Jelaskan makna yang terkandung dalam surat ar-rum ayat 1-5

Kajian subuh bersama Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd. kali ini membahas tentang Q.S. Ar-Rum ayat 21 sebagai upaya untuk Mewujudkan Makna Sakinah dan Mawaddah War-rahmah dalam Keluarga. Menurut beliau semua hamba Allah Swt. berada di dalam kehidupan berumah tangga. Maka dari itu, penjelasan beliau berikut ini bisa dijadikan bahan rujukan oleh umat Islam dalam memahami makna dari sakinah dan mawaddah warrahmah di dalam berumah tangga.

Dilansir dari unggahan di kanal YouTube TVUPI Digital pada Minggu, 12 September 2021/5 Safar 1443 H menjelaskan tentang hal tersebut.

وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ ٢١

Artinya: Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah bahwa Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari (jenis) dirimu sendiri agar kamu merasa tenteram kepadanya. Dia menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir. (Q.S. Ar-Rum: 21)

Imam At-Tharaby di dalam karyanya yang berjudul Jami’ Al-Bayan An-Ta’wil Ayi Al-Qur’an menjelaskan bahwa, ayat ini turun karena adanya sebuah hubungan tali pernikahan yang didalamnya terdapat salah satu tanda kebesaran Allah Swt. yakni kasih sayang dan bisa membuat kita saling mengasihi pasangan. Pada ayat diatas juga ditegaskan bahwa istri-istri diciptakan bukan hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan biologis dari seorang suami, melainkan untuk menemukan ketentraman hati dan kasih sayang dari masing-masing pasangan.

Adapun kandungan dari ayat diatas yang telah disarikan dari beberapa tafsir (Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Al-Munir, Fi Zilalil Qur’an, dan Tafsir Al-Azhar) menyatakan bahwa:

  1. Islam mensyariatkan pernikahan.
  2. Di antara tanda kekuasaan Allah Swt. adalah menjadikan laki-laki berpasangan (menikah) dengan wanita dari jenisnya sendiri, yaitu sesama manusia dan bukan makhluk lain.
  3. Di antara tujuan dari pernikahan adalah terbentuknya keluarga yang sakinah dan mawaddah war-rahmah.
  4. Tanda kekuasaan Allah Swt. ini hanya dapat diketahui dan dirasakan oleh orang-orang yang berpikir.

Menikah merupakan salah satu hal yang sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad Saw. yang menekankan para pemuda untuk menikah apabila mereka sudah mampu untuk menikah, karena menikah itu lebih menundukkan pandangan dan lebih membentengi kemaluan. Dan barangsiapa yang belum mampu untuk menikah, maka hendaklah ia berpuasa sebagai upaya untuk membentengi dirinya. Menikah memiliki posisi yang agung, sehingga Allah Swt. menamakan akad nikah sebagai “perjanjian yang berat”. Dalam menyongsong pernikahan juga tentunya diperlukan beberapa persiapan yakni: Persiapan Ruhiyyah (Keimanan); Persiapan Fikriyyah (Pemikiran); Persiapan Maaliyah (Harta); dan Persiapan Jasadiyyah (Fisik). Sehingga tujuan dari pernikahan yang meliputi Sakinah Mawaddah dan Rahmah dapat tercapai.

Tujuan dari pernikahan tentunya memiliki makna masing-masing dan tentunya saling melengkapi antara satu dan lainnya. Sakinah menurut Imam As-Suyuthi dalam Tafsir Jalalain memberi makna bahwa sakinah yaitu rasa nyaman dan rasa tentram. Artinya sebuah keluarga yang harmonis mendatangkan ketenangan dan kenyamanan merupakan idaman dari setiap keluarga. Sedangkan makna dari Mawaddah War-Rahmah yaitu perasaan kasih dan sayang yang dimiliki oleh kedua pasangan. Adapun makna kasih sayang yang dijelaskan oleh Imam Ibnu Katsir dalam kitabnya bahwa Mawaddah berarti rasa kasih atau cinta.

Beliau juga menambahkan beberapa upaya yang dapat kita lakukan untuk mewujudkan keluarga yang Sakinah dan Mawaddah War-Rahmah dengan memperhatikan beberapa poin diantaranya yakni:

  1. Memilih pasangan yang tepat.
  2. Berbuat baik pada keluarga.
  3. Berdoa.
  4. Upaya untuk memperbaiki pasangan.
  5. Menasehati dengan cara yang baik.
  6. Saling melengkapi dalam kekurangan berumah tangga.
  7. Berdzikir dan saling mengingatkan.
  8. Memperbanyak membaca Al-Qur’an dan menuntut ilmu Agama. (Cikal Aktar Muttaqin)

Ilustrasi membaca Al Quran. Foto: Shutterstock

Surat Ar-Rum yang dalam Bahasa Indonesia artinya 'Bangsa Romawi' merupakan surat ke-30 dalam Alquran. Dinamakan demikian karena Allah SWT mengawali surat ini dengan peristiwa yang terjadi di masa mendatang, yaitu kekalahan yang berlanjut dengan kebangkitan bangsa Romawi.

Dalam surat ini juga terkandung pesan agar manusia senantiasa menjaga alam sekitarnya. Tepatnya pada ayat ke 41 dan 42. Pesan ini sangat relevan, terlebih saat ini bumi banyak mengalami bencana karena tangan-tangan manusia. Untuk menambah pengetahuan agama, yuk pahami kandungan surat Ar-Rum ayat 41-42 berikut ini:

Bacaan Surat Ar-Rum ayat 41-42 dalam Bahasa Arab dan Artinya

Ilustrasi membaca Al Quran. Foto: Shutterstock

Mengutip buku Tadabur Al-Quran: Menyelami Makna Al-Quran dari Al-Fatihah sampai An-Nas (2018), pembahasan utama dalam surat Ar-Rum meliputi sejarah peperangan Romawi dan Persia, tema ekonomi tentang zakat dan riba, rahasia dari penikahan, asal usul manusia, serta penciptaan langit dan bumi.

Selain diciptakan untuk menyembah Allah, manusia juga ditugaskan untuk menjadi khalifah di bumi. Sebagai khalifah manusia bertugas untuk memanfaatkan dan memelihara alam. Namun akibat keserakahan dan tabiat-tabiat buruk manusia, lingkungan menjadi rusak dan kita sendiri yang menanggung akibatnya.

Islam memberi perhatian pada kelestarian lingkungan. Dalam surat Ar-Rum ayat 41-42, Allah berfirman:

ظَهَرَ الۡفَسَادُ فِى الۡبَرِّ وَالۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ اَيۡدِى النَّاسِ لِيُذِيۡقَهُمۡ بَعۡضَ الَّذِىۡ عَمِلُوۡا لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُوۡنَ

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

قُلۡ سِيۡرُوۡا فِى الۡاَرۡضِ فَانْظُرُوۡا كَيۡفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِيۡنَ مِنۡ قَبۡلُ‌ؕ كَانَ اَكۡثَرُهُمۡ مُّشۡرِكِيۡنَ

"Katakanlah (Muhammad), "Bepergianlah di bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)."

Ilustrasi mendekap Al Quran. Foto: Shutterstock

Mengutip Skripsi Relevansi Kandungan Al Qur'an Surat Ar Rum ayat 41 Dengan Pelestarian Lingkungan Pada Mapel Biologi tulisan Fauziati (2011), asbabun nuzul atau latar belakang turunnya ayat di atas menurut Tafsir Ibnu Katsir adalah petunjuk bahwa berkurangnya hasil tanaman dan buah-buahan adalah karena perbuatan maksiat manusia.

Sementara itu Ahmad Mustafa dalam Tafsîr al-Marâgî menyebut ayat 41 menjadi isyarat bahwa berbagai kerusakan di dunia adalah akibat dari peperangan dan penyerbuan pasukan-pasukan, pesawat-pesawat terbang, dan kapal-kapal perang karena manusia tidak dapat mengekang hawa nafsunya.

Isi Kandungan Surat Ar Rum Ayat 41-42

Ilustrasi keindahan alam bawah laut di Great Barrier Reef Foto: Shutterstock

Ahmad Mustafa mengatakan Allah tidak hanya menjelaskan bahwa kerusakan yang terjadi merupakan akibat dari perbuatan tangan manusia. Ia memberi petunjuk bahwa orang-orang yang hidup sebelumnya juga pernah melakukan kesalahan yang sama.

Karena perbuatan buruk tersebut Allah SWT menimpakan azab kepada mereka. Oleh sebab itu umat Islam diperintahkan untuk menjadikan peristiwa tersebut sebagai pelajaran. Umat-umat di masa lalu binasa karena keingkaran mereka kepada Allah serta berbuat onar terhadap sesama manusia dan lingkungan.

Melansir Kemenag, isi kandungan surat Ar-Rum ayat 41-42 antara lain:

  • Sebagai khalifah di muka bumi, manusia bertugas untuk memanfaatkan, mengelola, dan memelihara lingkungan.

  • Pemanfaatan alam yang dilakukan manusia seringkali tidak diiringi dengan usaha pelestarian.

  • Keserakahan manusia mengakibatkan kerusakan dan kesengsaraan kepada manusia itu sendiri. Misalnya banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, pencemaran air, dan lain sebagainya.

  • Allah SWT membiarkan sebagian manusia merasakan dampak buruk akibat perbuatannya sendiri.

  • Manusia tidak merasakan seluruh akibat buruk dari kerusakan lingkungan karena Allah menyediakan sistem alam untuk memulihkan kerusakannya.

  • Allah SWT adalah Dzat yang Maha Penyayang. Jika tidak, Ia telah membinasakan semua manusia.

  • Mempelajari sejarah masa lampau itu penting agar kita tidak mengulangi kesalahan yang sama di kemudian hari.

  • Bencana merupakan salah satu cara Allah SWT untuk menuntun hamba-Nya kembali ke jalan yang benar.