Jelaskan hal hal yang harus ditulis di bagian latar belakang pada proposal penelitian

Jika anda membuat skripsi, tesis, jurnal, disertasi atau bahkan buku maka pastilah dimulai dari sebuah permasalahan. Tanpanya mustahil karya ilmiah dibuat atau bahkan tanpa tujuan sama sekali. Kenyataannya setiap karya ilmiah pasti memiliki dasar penulisan yang menjelaskan suatu kejadian ataupun anomali yang mungkin terjadi baik dalam ilmu pengetahuan, sosial, hukum pasti bahkan masyarakat sendiri. Itulah mengapa penelitian serta karya ilmiah lahir untuk menawab tantangan atas sebuah masalah atau pertanyaan yang sampai sekarang belum bisa terjawab. Bahkan tidak jarang penelitian justru berangkat dari permasalahan sebelumnya yang gagal dijelaskan namun memiliki kesamaan pada dasar penulisannya. Setiap dasar penulisan tersebut terejawentahkan dalam bentuk latar belakang penelitian.

Latar belakang penelitian yang merupakan dasar penelitian otomatis menjadikannya sebagai titik penting dari penelitian itu sendiri. Sebuah penelitian harus berpijak terhadap apa yang mendahuluinya, entah itu sebuah studi, fenomena, kasus dan lain sebagainya yang menyebabkan sebuah penelitian harus ditulis. Selain itu latar belakang penelitian bukan hanya sebagai dasar pijakan penelitian, namun juga sebagai penjelas penting bagi setiap pembacanya. Pembaca karya ilmiah yang anda buat akan secara otomatis mengarahkan pandangannya terlebih dahulu pada latar belakang penelitian dikarenakan nilai pentingnya ada pada bagian tersebut. Itulah mengapa dalam beberapa hal latar belakang penelitian mendapatkan porsi lebih dari penilaian karya ilmiah. Tanpanya ilmu pengetahuan menjadi semu untuk dipelajari, apalagi untuk memahami arti penting dari penelitian tersebut.

Artinya jika anda ingin bahwa penelitian anda memang penting untuk dilakukan dan dapat menjelaskan sesuatu, anda harus menjelaskannya dengan baik pada bagian ini. Anda harus banyak bereksplorasi menemukan kata dan logika yang tepat ketika menuliskan dasar penelitian anda pada latar belakang penelitian. Dengan begitu pembaca penelitian anda menjadi tertarik untuk mempelajari dan mendalami karya anda. Selain itu ibarat sebuah jendela, latar belakang penelitian juga merupakan bukan hanya sebagai pembuka namun juga nantinya diharapkan dapat memberi pencerahan bagi orang yang membaca penelitian anda. Hal ini berlaku secara umum baik anda mengerjakan skripsi sampai disertasi, maupun dari karya ilmiah sampai buku. Oleh karena itulah setidaknya anda harus belajar membuat latar belakang pendidikan yang baik dan efektif.

Cara Membuat Latar Belakang Penelitian

Untuk menulis latar belakang pada dasarnya tergantung dari pengalaman anda ketika menulis. Anda tidak bisa menyebutnya mudah bagi yang sudah bisa menulis,namun juga tidak bisa dikatakan sulit bagi yang mungkin masih perlu belajar menulis. Anda harus mengetahui bahwa latar belakang penelitian bukanlah didasarkan pada cerita rakyat atau novel non-fiksi, melainkan suatu kejadian objektif yang secara teori bisa diulangi dan dibuktikan secara ilmiah. Itulah mengapa bahasa dalam latar belakang cenderung bergaya formal dan dalam beberapa hal tidak bertele-tele meskipun tetap membutuhkan ritme penulisan. Berikut cara membuat latar belakang penelitian secara umum:

  1. Menulis Fenomena, bukan Kasus

Suatu kejadian pasti terdapat kecenderungan tertentu entah menjadi aneh, unik, berlainan, bertentangan ataupun berbalik seperti deja vu. Hal inilah yang dinamakan fenomena, yaitu kecenderungan atas suatu kejadian atau keadaan yang telah terjadi. Penulisan fenomena merupakan dasar ilmiah dikarenakan sifatnya yang bisa terulang, dijelaskan dan nantinya dicari penyebabnya dalam sebuah penelitian. Anda bisa menuliskannya seperti sebuah kronologi kejadian dan respon atas suatu kejadian.

Jadi yang pertama kali anda tulis dalam latar belakang penelitian bukan kasusnya, melainkan kecenderungan atas suatu kejadian tersebut. Anda tetap bisa menuliskan kasus yang ada, namun harus dibarengi dengan kecenderungan atas suatu kejadian. Karena pada dasarnya anda nantinya harus bisa menjelaskan fenomena tersebut dalam konteks kasus yang anda tulis dalam karya ilmiah. Oleh karena itulah anda harus menekankan penulisan fenomena dalam latar belakang penelitian.

  1. Bisa Juga dari Kelemahan Studi Sebelumnya

Penulisan latar belakang juga bisa dimulai dari kelemahan studi sebelumnya, utamanya jika anda ingin membuat perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Kelemahan studi sebelumnya harus anda paparkan dengan perbandingan analisis dan asumsi. Biasanya hal ini digunakan dalam rangka membantah penelitian sebelumnya atau berusaha memaparkan sudut pandang lain dalam penelitian. Namun ketika anda memang ingin menulis dari kelemahan studi sebelumnya, anda harus memperhatikan terlebih dahulu studi yang ingin anda ambil supaya jelas apa yang berusaha anda lengkapi dari penelitian yang anda lakukan. Sehingga studi anda lebih “berisi” dan berguna untuk menjawab kelemahan penelitian sebelumnya.

Untuk melakukan hal ini, anda harus menjelaskan terlebih dahulu studi sebelumnya yang telah dipaparkan beserta asumsi teori yang dipakai. Lalu anda bisa menggunakan objek penelitian yang sama, atau dengan kasus lain yang memiliki kronologi fenomena yang sama sebagai pembanding. Pada titik perbandingan itulah anda lalu memaparkan dapat memaparkan kelemahan penelitian sebelumnya dan apa yang akan anda cari dalam penelitian anda.

  1. Kasus atau Objek Penelitian

Setelah itu anda bisa menuliskan kejadian yang terjadi baik kejadian singkat maupun versi beruntunnya. Penulisan kasus biasanya lebih utama jika dijelaskan secara ringkas dan poin menarik apa yang ada dalam kasus tersebut. Caranya anda tinggal menuliskan dimana, kapan dan apa yang terjadi dalam sebuah kejadian. Tambahan data kronologis biasanya juga bisa digunakan terutama untuk penelitian tingkat lanjut seperti dalam tesis atau disertasi.

Bisa juga anda menjelaskan terlebih dahulu kasus dalam sebuah latar belakang, namun harus dibarengi dengan fenomena atau kecenderungan kejadiannya. Ingat, anda pada dasarnya harus mengeksplorasi apa yang bisa diulang, bukan detail kejadian. Jadi pastikan anda menulis kasus dalam konteks terhubung dengan fenomena, baik fenomena baru ataupun sudah lama namun dengan bentuk yang berbeda. Hal itu lebih memudahkan anda ketimbang anda menuliskan sesuatu yang abstrak di latar belakang penelitian.

Jika anda sudah bisa menghubungkan fenomena dan kasus, maka yang anda lakukan selanjutnya adalah membuat asumsi. Asumsi adalah pendapat yang didasarkan pada kejadian yang nantinya bisa digunakan sebagai dasar pencarian atau rumusan masalah dalam sebuah penelitian. Asumsi ini bisa dikatakan merupakan pendapat anda secara pribadi baik subjektif maupun objektif, namun harus didasarkan pada kejadian atau data.

Caranya adalah anda paparkan pendapat anda dalam kejadian itu layaknya sebuah argumentasi umum beserta dengan kejadian atau data yang ada. Bisa juga anda tuliskan berdasarkan perbandingan fenomena yang terjadi dan diambil kesimpulannya secara singkat. Asumsi peneliti pada dasarnya diperbolehkan dalam penelitian selama didasarkan pada kedua hal tersebut (fenomena dan data). Selain itu gunakanlah asumsi penelitian yang efektif dan efisien agar tidak membingungkan bagi pembaca karya ilmiah anda.

  1. Apa yang hendak dicari dalam Penelitian

Terakhir, anda tinggal menuliskan apa yang hendak anda cari dalam latar belakang penelitian anda. Jelasnya anda dalam sebuah penelitian harus menetapkan apakah anda hendak menemukan sesuatu, membantahnya melalui tulisan ilmiah anda atau menemukan kebenaran lainnya. Hal ini nantinya menjadi dasar untuk merumuskan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian secara runtut.

Caranya anda bisa menyatakan secara khusus harapan dari penelitian ini. Bisa juga secara langsung anda nyatakan pencarian yang belum dilakukan pada penelitian sebelumnya beserta potensi temuan anda terhadap ilmu pengetahuan nantinya. Anda bisa juga menuliskan secara gamblang letak perbedaan-perbedaan penelitian anda dan harapan kontribusi dari penelitian yang anda lakukan. Hal ini bukan hanya akan membantu anda dalam merumuskan pertanyaan penelitian namun juga batasan penelitian yang anda lakukan nantinya.

Latar Belakang

Secara umum sosiologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat secara keseluruhan, yakni hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, baik formal maupun material, baik statis maupun dinamis. Sosiologi juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Sosiologi merupakan ilmu umum artinya sosiologi mempelajari gejala umum yang ada pada setiap interaksi manusia, bukan mempelajari ilmu dengan gejala khusus. Maka dari itu sosiologi mencakup segala aspek dalam kehidupan manusia, karena manusia adalah makhluk sosial yang hidup bermasyarakat dan selalu melakukan interaksi dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam penelitian ini peneliti melihat dari sudut pandang sosiologi pendidikan.

Menurut Dr. Ellwood, “sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang proses belajar dan mempelajari antara orang yang satu dengan orang yang lain”1

Manusia dalam kehidupannya selalu mengalami proses belajar dan mempelajari sesuatu. Di dalam proses tersebut setiap orang mempelajari orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka dari itu sosiologi pendidikan tidak lepas dari hubungan antara individu sebagai aktor yang mempelajari lingkungan sosialnya.

Dalam studi sosiologi pendidikan yang memadai mencakup pengertian individu dan lingkungan sosialnya, dimana individu dan lingkungan sosialnya tadi tidaklah berdiri sendiri-sendiri, tetapi terjalinlah hubungan timbal balik antara keduanya. Tingkah laku individu dari semenjak lahir sampai meninggal dunia adalah terus-menerus dikondisikan oleh kebudayaan masyarakat, maka sosiologi pendidikan tidak hanya bersasaran khusus kepada lembaga-lembaga atau medan pendidikan yang formal seperti sekolah tetapi harus meliputi juga lembaga-lembaga yang lain misalnya keluarga, kelompok permainan, lembaga-lembaga agama dan media-media lain.

Sasaran utama di dalam sosiologi pendidikan adalah peserta didik dan lingkungan sosialnya. Lingkungan sosial tersebut dapat mempengaruhi peserta didik dalam proses belajar. Tidak hanya itu sosiologi pendidikan juga bersasaran pada lembaga-lembaga, baik lembaga formal seperti sekolah atau lembaga non formal seperti keluarga dan lain-lain.

Sosiologi pendidikan lebih mengutamakan pembahasan pendidikan karakter dari sisi sosialisasi peserta didik sebagai individu (self) dalam hubungannya dengan masyarakat (society), termasuk nilai-nilai bersama yang dibangun dalam hubungan itu. 

Ahli-ahli pendidikan mengatakan bahwa sosiologi pendidikan tidak hanya berhubungan dengan tujuan-tujuan pendidikan, kurikulum, metode dan pengukuran, tetapi juga berhubungan dengan sekolah dan seluruh masyarakat. Salah satu lingkungan sosial dari pada individu si anak ini berhubungan dengan sikap orang tuanya, berhubungan dengan keluarga perbedaan bahasa dan cita-cita. Misalnya orang tua mengingankan agar anaknya melebihi dari pada orang tuanya.

Terdapat beberapa tujuan sosiologi pendidikan, salah satunya yaitu sosiologi pendidikan sebagai analisis proses sosialisasi. Di antara para ahli sosiologi pendidikan ada yang beranggapan bahwa seluruh proses sosiologi anak-anak merupakan pusat perhatian bidang studi ini. Mereka ini mengutamakan proses bagaimana kelompok-kelompok sosial mempengaruhi kelakuan individu.

Pendidikan sudah dimulai semenjak seorang individu pertama kali berinteraksi dengan lingkungan eksternal di luar dirinya, yakni keluarga. Keluarga mempunyai fungsi utama dalam pembentukan pribadi seseorang, keluarga memiliki fungsi pengantar pada masyarakat besar. Sebagai penghubung pribadi dengan struktur sosial yang lebih besar

Keluarga sebagai pengantar pada masyarakat besar berperan untuk mempersiapkan anak agar siap hidup di lingkungan sosial bermasyarakat. Untuk itu setiap keluarga perlu memberikan pendidikan baik pendidikan formal melalui sekolah maupun pendidikan agama.

Keluarga sebagai salah satu dari tri pusat pendidikan bertugas membentuk kebiasaankebiasaan (habit formations) yang positif sebagai fondasi yang kuat dalam pendidikan informal. Dengan pembiasaan tersebut anak-anak akan menngikuti/menyesuaikan diri bersama keteladanan orang tuanya. Orang tua yang tidak otoriter, akan dapat mentoleransi kemauan anak-anaknya. Dengan demikian akan terjadi sosialisasi yang positif dalam keluarga/rumah.

Keluarga sebagai salah satu pusat pendidikan maka keluarga bertugas dalam membentuk karakter yang baik bagi anak. Lingkungan keluarga yang baik maka akan membentuk karakter anak yang baik pula, namun keluarga yang buruk maka akan membentuk karakter yang buruk pula. Orang tua yang berprofesi sebagai pencuri maka tidak menuntut kemungkinan anak tersebut akan menjadi pencuri, karena anak akan melihat segala sesuatu yang dilakukan oleh orang tua. Sedangkan orang tua yang jujur dan peduli dengan pendidikan maka akan mengajarkan kejujuran serta peduli terhadap pendidikan bagi anak.

Di dalam dunia pendidikan peran orang tua sangat penting untuk mendukung minat belajar dan sekolah setiap anak. Karena orang tua adalah agen sosialisasi pertama dan paling penting bagi seorang anak. Dan keluargalah sudah barang tentu yang pertamatama pula menjadi tempat untuk mengadakan sosialisasi kehidupan anak-anak. Ibu, ayah dan saudara-saudaranya serta keluarga-keluarga yang lain adalah orang-orang yang pertama dimana anak-anak mengadakan kontak dan yang pertama dimana anakanak itu sebagaimana dia hidup dengan orang lain.

Orang tua memiliki peran sebagai orang yang membimbing dan mendidik anak ketika dia berada dirumah. Ketika berada disekolah anak akan dididik oleh guru. Ketika berada disekolah anak akan diajari dan dimotivasi bagaimana mendapat nilai bagus. Sedangkan ketika berada di rumah maka orang tua

selain mendidik dan membimbing mereka juga harus memotivasi anak agar tetap semangat untuk sekolah. Pendidikan karakter akan terbentuk didalam sebuah keluarga, cara mendidik orang tua akan berpengaruh kepada pola hidup dan cara berfikir anak.

Secara umum factor yang mempengaruhi kurangnya minat untuk bersekolah adalah karena masalah ekonomi keluarga yang kurang mampu. Namun disini peneliti bukan menekankan pada segi ekonomi keluarga, namun dari segi pendidikan, pengetahuan dan pengalaman orang tua tentang pendidikan dan sekolah, serta dorongan dari orang tua untuk mendukung anaknya untuk terus sekolah. Penelitian dilakukan di desa Ngingasrembyong karena jika diilihat dari segi pendidikan masyarakat desa Ngigasrembyong pada tahun 2015 yang tecatat sebagai sarjana ada 60 orang dari 3765 penduduk.

Ini membuktikan bahwa masyarakat kurang berminat untuk sekolah khususnya pada tingkat perguruan tinggi. Maka dari sini perlu dilakukan penelitian terkait tentang peran orang tua dalam memberikan motivasi sekolah pada remaja.