Jelaskan mengapa perjuangan bangsa indonesia sebelum tahun 1908 tidak mencapai keberhasilan

Strategi Perlawanan Bangsa Indonesia Terhadap Penjajahan Bangsa Eropa. Foto: sportourism

Sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang kaya, tanah Indonesia sejak dahulu menjadi rebutan bangsa-bangsa di dunia. Menurut catatan sejarah, terdapat empat negara Eropa yang pernah menjajah Bangsa Indonesia, yakni Portugis, Spanyol, Inggris, dan Belanda.

Kedatangan bangsa asing ini terkadang tidak dilandasi oleh semangat kerja sama. Melainkan didorong oleh keinginan untuk menguasai yang pada akhirnya membuat rakyat sengsara. Tak ayal, gelombang perlawanan terhadap para penjajah pun bermunculan.

Secara umum, strategi perlawanan Bangsa Indonesia terhadap penjajahan bangsa Eropa dibagi menjadi dua pembabakan, yakni sebelum abad ke-20 dan setelahnya.

Strategi Perlawanan Bangsa Indonesia Sebelum abad ke-20

  • Sebelum abad ke-20, gagasan tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia belum berkembang. Sehingga perlawanan rakyat bersifat kedaerahan

  • Perlawanan tidak terorganisir dengan baik, sehingga tidak jarang mengalami kekalahan. Apalagi penjajah Belanda menerapkan strategi devide et impera, yakni politik untuk memecah belah.

  • Perlawanan dipimpin oleh tokoh masyarakat yang karismatik dan disegani oleh masyarakat. Karena ketergantungan pada pemimpin, apabila tokoh tersebut berhasil ditaklukkan, maka semangat perlawanan juga berkurang.

  • Perlawanan lebih mementingkan perjuangan fisik (perang senjata).

  • Masyarakat berjuang bukan untuk Indonesia merdeka, tetapi bagaimana cara untuk mengusir penjajah dari daerahnya masing-masing.

Strategi Perlawanan Bangsa Indonesia Sesudah abad ke-20

Budi Utomo. Foto: wikipedia

Memasuki abad ke-20, Belanda menerapkan kebijakan politik etis atau politik balas budi untuk memperbaiki pendidikan di Indonsia. Perkembangan pendidikan inilah yang kemudian melahirkan golongan cendekiawan.

Mereka menyadari bahwa untuk menghadapi penjajah asing, rakyat harus bersatu dan perjuangan mereka harus bersifat nasional. Inilah yang dikenal sebagai masa “pergerakan nasional”. Strategi lainnya yang digunakan adalah:

  1. Perjuangan menggunakan organisasi modern

Perjuangan kemerdekaan tidak lagi bergantung pada senjata, tetapi menggunakan organisasi modern. Perlawanan menggunakan metode perundingan.

Beberapa organisasi yang muncul pada masa pergerakan nasional adalah Budi Utomo (1908), Sarekat Dagang Islam (1911), dan Indische Partij (1912).

  1. Perjuangan Dipimpin Oleh Golongan Cendekiawan

Pemimpin perjuangan pada masa pergerakan nasional adalah golongan cendekiawan, tidak lagi oleh golongan bangsawan atau pemimpin daerah. Para cendekiawan menggunakan pendekatan politik dan lebih terorganisir.

Sejak kedatangan bangsa Barat ke Nusantara, banyak masyarakat yang menderita akibat perlakuan semena-mena mereka untuk menguasai rempah-rempah yang ada. Mulai dari praktik monopoli perdagangan hingga tindakan kekerasan terhadap warga lokal.

Akibat penderitaan yang dirasakan oleh rakyat nusantara, muncul tokoh-tokoh yang mulai berani menyuarakan perlawanan terhadap bangsa Barat. Ketertindasan telah melahirkan pahlawan-pahlawan di daerahnya masing-masing. Sebut saja Pattimura,Teuku Umar, Sultan Hasanuddin, Pangeran Diponegoro, dan masih banyak yang lainnya.

Perlawanan tokoh-tokoh daerah tersebut ada yang sukses, namun banyak juga yang belum membuahkan hasil manis sehingga monopoli dan kolonialisme masih terjadi. Kira-kira apa yang membuat bangsa Barat masih berkuasa di tanah kita sendiri di kala itu ya, Sobat SMP? Yuk kita simak artikel ini sampai habis untuk mengetahui alasannya!

1. Perjuangan masih bersifat kedaerahan

Perang Diponegoro walaupun merupakan perang yang paling besar dan menghabiskan kas keuangan Belanda, tetapi pada akhirnya dapat dikalahkan oleh Belanda. Demikian juga serangan Sultan Agung ke Batavia walaupun dengan jumlah pasukan yang sangat banyak dan dengan persiapan yang matang tetapi akhirnya dapat dilumpuhkan juga oleh Belanda. Sama pula halnya dengan perlawanan dan serangan raja-raja dan tokoh-tokoh Indonesia sebelum tahun 1908. Semua belum berhasil dan belum bisa mengusir kolonialisme dan imperialisme dari Indonesia.

Sebenarnya pahlawan-pahlawan dari daerah sudah berjuang dengan semaksimal mungkin untuk memukul mundur pasukan penjajah dari tanah daerahnya. Namun, hal yang membuat berbeda adalah pasukan Hindia-Belanda memiliki kekompakkan untuk menguasai rempah-rempah di Nusantara, sedangkan para pahlawan daerah baru berjuang untuk daerahnya masing-masing.

2. Termakan politik adu domba

Baca Juga  Eksplorasi Fitur Chromebook Secara Offline, Yuk! 

Sobat SMP pasti pernah mendengar istilah devide et impera atau yang lebih dikenal dengan politik pecah-belah (politik adu domba). Belanda melakukan politik adu domba dan memecah-belah persatuan supaya kerajaan-kerajaan tersebut berperang. Pada saat terjadi perang antarkerajaan, Belanda membantu salah satu kerajaan tersebut. Setelah kerajaan yang didukung menang, Belanda kemudian meminta balas jasa atau imbalan berupa monopoli perdagangan dan penguasaan atas beberapa lahan atau daerah yang ada di kerajaan tersebut.

3. Kurangnya rasa nasionalisme

Alasan terakhir ialah masyarakat kala itu belum memiliki rasa nasionalisme yang kuat. Alasan ini telah tecermin dari dua poin sebelumnya. Rakyat Nusantara belum merasa memiliki Tanah Air bersama-sama serta belum bisa bersatu dalam satu tubuh yang bernama Indonesia. Bayangkan apa yang akan terjadi jika para tokoh-tokoh daerah tersebut berkumpul untuk berdiskusi dan merencanakan strategi untuk mengusir penjajah dari negeri kita? Mungkin bangsa kita tidak akan terlalu lama merasakan penderitaan dan kepedihan dari kolonialisme.

Jadi, itulah tadi beberapa alasan mengapa perjuangan kedaerahan belum bisa mengusir penjajah. Dari sini, kita bisa melihat pentingnya semangat persatuan untuk bisa sukses mengalahkan segala tantangan yang ada di depan mata. Selalu jaga persatuan dan kesatuan Indonesia ya Sobat SMP!

Referensi: Modul PJJ IPS Kelas VIII Semester Genap terbitan Direktorat SMP tahun 2020