Jelaskan kandungan quran surat al mujadalah 58 11

g. Dalam tafsir aL-Azhar Ayat ini menunjukkan bahwa apabila seseorang berlapang hati kepada sesamanya dengan memberi kesenangan dan kebajikan, maka Allah SWT akan memberi kelapangan di dunia dan di akhirat.                   58 Ayat inipun mengandung dua tafsir, pertama, jika seseorang disuruh melapangkan majlis, yang berarti melapangkan hati, bahkan jika dia disuruh berdiri sekalipun lalu memberikan tempatnya kepada orang yang patut duduk dimuka, janganlah berkecil hati, melainkan hendaklah dia berlapang dada, karena orang yang berlapang dada itulah kelak orang yang akan diangkat Allah SWT Iman dan Ilmunya, sehingga derajatnya bertambah naik. Orang yang patuh dan sudi memberikan tempat kepada orang lain itulah yang akan bertambah ilmunya. Kedua, memang ada orang yang diangkat Allah SWT derajatnya lebih tinggi dari pada orang kebanyakan, “yaitu karena Imannya dan karena Ilmunya. Setiap hari pun dapat kita melihat raut muka, pada wajah, pada sinar mata orang yang beriman dan berilmu. Ada saja tanda yang dapat dibaca oleh orang arif dan bijaksana ”. 20 Iman memberi cahaya pada jiwa, sedangkan ilmu pengetahuan memberi sinar pada mata. Iman dan Ilmu membuat orang jadi mantap, agung, walau tidak ada pangkat dan jabatan yang disandangnya, sebab cahaya itu datang dari dalam dirinya sendiri. Pokok hidup utama adalah Iman dan pokok pengirimnya adalah Ilmu. Iman tidak disertai ilmu dapat membawa dirinya terperosok mengerjakan pekerjaan yang disangka menyembah Allah SWT, padahal mendurhakai Allah SWT. Sebaliknya orang yang berilmu saja tanpa disertai iman, maka ilmunya itu dapat membahayakan dirinya sendiri ataupun bagi 20 Ibid., h. 7226. sesama manusia. Ilmu manusia tentang atom misalnya, alangkah penting ilmu itu kalau disertai iman, karena dia akan membawa faedah yang besar bagi seluruh manusia. Tetapi ilmu itupun dapat digunakan orang untuk memusnahkan sesama manusia, karena jiwanya yang tidak terkontrol oleh iman kepada Allah SWT. Ayat tersebut di atas selanjutnya sering digunakan para ahli untuk mendorong diadakannya kegiatan di bidang ilmu pengetahuan, dengan cara mengunjungi atau mengadakan dan menghadiri majlis ilmu. “Orang yang mendapatkan ilmu itu selanjutnya akan mencapai derajat yang tinggi dari Allah SWT ”. 21 Dan berbicara tentang etika atau akhlak. Ketika berada di majlis ilmu, etika dan akhlak tersebut antara lain ditujukan untuk terciptanya ketertiban, kenyamanan, dan ketenangan suasana selama dalam majlis, sehingga dapat mendukung kelancaran kegiatan ilmu pengetahuan. Berarti Islam memang memotivasi kepada manusia untuk giat menuntut ilmu pengetahuan, karena dengan hal itu kedudukan kita akan tinggi dalam pandangan Allah SWT. Dari berbagai pendapat di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa sebagai umat Islam yang taat pada Rasulullah SAW, harus menjaga sopan santun, etika, dan akhlak kita di manapun kita berada dan bagaimanapun keadaan kita. Dan juga sebagai seorang muslim hendaknya kita saling tolong-menolong, memberi keluasan hati kepada saudara kita jika mereka membutuhkannya. Sesungguhnya Allah SWT menyukai dan memuliakan orang-orang yang telah beriman dan bertakwa dengan sebenar-benar iman, disertai dengan pengetahuan dan ilmu yang bermanfaat, baik ilmu umum maupun ilmu agama. Menuntut ilmu pengetahuan dalam arti luas yaitu ilmu pengetahuan umum dan ilmu agama, karena kedua ilmu tersebut yang dibutuhkan 21 Abuddin Nata, Al-Quran Dan Tafsirnya, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002, h. 157. manusia, khususnya umat Islam agar ilmu pengetahuan yang dipelajari dan diperolehnya dapat semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Jadi antara kedua ilmu itu harus saling berpadu, saling mengisi karena sejak awal mula aL-Quran diturunkan sudah mulai memerintahkan agar membaca berpikir dengan menyebut nama Allah SWT berzikir.       1 :96 “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Q.S. aL- „Alaq 96: 1” . 22 Perintah Allah SWT bacalah berarti berpikirlah secara teratur dan sistematik dan terarah dalam mempelajari firman dan ciptaan-Nya. Adapun dalam proses membaca harus dilaksanakan dengan menyebut nama Tuhanmu, berarti harus berpadu dengan zikir. 23 Karena mempelajari ilmu agama juga menjadi kewajiban bagi umat Islam sebagaimana firman Allah SWT:                         122 :9 “Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin pergi semuanya ke medan perang, mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepada-Nya, supaya mereka itu dapat menyadari dirinya.” dalam Q.S. at-Taubah 9:122. 24 Ayat tersebut memberikan petunjuk tentang kewajiban memperdalam ilmu agama dalam arti mempelajari sekaligus mengajarkannya pada orang lain, karena perbuatan ini juga mulia dan mendapatkan kedudukan yang tinggi dihadapan Allah SWT sama dengan berjihad mengangkat senjata melawan musuh. 22 A.Soenarjo dkk, Op.Cit., h. 1079. 23 R.H.A.Sahirul Alim, Menguak keterpaduan Sains, Teknologi, dan Islam, Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1999, h. 102. 24 A. Soenarjo, dkk, Op.,Cit., h. 301-302.

B. Interpretasi data penelitian

1. Nilai-Nilai Pendidikan Yang Terkandung Dalam Q.S aL-Mujadalah

58:11 Sebagaimana dijelaskan pada penafsiran diatas, bahwasanya dalam Q.S aL-Mujadalah 58:11 terdapat beberapa nilai pendidikan yang perlu diketahui. Diantara nilai-nilai tersebut adalah: a. Perintah bersikap baik Toleransi terhadap sesama, misalnya dalam suatu majlis, “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu, ‘Berlapang-lapanglah dalam majlis,’ maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.” Artinya akan ada balasan setimpal dari Allah AWT. Sebagaimana dalam hadits sahih dikatakan: “Barang siapa yang membangun sebuah masjid untuk Allah maka A llah akan membangun untuknya sebuah rumah di dalam syurga”. 25 b. Ayat diatas masih merupakan perintah tuntunan akhlak, yaitu menyangkut perbuatan dalam suatu majlis, bagaimana menjalin hubungan harmonis dalam suatu majlis. 26 c. Pentingnya memiliki ke-Imanan yang tinggi, bahwa iman memberi cahaya pada jiwa dan Allah SWT akan angkat derajat orang beriman. d. Nilai lainnya adalah wajibnya ber-Ilmu pengetahuan, sebab ilmu pengetahuan memberi sinar pada mata, dalam arti ilmu pengetahuan “terbatas pada materi yang dapat ditangkap oleh panca indera atau masalah-masalah rasional yang dapat dipahami oleh akal saja. Mereka tidak mempercayai berbagai sumber ilmu pengetahuan yang lain selain kedua sumber diatas”. 27 25 Muhammad Nasib aR-Rifai, Kemudahan Dari Allah, Ringkasan Tafsir Ibu Katsir, Jakarta: Gema Insani, 2000, h. 629 26 M. Quraish Shihab, Op.,Cit, h. 77 27 Yusuf Qardhawi, Fiqih Peradaban Sunnah Sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan, Surabaya, Dunia Ilmu, 1997, h. 103 Jika dicermati dalam ayat 11 pun masih merupakan nilai tuntunan akhlak. Jika dalam ayat 10 menyangkut pembicaraan rahasia, maka dalam ayat 11 adalah menyangkut etika perbuatan di muka umum majlis. Maksudnya adalah nilai tuntunan bagaimana menjalin hubungan harmonis dalam satu majlis. Firman Allah: Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepada kamu, oleh siapa pun: “berlapang-lapanglah” yakni berupayalah dengan sungguh-sungguh walau dengan memaksakan diri untuk memberi tempat orang lain dalam majlis-majlis yakni satu tempat, baik tempat duduk maupun bukan tempat untuk duduk, apabila diminta kepada kamu agar melakukan itu, maka lapangkanlah tempat itu untuk orang lain dengan suka rela. 28

2. Nilai-Nilai Pendidikan Integrasi Iman dan Ilmu Pengetahuan Yang

Terkandung Dalam Q.S aL-Mujadalah 58:11 Dari kerangka pemikiran diatas, maka ada beberapa nilai terkandung, diantaranya: a. Allah SWT akan mengangkat derajat orang-orang yang “beriman”, yang taat dan patuh kepada-Nya, melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya dan berusaha menciptakan suasana damai, aman dan tentram dalam masyarakat. 29 Maka nilai-nilai Ilahi, agama dan wahyu didudukan sebagai sumber konsultasi, sementara aspek-aspek kehidupan lainnya didudukan sebagai nilai-nilai insani yang mempunyai relasi horisontal lateral atau lateral sekuensal yang harus berhubungan vertikal linear dengan nilai- nilai Ilahi atau agama”. 30 b. Demikian pula, Allah SWT akan mengangkat derajat orang-orang yang “berilmu” yang menggunakan ilmunya untuk menegakan kalimat Allah SWT. “Berarti Islam memang memotivasi kepada manusia untuk giat menuntut ilmu pengetahuan, karena dengan hal itu kedudukan kita akan 28 Ibid., h. 77 29 Departemen Agama Republik Indonesia., Op.,Cit, h. 26 30 Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam Disekolah, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001, h. 47. tinggi dalam pandangan Allah SWT. Orang yang mendapatkan ilmu itu selanjutnya akan mencapai derajat yang tinggi dari Allah SWT”. 31 c. Kemudian orang-orang yang mempunyai derajat yang paling tinggi di sisi Allah SWT ialah “orang yang beriman, berilmu dan ilmunya itu yang diamalkan sesuai dengan yang diperintahkan oleh Allah SWT dan Rasul- Nya”. 32 Memang ada orang yang diangkat Allah SWT derajatnya lebih tinggi dari pada orang keba nyakan, “yaitu karena Imannya dan karena Ilmunya. Setiap hari pun dapat kita melihat raut muka, pada wajah, pada sinar mata orang yang beriman dan berilmu. Ada saja tanda yang dapat dibaca oleh orang arif dan bijaksana. Akan tetapi kalau tidak diamalkan sesuai perintah Allah maka akan sia- sia saja”. 33

3. Penerapan Pendidikan Integrasi Iman dan Ilmu Pengetahuan Yang

Terkandung Dalam Q.S aL-Mujadalah 58:11 Di dalam pendidikan Islam sarat dengan nilai dalam arti mencakup nilai keimanan dan juga nilai ilmu pengetahuan tetapi ada beberapa hal yang menjadi masalah dalam prakteknya yaitu adanya dikotomi antara ilmu-ilmu keagamaan dan ilmu-ilmu umum. 34 Jadi antara ilmu agama dan ilmu umum harus diseimbangkan melalui sistem yang terencana. Sebagaimana Fazlur Rahman yang menawarkan salah satu pendekatan yaitu, dengan menerima pendidikan sekuler modern sebagaimana telah berkembang secara umum di dunia barat, dan mencoba MengIslamkannya. 35 Pendekatan yang ditawarkan ini mempunyai dua tujuan yaitu, upaya membentuk watak pelajar dan mahasiswa dengan nilai-nilai Islam dalam kehidupan individu dan masyarakat. Para ahli berpendidikan modern “untuk menamai bidang kajian masing-masing dengan nilai-nilai Islam 31 Abuddin Nata, Al-Quran Dan Tafsirnya, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002, h. 157. 32 Departemen Agama Republik Indonesia., h. 27. 33 Ibid., h. 7226. 34 Abuddin Nata., Op.,Cit, h 4 35 Fazlur Rahman.,Op.,Cit, h. 67 pada perangkat-perangkat yang lebih menggunakan perspektif Islam untuk mengubah kandungan maupun orientasi kajian-kajian mereka ”. 36 Sedangkan Ismail Razi al-Faruqi juga menyatakan pandangan yang sama yaitu “sistem pendidikan Islam harus dipadukan dengan sistem pendidikan sekuler, perpaduan kedua sistem pendidikan tersebut diharapkan kan lebih banyak dilakukan dari pada sekedar memakai cara- cara sistem Islam dan cara-cara otonomi sistem sekuler ”. 37 Dari pandangan kedua tokoh tesebut pada dasarnya ada tiga pendekatan pembaharuan pendidikan Islam yaitu: “Pertama mengIslamkan pendidikan sekuler modern, artinya menerima pendidikan sekuler modern. Kedua menyederhanakan silabus-silabus tradisional, artinya mereformasi silabus-silabus pendidikan tradisional yang sarat dengan materi tambahan yang tidak perlu. Ketiga, menggabungkan cabang-cabang ilmu pengetahuan lama dengan cabang-cabang ilmu pengetahuan baru ”. 38 Untuk melakukan integrasi ilmu perlu melalui uji kebenaran ilmu dan metodologi yang selama ini disebut sekuler. Dalam pelaksanaannya pendidikan Islam harus mampu mengintegrasikan pendidikan Qalbiyah afektif yang selalu seiring dan berinteraksi dengan pendidikan Aqliyah Kognitif serta perlu diimbangi dengan nilai-nilai amaliyah Psikomotorik, sehingga dapat menimbulkan perilaku manusia yang religius, memiliki integritas dan kecerdasan ”. 39 Dengan perpaduan itu Islam akan benar-benar ditempatkan sebagai akar semua ilmu, sistem pendidikan dan sistem sosial dan kedua sistem itu harus dipadukan secara integral dari rumusan filosofis, sistem metodologi, kurikulum, materi, manajemen. Kemudian sistem pendidikan itu harus diisi semangat Islam dan berfungsi sebagai bagian integral dari program 36 Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas dan Transformasi Intelektual, Terj., Ahsin Muhammad, Bandung: Pustaka Pelajar 1985, h. 160. 37 Ismail Razi al-Faruqi, Islamisasi Pengetahuan, terj. Anas Mahyuddin, Bandung: Pustaka Perpustakaan Salman Institut Teknologi, 1984, h. 21. 38 Muhaimin, dkk, Op.,Cit h. 39. 39 Hujair AH. Sanaky., Op.,Cit, h. 133. idiologisnya, sehingga pendidikan Islam dapat meproduksi intelektual muslim dan mujtahid-mujtahid yang memiliki wawasan intelektual yang unggul. Integrasi antara pendidikan qalbiyah dan aqliyah akan dapat membangun dan melahirkan kualitas perilaku manusia yang unggul insan kamil yaitu, manusia yang memiliki ideologi, pengetahuan, idealisme, menghargai dan mentaati hukum, menghargai hak asasi manusia, menghargai perbedaan pluralisme, memiliki etos kerja, memiliki cita- cita perjuangan, serta siap membangun dan mewujudkan tatanan dunia yang rahmatan lil alamin. 40 Peran pendidikan Islam dalam lembaga pendidikan sebagai tempat belajar mengajar yang dapat menghasilkan manusia berintelektual dan berakidah, dan juga dalam masyarakat luas di mana di dalamnya berkembang budaya, sosial dan ekonomi pendidikan Islam harus memberi keuntungan bagi sumber daya masyarakat itu, dalam arti luas maka pendidikan Islam harus mampu mengembangkan pemahaman kehidupan manusia, kondisi lingkungan ilmu pengetahuan dan teknologi. Secara tegas aL-Quran telah mengatakan bahwa tidak sama antara orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui. Dalam firmannya Allah SWT berkata: ...              “… Adakah sama antara orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”. QS. az-Zumar 39 : 9. 41 “Karena manusia telah diberi akal yang digunakan untuk berpikir, menganalisa, memahami apa-apa yang terjadi dalam hidupnya. Dengan akalnya ia mengembangkan pengetahuannya sehingga menghasilkan 40 Abuddin Nata.,Op.,Cit h. 209 41 A. Soenarjo, Op.,Cit., Semarang: Thoha Putra, 1971, h. 747.