini adalah kemenangan bagi umat manusia, dan tentu saja hal yang baik bagi individu, dari sudut pandang planet ini hanyalah tubuh lain yang terus mengonsumsi sumber daya dan menghasilkan limbah untuk sekitar 40 persen lebih lama dari sebelumnya. Populasi yang menua adalah elemen lain dari implikasi multi-segi dari perubahan populasi demografis, dan menimbulkan tantangan mereka sendiri. Misalnya antara tahun 1970 dan 2006, proporsi penduduk Jepang yang berusia di atas 65 tahun tumbuh dari 7 persen menjadi lebih dari 20 persen dari populasinya. Ini memiliki implikasi besar pada tenaga kerja, serta pengeluaran pemerintah untuk pensiun dan perawatan kesehatan. Pendapatan penduduk juga menjadi pertimbangan penting. Distribusi pendapatan yang tidak merata mengakibatkan tekanan terhadap lingkungan baik dari tingkat pendapatan terendah maupun tertinggi. Untuk sekadar bertahan hidup, banyak orang termiskin di dunia mengambil bagian dalam tingkat penggunaan sumber daya yang tidak berkelanjutan, misalnya membakar sampah, ban, atau plastik untuk bahan bakar. Mereka mungkin juga terpaksa menghabiskan sumber daya alam yang langka, seperti hutan atau populasi hewan, untuk memberi makan keluarga mereka. Di ujung lain spektrum, mereka yang berpenghasilan tertinggi mengonsumsi sumber daya dalam jumlah besar secara tidak proporsional melalui mobil yang mereka kendarai, rumah tempat mereka tinggal, dan pilihan gaya hidup yang mereka buat. Di tingkat negara, pembangunan ekonomi dan kerusakan lingkungan juga terkait. Negara-negara kurang berkembang cenderung memiliki tingkat aktivitas industri yang lebih rendah, menghasilkan tingkat kerusakan lingkungan yang lebih rendah. Negara-negara paling maju telah menemukan cara untuk meningkatkan teknologi dan efisiensi energi untuk mengurangi dampak lingkungan mereka sambil mempertahankan tingkat produksi yang tinggi. Negara-negara yang sedang berkembang dan mengalami konsumsi sumber daya yang intensif (yang mungkin didorong oleh permintaan dari negara-negara maju) seringkali menjadi lokasi kerusakan lingkungan yang paling parah. Tujuan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup berdasarkan pendapat Jenny RE Kaligis (1986: 10) adalah mengembangkan pada anak didik tentang: 1. pengertian akan konsep kependudukan dan lingkungan hidup; 2. kesadaran dan kepekaan akan masalah-masalah kependudukan dan lingkungan hidup; 3. keterampilan mengidentifikasi dan meneliti masalah-masalah kependudukan dan lingkungan hidup; 4. nilai dan sikap positif yang mengarah pada pembentukan keluarga yang mandiri dan bertanggung jawab sesuai dengan daya dukung lingkungan hidup; 5. motivasi dan keterampilan untuk secara aktif baik pribadi maupun kelompok mengadakan kegiatan pengembangan kualitas penduduk dan lingkungan hidup; 6. kemampuan menetapkan berbagai alternatif rencana pendekatan penanggulangan masalah-masalah kependudukan dan lingkungan hidup serta pengambilan keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan secara ekologis, demografis, sosio politik dan etis. (mdk/amd)Baca juga: |