Oleh: Laeli Sugiyono PENGERTIAN inflasi adalah naiknya harga-harga barang dan jasa di suatu negara dalam jangka waktu panjang atau berkelanjutan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara ketersediaan barang dan uang. Sedangkan yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah suatu keadaan adanya peningkatan pendapatan yang terjadi karena peningkatan produksi pada barang dan jasa. Adanya peningkatan pendapatan ini tidak berkaitan dengan adanya peningkatan jumlah penduduk, dan bisa dinilai dari peningkatan output, teknologi yang makin berkembang, dan inovasi pada bidang sosial. Adapun kemiskinan diukur dengan menggunakan tingkat pendapatan, tingkat pengeluaran, juga kombinasi keduanya. Indonesia termasuk negara yang mengukur data kemiskinan menggunakan tingkat pengeluaran per kapita. Hubungan inflasi terhadap kemiskinan secara langsung dapat dijelaskan melalui fenomena perubahan daya beli masyarakat. Inflasi tinggi menaikan batas garis kemiskinan sebaliknya inflasi rendah menahan kenaikan batas garis kemiskinan. Naiknya garis kemiskinan secara nyata menciptakan kenaikan angka kemiskinan. Sebaliknya menahan laju kenaikan garis kemiskinan berpotensi dapat menurunkan angka kemiskinan. Hubungan inflasi terhadap kemiskinan secara tidak langsung melalui intervening variabel pertumbuhan ekonomi seperti yang diprakarsai oleh para ahli ekonomi makro yang sepakat bahwa inflasi yang rendah dan stabil akan mempunyai dampak positif terhadap petumbuhan ekonomi. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi yang inklusif dapat menurunkan pengangguran dan tingkat kemiskinan penduduk. Untuk menelaah pengaruh inflasi terhadap kemiskinan baik secara langsung maupun tidak langsung dapat diamati pada perubahan angka inflasi, pertumbuhan ekonomi dan tingkat kemiskinan di Provinsi Kawasan Pulau Jawa selama 2014-2019. Secara umum inflasi Provinsi di Kawasan Pulau Jawa selama 2014-2019 tergolong inflasi rendah di bawah 5%. Implikasi dari inflasi rendah di Provinsi Kawasan Pulau Jawa telah meningkatkan daya beli masyarakat sehingga mendorong penurunan angka kemiskinan penduduk. Selain itu, inflasi rendah dapat memicu pertumbuhan ekonomi. Ini dapat dijelaskan bahwa inflasi rendah sangat kuat dalam meningkatkan kemampuan daya beli masyarakat. Daya beli masyarakat yang tinggi, yang merupakan komponen inti dalam pengeluaran rumah tangga, berpengaruh kuat terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi. Selama 2014-2019 menunjukkan kecenderungan pertumbuhan ekonomi provinsi yang tumbuh positif dan naik di kawasan Pulau Jawa. Ini berimplikasi terhadap penurunan angka kemiskinan penduduk. Namun demikian dengan masih ditemukan lambatnya penurunan angka kemiskinan di Provinsi DI Yogyakarta perlu dicermati lebih mendalam selain pengendalian stabilitas inflasi yang memicu pertumbuhan ekonomi, maka perlu dikaji lebih mendalam dimensi kemiskinan penduduk sebagai outcome proses pembangunan ekonomi, yaitu indikator Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan. Selain itu, juga perlu dicermati angka ketimpangan sosial yang diukur dengan Indeks Gini Ratio. Masih banyak indikator makro dan mikro ekonomi di Provinsi DI Yogyakarta yang harus diperbaiki untuk mengejar ketertinggalan dalam pengentasan kemiskinan yang ujungnya mengerucut pada percepatan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Jatengdaily.com-yds
Jakarta - Pada akhir tahun tujuh puluhan orang mengenal istilah stagflation (stagnation and inflation), di mana inflasi terjadi berbarengan dengan stagnasi. Dewasa ini Indonesia menghadapi dua kondisi yang terjadi secara simultan yang sifatnya antagonistis, yakni pertumbuhan ekonomi berlangsung serentak dan kemiskinan. Dari satu segi, kondisi makro ekonomi berada dalam keadaan yang cukup meyakinkan. Tingkat inflasi relatif cukup terkendali pada tingkat satu digit, import-eksport berjalan cukup baik, tingkat bunga lumayan rendah dan cadangan devisa cukup tinggi untuk dapat menjamin import dalam waktu sedang, investasi cukup tinggi (angka-angkanya boleh dilihat sendiri dalam Laporan BPS, Laporan Bank Indonesia dan Nota Keuangan). Tetapi dari segi mikro, pengangguran dan kemiskinan makin meningkat. Urbanisasi meningkat terutama dari kelompok miskin dan pengemis. Tidak hanya di Jakarta, tetapi juga disemua kota-kota besar seluruh Indonesia. Semua ini menandakan adanya kemiskinan dan sempitnya kesempatan kerja di pedesaan. Dibandingkan dengan banyak negara lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak rendah. Bahkan ketika krisis keuangan global yang menimpa hampir semua negara, sebagai akibat dari krisis kredit perumahan (prime morgate loans) di Amerika, yang bermula pada tahun 2006 sampai tahun 2009, ekonomi Indonesia tidak mengalami goncangan yang berarti.Kemampuan untuk meredam akibat dari keuangan ini dapat terjadi berkat kebijakan makro ekonomi yang hati-hati dan tepat, di samping kondisi keterbukaan yang memangnya tidak sebesar negara-negara tetangga seperti Singapore dan Malaysia. Kemampuan Indonesia bertahan terhadap krisis keuangan tersebut menimbulkan keyakinan rakyat pada kemampuan pemerintah SBY Periode I, sehingga dapat memenangkan Pemilihan Umum untuk Priode II. Sayangnya keberhasilan dalam bidang ekonomi pada tataran makro ini tidak mampu menekan tingkat kemiskinan yang sejak lama sudah berlangsung.
(vit/vit) |