Jelaskan jenis bahaya yang dapat ditimbulkan dari letusan gunung api

Letusan gunung berapi dan gempa bumi adalah bencana yang kerap terjadi di Indonesia. Sebagian gempa bumi terjadi di sepanjang perbatasan lempeng bumi yang disebut Cincin Api (Ring of Fire). Sebagian wilayah di Indonesia terletak di daerah Cincin Api, antara lain Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, hingga Maluku. Cincin api adalah rentetan gunung berapi berbentuk tapal kuda sepanjang 40.000 km di tepian Samudra Pasifik.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi melaporkan bahwa sepanjang bulan Maret 2019 sudah terjadi beberapa kali letusan gunung berapi, yaitu Gunung Agung, Gunung Merapi, dan Gunung Bromo. Catatan sejarah menuliskan bahwa di Indonesia telah terjadi beberapa letusan dahsyat di masa lampau, diantaranya letusan Gunung Tambora  (1815) dan letusan Gunung Krakatau (1883). Dilansir dari National Geographic, berikut ini adalah lima bahaya vulkanik gunung berapi yang mengancam nyawa.

1. Kabut beracun

Jelaskan jenis bahaya yang dapat ditimbulkan dari letusan gunung api
unsplash.com/YoshGinsu

Kabut vulkanik atau vog adalah kabut yang mengandung belerang dioksida yang disemburkan oleh gunung berapi. Bahaya yang ditimbulkan adalah dari kabut ini adalah masalah pernapasan dan mata pedih.

2. Gempa bumi

Jelaskan jenis bahaya yang dapat ditimbulkan dari letusan gunung api
pixabay.com/Acturian

Letusan gunung berapi biasanya diawali dengan gempa bumi vulkanik. Gempa bumi membawa bahaya tersendiri seperti kerusakan struktur, tanah longsor, hingga tsunami dahsyat.

3. Aliran lava

Jelaskan jenis bahaya yang dapat ditimbulkan dari letusan gunung api
unsplash.com/JulienMillet

Magma adalah material panas di dalam kawah gunung berapi, yang jika dikeluarkan saat gunung meletus disebut lava. Lava yang mengalir dari celah vulkanik mencapai suhu 1093 derajat celsius. Suhu setinggi ini tentu dapat melelehkan apapun yang dilewatinya. Namun saat sudah tercampur dengan air sungai, air hujan, maupun material lain disekitar gunung, lava mulai mendingin dan disebut lahar.

Baca Juga: Ini 5 Pelajaran yang Bisa Kamu Petik Saat Mendaki Gunung Ijen

4. Semburan abu dan puing bebatuan

Jelaskan jenis bahaya yang dapat ditimbulkan dari letusan gunung api
unsplash.com/MarcSzeglat

Gunung berapi yang meletus menyemburkan ribuan ton abu, lumpur, serta bebatuan ke atmosfer. Material sebanyak ini dapat mengubur seisi kota, bahkan abu yang menyelimuti atmosfer dapat menghalangi sinar matahari dan menyebabkan "musim dingin vulkanik".

5. Aliran piroklastik

Jelaskan jenis bahaya yang dapat ditimbulkan dari letusan gunung api
unsplash.com/MarcSzeglat

Legenda terkuburnya kota Pompeii akibat letusan gunung berapi menjadi kisah yang sering dituturkan dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Diperkirakan seisi kota Pompeii terkubur akibat aliran piroklastik Gunung Vesuvius pada 4 Agustus tahun 79 Masehi. Aliran piroklastik adalah longsoran abu dan gas yang menuruni gunung berapi dengan kecepatan ratusan kilometer per jam. Suhu yang mencapai 538 derajat celcius membuat korban tewas dengan sangat cepat dan tubuhnya terselimuti abu hingga membatu.

Letusan gunung berapi dapat terjadi kapan saja. Kenali tanda-tandanya agar dapat bersiap-siap menyelamatkan diri sebelum letusan dahsyat benar-benar terjadi. Jika bertempat tinggal di daerah yang rawan terkena dampak letusan, ada baiknya sering update informasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Selain itu, dapat mengunjungi aplikasi dan website MAGMA Indonesia (Multiplatform Application for Geohazard Mitigation and Assesment in Indonesia). Tidak hanya bencana gunung meletus, kamu juga dapat melihat informasi bencana lainnya seperti tsunami, gempa bumi, tanah longsor, serta gerakan tanah secara realtime. Tetaplah waspada!

Baca Juga: Cari Tahu Gempa Hari Ini dengan 7 Aplikasi Pelacak Bencana Terbaik!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Reasuransi Umum

Geografis Indonesia  

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada koordinat 95º hingga 141º bujur timur dan 6º lintang utara hingga 11º lintang selatan dan berada diatas Ring of Fire.

 

Ring of fire merupakan jalur gunung api yang mengelilingi samudra pasifik dan memiliki bentuk seperti tapal kuda dengan panjang hingga 40,000 kilometer. Ring of fire terbentuk akibat aktivitas tektonik lempeng yang berada disekitar Samudra Pasifik yang saling bertabrakkan dan menciptakan gunung api. Oleh karena itu di Indonesia terdapat sebanyak 127 gunung api aktif.


 

Jelaskan jenis bahaya yang dapat ditimbulkan dari letusan gunung api

Jenis gunung api  

Gunung api aktif di Indonesia diklasifikasikan menjadi tiga tipe

  1. Gunung api tipe A, berjumlah 76. Merupakan gunung api yang memiliki catatan sejarah letusan sejak tahun 1600.
  2. Gunung api tipe B, berjumlah 30. Merupakan gunung api yang memiliki catatan sejarah letusan sebelum tahun 1600
  3. Gunung api tipe C, berjumlah 21. Merupakan gunung api yang tidak memiliki catatan sejarah letusan, tetapi masih memperlihatkan jejak aktivitas vulkanik, seperti solfatara atau fumarole

Dan menurut tipe letusannya terdapat 7 tipe letusan gunung api:
  1. Tipe Hawaiian: letusan gunung api memiliki lava yang cair, dapur magma sangat dangkal dan tekanan gas rendah
  2. Tipe Stromboli: letusan gunung api memiliki lava yang cair, dapur magma sangat dangkal dan tekanan gas sedang
  3. Tipe Vulkano: letusan gunung api memiliki lava yang cair, dapur magma dangkal dan tekanan gas sedang
  4. Tipe Perret: letusan gunung api memiliki lava yang cair, dapur magma sangat dalam dan tekanan gas tinggi
  5. Tipe Merapi: letusan gunung api memiliki lava yang cair, dapur magma sangat dangkal dan tekanan gas rendah
  6. Tipe Pelee: letusan gunung api memiliki lava yang kurang encer, dapur magma dangkal dan tekanan gas tinggi
  7. Tipe St. Vincent: letusan gunung api memiliki lava yang kurang encer, dapur magma dangkal dan tekanan gas sedang

Jelaskan jenis bahaya yang dapat ditimbulkan dari letusan gunung api

Bahaya gunung api

Jelaskan jenis bahaya yang dapat ditimbulkan dari letusan gunung api

Ketika gunung api sudah tidak dapat menampung aktivitas dapur magma, maka gunung api akan mengeluarkan seluruh isi magma yang beserta material lainnya keluar gunung api dengan ledakkan besar, aktivitas ini disebut sebagai erupsi gunung api. Erupsi gunung api tersebut akan menimbulkan beberapa kejadian yang membahayakan mahluk hidup disekitarnya dan juga merusak lingkungan sekitar. Berikut adalah beberapa macam bahaya yang ditimbulkan dari erupsi gunung api.

Lelehan Lava (Lava Flow): merupakan cairan lava yang pekat dan panas dapat merusak segala infrastruktur yang dilaluinya. Kecepatan aliran lava tergantung dari kekentalan magmanya, makin rendah kekentalannya, maka makin jauh jangkauan alirannya. Suhu lava pada saat dierupsikan berkisar antara 800° - 1200° C. Pada umumnya di Indonesia, lelehan lava yang dierupsikan gunungapi, komposisi magmanya menengah sehingga pergerakannya cukup lamban sehingga manusia dapat menghindarkan diri dari terjangannya.   

Aliran piroklastik/awan panas (Pyroclastic Flow): aliran piroklastik dapat terjadi akibat runtuhan tiang asap erupsi plinian, letusan langsung ke satu arah, guguran kubah lava atau lidah lava dan aliran pada permukaan tanah (surge). Aliran piroklastik sangat dikontrol oleh gravitasi dan cenderung mengalir melalui daerah rendah atau lembah. Mobilitas tinggi aliran piroklastik dipengaruhi oleh pelepasan gas dari magma atau lava atau dari udara yang terpanaskan pada saat mengalir. Kecepatan aliran dapat mencapai 150 250 km/jam dan jangkauan aliran dapat mencapai puluhan kilometer walaupun bergerak di atas air/laut.           

Jatuhan piroklastik (Ash & Bomb): Jatuhan piroklastik terjadi dari letusan yang membentuk tiang asap cukup tinggi, pada saat energinya habis, abu akan menyebar sesuai arah angin kemudian jatuh lagi ke muka bumi. Hujan abu ini bukan merupakan bahaya langsung bagi manusia, tetapi endapan abunya akan merontokkan daundaun dan pepohonan kecil sehingga merusak agro dan pada ketebalan tertentu dapat merobohkan atap rumah. Sebaran abu di udara dapat menggelapkan bumi beberapa saat serta mengancam bahaya bagi jalur penerbangan       

Lahar letusan: Lahar letusan terjadi pada gunungapi yang mempunyai danau kawah. Apabila volume air alam kawah cukup besar akan menjadi ancaman langsung saat terjadi letusan dengan menumpahkan lumpur panas.       

Gas vulkanik beracun: Gas beracun umumnya muncul pada gunungapi aktif berupa CO, CO2, HCN, H2S, SO2 dll, pada konsentrasi di atas ambang batas dapat membunuh.     


Gempa bumi: tingginya aktivitas magma yang menyebabkan ledakan / erupsi gunung api sekaligus terjadinya pelepasan energi secara tiba – tiba menyebabkan terjadinya gempa bumi. Selain bahaya yang secara langsung disebabkan oleh erupsi gunung api, terdapat juga bahaya susulan (bahaya sekunder) yang dapat terjadi setelah terjadinya erupsi gunung api

Lahar Hujan: lahar hujan terjadi apabila endapan material lepas hasil erupsi gunungapi yang diendapkan pada puncak dan lereng, terangkut oleh hujan atau air permukaan. Aliran lahar ini berupa aliran lumpur yang sangat pekat sehingga dapat mengangkut material berbagai ukuran. Bongkahan batu besar berdiameter lebih dari 5 m dapat mengapung pada aliran lumpur ini. Lahar juga dapat merubah topografi sungai yang dilaluinya dan merusak infrastruktur           

Banjir bandang: banjir bandang terjadi akibat longsoran material vulkanik lama pada lereng gunungapi karena jenuh air atau curah hujan cukup tinggi. Aliran Lumpur disini tidak begitu pekat seperti lahar, tapi cukup membahayakan bagi penduduk yang bekerja di sungai dengan tibatiba terjadi aliran lumpur.   

Longsoran vulkanik: longsoran vulkanik dapat terjadi akibat letusan gunungapi, eksplosi uap air, alterasi batuan pada tubuh gunungapi sehingga menjadi rapuh, atau terkena gempabumi berintensitas kuat. Longsoran vulkanik ini jarang terjadi di gunungapi secara umum sehingga dalam peta kawasan rawan bencana tidak mencantumkan bahaya akibat Longsoran vulkanik.          

 

Sumber: ESDM USGS

Kemendikbud