Jelaskan faktor penghambat perkembangan industri pariwisata

Jelaskan faktor penghambat perkembangan industri pariwisata

Jelaskan faktor penghambat perkembangan industri pariwisata
Lihat Foto

Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Nelayan dan relawan mengumpulan ratusan sampah di Pulau Tabuhan Banyuwangi Senin (18/7/2016)

JAKARTA, KOMPAS.com - Dua tahun pemerintahan Joko Widodo - Jusuf Kalla telah bergulir. Berbagai kementerian telah menjalankan tugasnya tak terkecuali Kementerian Pariwisata.

"Pemasaran sudah berhasil, target 7,1 juta wisatawan, dan bisa sampai 7,3 juta di bulan Agustus. Kita kita harapkan tercapai 12 juta artinya tumbuh 15 persen," kata Menteri Pariwisata Arief Yahya di Kantor Kepala Staf Kepresidenan, Jakarta, Selasa (25/10/2016).

Dalam paparan kinerja Kementerian Pariwisata yang KompasTravel terima, berbagai capaian telah dilakukan.

(BACA: 2 Tahun Jokowi-JK, Ini Pencapaian Kemenpar di 4 KEK Pariwisata)

Seperti di Tanjung Kelayang, capaian yang telah diraih pemerintah adalah Pembangunan Mobile Power Plant  (pembangkit bergerak) 25 MW, pembangunan PLTD berbahan Crude Palm Oil (CPO) kapasitas 5 MW, peningkatan status bandara menjadi bandara internasional, dan peningkatan kualitas air bersih.

Sementera di Borobudur, pemerintah sedang dalam proses penetapan luas lahan BOP Borobudur seluas 297,6 ha (milik Perhutani) terletak di kabupaten Purworejo dan 18 ha (sultan ground) di Kulon Progo. Namun dalam perjalanannya tak selalu mulus.

Jelaskan faktor penghambat perkembangan industri pariwisata

Jelaskan faktor penghambat perkembangan industri pariwisata
Lihat Foto

Kompas.com/Ika Fitriana

Aparat Polisi mengenakan pakaian dinas kombinasi pakaian adat Magelang di Candi Borobudur.

Beragam hambatan dan tantangan dihadapi jajaran Kementerian Pariwisata. Berikut hambatan dan tantangan dalam pengembangan pariwisata Indonesia yang diakui oleh Kementerian Pariwisata.

1. Kurangnya konektivitas, pelayanan dasar, dan infrastruktur untuk melayani wisatawan.

2. Kompleksitas dan ketidakpastian investasi dan iklim bisnis

3. Kebersihan dan kesehatan (hygiene and sanitation)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menyatakan ingin membuat pariwisata menjadi volume rendah, nilai lebih tinggi, dan lebih berkelanjutan atau dikenal dengan konsep sustainable tourism. Pariwisata juga diharapkan lebih peka terhadap komunitas lokal dan terhadap budaya lokal.

Garis besarnya, bukan jumlah atau banyaknya wisatawan yang diharapkan datang, tapi lebih pada kualitas wisatawan tersebut. Kalau mereka tinggal lebih lama di sebuah daerah wisata, lalu mengeluarkan banyak uang untuk berbagai hal, banyak sektor yang terbantu dan merasakan dampaknya.

Selain itu, konsep wisata berkelanjutan atau sustainable tourism dinilai sebagai aspek terpenting bagi pengembangan sektor pariwisata di era pandemi Covid-19 ini. Pariwisata berkelanjutan ini juga diyakini selaras dengan kebijakan protokol kesehatan.

Menurut Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati atau Cok Ace, destinasi wisata di masa pandemi ini akan mengedepankan prinsip pariwisata berkelanjutan yang menonjolkan daya tarik budaya, alam dan masyarakat Bali. Dia menyebut bahwa daya tarik Bali tidak hanya pada keindahan alamnya saja, tetapi juga budaya dan tradisi yang ditanamkan oleh masyarakat Bali.

Ia juga berharap, konsep pariwisata sustainable tourism ini membuat Bali tidak hanya dikenal memiliki lanskap pantai yang indah tapi juga nilai budaya yang dijunjung oleh masyarakat.

"Sustainable tourism adalah konsep pariwisata yang sangat sederhana. Pariwisata yang tidak merusak kekuatan daya tariknya. Apa yang menjadi daya tarik Bali adalah alam, manusia, dan budaya. Metodenya juga lebih ramah lingkungan dan cocok diterapkan di masa pandemi seperti sekarang ini," ucap Cok Ace dalam webinar sustainable tourism yang diadakan MVB Indonesia, Kamis, 2 September 2021.

Ia menyebutkan ada banyak faktor pendukung untuk mewujudkan wisata berkelanjutan di Bali. Di antaranya, masyarakat Bali punya kesadaran kolektif, kearifan lokal sejak lama, dan masih menjaga dan merawat modal sosial, seperti misalnya nilai adat istiadat, tradisi, budaya, dan lingkungan.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Scroll down untuk melanjutkan membaca

masyarakat. Sehingga diharapkan wisatawan atau pengunjung bisa tertahan dan dapat menghabiskan waktu di tengah-tengah masyarakat dengan kebudayaannya yang dianggap menarik. c. Modal dan potensi manusia. Manusia dapat dijadikan atraksi wisata yang berupa keunikan-keunikan adat istiadat maupun kehidupannya namun jangan sampai martabat dari manusia tersebut direndahkan sehingga kehilangan martabatnya sebagai manusia.

2.6 Faktor Penghambat Pengembangan Obyek Wisata

Pengembangan obyek wisata pastilah tidak lepas dengan adanya faktor- faktor penghambat. Beberapa permasalahan yang menyebabkan kurangnya daya tarik wisata obyek wisata yang ada di Kabupaten Pati adalah belum tertatanya dengan baik berbagai macam potensi wisata maupun sarana dan prasarana obyek wisata di Kabupaten. Masih rendahnya kualitas pariwisata di Kabupaten Pati diakibatkan karena kurangnya pengembangan, pengelolaan, dan perawatan terhadap potensi wisata. Keterbatasan sarana dan prasarana penunjang pariwisata juga merupakan masih rendahnya kualitas pariwisata di Kabupaten Pati. Hal tersebut merupakan dampak dari kurangnya alokasi anggaran dana yang diperuntukan bagi pengembangan sektor pariwisata. Kurangnya perhatian pemerintah Kabupaten untuk mengembangkan potensi wisata dan belum ditempatkannya prioritas Pemerintah Kabupaten Pati terhadap pengembangan sektor pariwisata merupakan beberapa penyebab masih belum optimalnya usaha peningkatan kualitas pariwisata di Kabupaten Pati Heri, 2011 : 24

2.7 Pengembangan Obyek Wisata

Pengembangan pariwisata bertujuan memberikan keuntungan baik bagi wisatawan maupun warga setempat. Basis pengembangan pariwisata adalah potensi sumber daya keragaman budaya, seni, dan alam pesona alam. Pengembangan sumber daya tersebut dikelola melalui pendekatan peningkatan nilai tambah sumber daya secara terpadu antara pengembangan produk pariwisata dan pengembangan pemasaran pariwisata melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat lokal dalam rangka pengembangan pariwisata. Dalam GBHN 1999 disebutkan bahwa mengembangkan pariwisata melalui pendekatan sistem yang utuh dan terpadu bersifat interdisipliner dan partisipatoris dengan menggunakan kriteria ekonomis, teknis, agronomis, sosial budaya, hemat energi, melestarikan alam dan tidak merusak lingkungan. Berdasarkan hal tersebut diatas maka pembangunan kepariwisataan memiliki 3 tiga fungsi atau tri-fungsi, yaitu : a. Menggalakkan kegiatan ekonomi. b. Memelihara kepribadian bangsa dan kelestarian fungsi lingkungan hidup, dan c. Memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa serta menanamkan jiwa, semangat dan nilai-nilai luhur bangsa dalam memperkokoh persatuan dan kesatuan nasional. Berdasarkan itu untuk tercapainya tri-fungsi tersebut maka harus ditempuh 3 tiga macam upaya, yaitu : a. Pengembangan obyek dan daya tarik wisata. b. Meningkatkan dan mengembangkan promosi dan pemasaran c. Meningkatkan pendidikan dan pelatihan kepariwisataan Setianingsih, 2006: 44. Menurut Wahab 2003 : 110 ada dua hal yang dapat ditawarkan kepada wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah ujuan wisata, dimana kedua hal tersebut dapat berupa alamiah atau buatan manusia, yaitu : 1. Sumber-sumber alam a. Iklim : udara lembut, bersinar matahari, kering dan bersih. b. Tata letak tanah dan pemandangan alam : dataran, pegunungan yang berpanorama indah, danau, sungai, pantai, bentuk-bentuk yang unik, pemandangan yang indah, air terjun, daerah gunung berapi, gua dll c. Unsur rimba : hutan-hutan lebat, pohon-pohon langka, dan sebagainya d. Flora dan fauna : tumbuhan aneh, barang-barang beragam jenis dan warna, kemungkinan memancing, berburu dan bersafari foto binatang buas, taman nasional dan taman suaka binatang buas dan sebagainya. e. Pusat-pusat kesehatan : sumber air mineral alami, kolam lumpur berkhasiat untuk mandi, sumber air panas untuk penyembuhan penyakit dan sebagainya. 2. Hasil karya buatan manusia yang ditawarkan : a. Yang berdiri sejarah, budaya dan agama : 1 Monumen-monumen dan peninggalan-peninggalan bersejarah dari masa lalu. 2 Tempat-tempat budaya seperti museum, gedung kesenian, tugu peringatan, perpustakaan, pentas-pentas budaya rakyat, industri seni kerajinan tangan dan lain-lain. 3 Perayaan-perayaan tradisional, pameran-pameran, eksebisi, karnaval, upacara-upacara adat, ziarah-ziarah dan sebagainya. 4 Bangunan-bangunan raksasa dan biara-biara keagamaan. b. Prasarana-prasarana 1 Sistem penyediaan air bersih, kelistrikan, jalur-jalur lalu lintas, sistem pembuangan limbah, sistem telekomunikasi dan lain-lain. 2 Kebutuhan pokok pola hidup modern misalnya. 3 Rumah sakit, apotek, bank, pusat-pusat perbelanjaan, rumah- rumah penata rambut, toko-toko bahan makanan, kantor-kantor pemerintah polisi, penguasa setempat, pengadilan dan sebagainya, kedai obat, toko-toko kacamata,warung-warung surat kabar, toko-toko buku, bengkel-bengkel kendaraan bermotor, pompa-pompa bensin dan lain-lain. c. Prasarana wisata yang meliputi 1 Tempat penginapan wisatawan 2 Tempat menemui wisatawan 3 Tempat-tempat rekreasi dan sport : fasilitas sport untuk musim dingin dan panas, fasilitas perlengkapan sport darat dan air dan lain-lain. d. Sarana pencapaian dan alat transportasi penunjang : meliputi pelabuhan udara, laut bagi negara-negara yang berbatasan dengan laut, sungai atau danau multinasional, keret api dan alat transportasi darat lainnya, kapal-kapal, sistem angkutan udara, angkutan di pegunungan dan lain-lain. e. Sarana pelengkap : seperti halnya prasarana, maka sarana pelengkap ini berbeda menurt keadaan perkembangan suatu negara. Pada umumnya sarana ini meliputi gedung-gedung yang menjadi sumber produksi jasa-jasa yang cukup penting tetapi tidak mutlak diperlukan oleh wisatawan. Umumnya sarana pelengkap ini bersifat rekreasi dan hiburan seperti misalnya : gedung-gedung, sandiwara, bioskop, kasino, night club, kedai-kedai minum, warung-warung kopi, klub- klub dan lain-lain. f. Pola hidup masyarakat yang sudah menjadi salah satu khasanah wisata yang sangat penting. Cara hidup bangsa, sikap, makanan dan sikap pandangan hidup, kebiasaan, tradisi, adat istiadat semua itu menjadi kekayaan budaya yang menarik wisatawan ke negara mereka. Hal ini berlaku khususnya negara-negara sedang berkembang yang masyarakat tradisionalnya berbeda dari masyarakat tempat wisatawan itu berasal. Modal dasar yang penting yakni sikap bangsa dari negara tersebut terhadap wisatawan misalnya keramah tamahan, keakraban, rasa suka menolong dan tidak bertindak mengeksploitasi dan lain-lain. Menurut Pendit 2002:11 industri parwisata harus ditegakkan di atas landasan prinsip-prinsip dasar yang nyata yang disebut dasar unsur atau dasasila yang meliputi politik, pemerintahan, perasaan ingin tahu, sifat ramah tamah, jarak waktu, atraksi, akomodasi, pengangkutan, harga-harga, publisitas dan promosi serta kesempatan berbelanja. Bagi suatu daerah yang ingin mengembangkan atau membangun industri pariwisata maka harus memperhatikan dasasila pariwisata sebagai landasan perhitungan bagi perencanaan sehingga industri pariwisata dapat memberi hasil yang maksimal bagi pembangunan daerah yang bersangkutan. Pengembangan kepariwisataan tentu tidak luput dengan pembangunan yang berkelanjutan untuk mendorong pengembangan objek wisata dalam hal ini menurut Undang-Undang No.9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan, pasal 5, menyatakan bahwa Pembangunan Obyek dan Daya Tarik Wisata ODTW dilakukan dengan cara mengusahakan, mengelola, dan membuat obyek-obyek baru sebagai obyk dan daya tarik wisata, kemudian pasal 6 dinyatakan bahwa, pembangunan obyek dan daya tarik wisata dilakukan dengan memperhatikan : 1. Kemampuan untuk mendorong peningkatan perkembangan kehidupan ekonomi dan sosial budaya. 2. Nilai-nilai agama, adat istiadat, serta pandangan dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. 3. Kelestarian budaya dan mutu lingkungan hidup. 4. Kelangsungan usaha pariwisata itu sendiri. Dalam penilitian ini pengembangan wisata dilakukan di Obyek Wisata Waduk Gunungrowo Indah. Dengan kekayaan alam yang dimiliki dan keindahannya serta melimpahnya sumber air di Waduk Gunungrowo Indah. Hal tersebut merupakan menjadi pendorong untuk pengembangan Obyek Wisata Waduk Gunungrowo Indah supaya memberikan daya tarik tersendiri sehingga menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan sehingga akan meningkatkan pendapatan Obyek Wisata Waduk Gunungrowo Indah khususnya dan meningkatkan PAD Kabupaten Pati umumya.

2.8 Penelitian Terdahulu