PENJURU.ID | Internasional – Turki merupakan salah satu negara yang berada di kawasan Eurasia, Negara yang menyimpan banyak sejarah di balik bangunan dan kehidupan kotanya, Turki juga berperan penting bagi peradaban islam, hingga tercatat sebagai imperium kekhalifahan islam tertua di dunia. Kesultanan Ottoman atau Turki Ustmani ini berhasil mengepakan sayap hingga sepertiga luas dunia. Bangunan-bangunan bersejarah yang ada di semenanjung Anatolia ini menjadi saksi bisu kejayaan islam di Benua Eropa. Mari kita simak beberapa peninggalan kejayaan islam yang ada di Turki seperti yang tim penjuru.id rangkum dari berbagai sumber. Hagia Sophia baru saja dirubah fungsinya dari museum menjadi masjid, pada masa Presiden Recep Tayyip Erdogan. Hagia Sophia yang dalam bahasa Latin bernama Sancta Sophia terletak di Istanbul, Turki. Hagia Sophia merupakan bangunan kuno bersejarah yang sangat indah dan besar dan juga menjadi properti kesultanan Turki Utsmani yang menguasai Istanbul pada 1453. Bangunan ini awalnya merupakan gereja Kristen. Bangunan dengan julukan The Great of Chrush ini merupakan bukti kejayaan Islam pada masa Turki Utsmani.
Istana Topkapi adalah istana kediaman resmi Sultan Utsmani selama lebih dari 600 tahun (1465 –1856) yang berada di Istanbul. Pembangunan istana ini dimulai pada tahun 1459 atas perintah Sultan Mehmed II. Komplek istana terdiri dari empat lapangan utama dan banyak bangunan-bangunan kecil. Selain sebagai tempat tinggal kerajaan istana, bangunan itu juga digunakan untuk acara-acara kenegaraan dan hiburan kerajaan. Sekarang istana yang indah ini menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan dan berisi peninggalan suci yang penting dalam sejarah islam. Setelah jatuhnya Kerajaan Utsmani pada tahun 1921, istana ini dijadikan museum berdasarkan dekrit pemerintah tanggal 3 April 1924. Istana ini merupakan bagian dari “Wilayah Bersejarah Istanbul” yang merupakan situs warisan dunia oleh UNESCO.
Masjid Biru atau Masjid Sultan Ahmed ini dikenal dengan interior yang dominan berwarna biru. Masjid ini dibangun antara 1609 dan 1616 atas perintah Sultan Ahmed I, yang kemudian menjadi nama dari masjid tersebut. Hal yang menarik dari masjid biru ini adalah karangan kaligrafi karya Seyyid Kasim Laubari. Tatanan interior dan eksterior masjid dipenuhi oleh kaligrafi-kaligrafi yang bernilai seni tinggi. Bebeda dengan Hagia Sophia, masjid ini hingga kini masih berfungsi sebagai tempat peribadatan umat Muslim. Berada di wilayah Turki, tepatnya di pusat Anatolia terdapat sebuah kota yang dinamakan Konya. Selama berabad-abad, banyak orang keluar masuk kota ini. Pada abad ke-13, nama kota ini makin dikenal ke mancanegara, tepatnya pada nama kejayaan suku Seljuk Turki. Seorang sufi bernama Jalaluddin Rumi (1207-1273), ikut andil dalam mengharumkan kota ini. Di kota Konya inilah tokoh tasawuf dan sastrawan Jalaluddin Rumi menghabiskan sebagian besar usianya hingga ia wafat. Hingga kini, Museum Mevlana rutin dikunjungi oleh wisatawan dan peziarah lokal mencapai 1,5 juta orang per tahunnya. Museum ini disebut juga Istana Kebun Mawar atau Rose Garden, karena banyak ditanami bungan mawar beraneka warna. Pada musim semi, akan tampak ribuan bunga mawar yang mekar dan semerbak mewangi diseluruh area museum. Kota Istanbul yang dulunya bernama Konstantinopel ini memiliki pasar tertutup yang tertua dan terbesar di dunia. Ya, itulah Grand Bazaar (Kapalicarsi). Di tempat inilah perdagangan antara dua kerajaan dunia bertransaksi. Grand Bazzar menyajikan beragam pernak-pernik dan oleh-oleh khas Turki. Pasar ini telah berdiri sejak tahun 1455 pada pemerintahan Turki Utsmani dan bertahan hingga kini. Lokasinya terletak di komplek kota tua Istanbul, tepatnya di distrik Fatih, yang jaraknya dekat dengan Masjid Biru dan Hagia Sophia. Demikianlah beberapa bangunan peninggalan kejayaan dari Turki Utsmani, dan masih banyak lagi peninggalan-peninggalan bersejarah yang ada di semenanjung Anatolia ini. Bangunan-bangunan ini adalah saksi bisu kejayaan islam di Benua Eropa. (LA)
Pendahuluan
Pembahasan
Pada awalnya kerajaan Turki Usmani
hanya memiliki wilayah yang sangat kecil, namun dengan adanya dukungan militer,
tidak beberapa lama Turki Usmani menjadi kerajaan yang besar bertahan dalam
kurun waktu yang lama. Kemajuan dan perkembangan ekspansi kerajaan Turki Usmani yang demikian luas dan berlangsung cepat itu diikuti pula oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang –bidang kehidupan yang lain, diantaranya sebagai berikut:
Para pemimpin kerajaan Turki Usmani adalah orang-orang yang
kuat, sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan luas. Namun,
kerajaan Turki Usmani mencapai masa keemasannya bukan semata-mata karena
keunggulan politik para pemimpinnya. Akan tetapi yang terpenting diantaranya
adalah keberanian, ketrampilan, ketangguhan, dan kekuatan militernya yang
sanngup bertempur kapan saja dan dimana saja.
Orkhan juga membenahi angkatan laut karena ia mempunyai
peranan yang besar dalam perjalanan ekspansi Turki Usmani. Pada abad ke-16,
angkatan laut Turki Usmani mencapai puncak kejayaan, karena dengan cepat dapat
menguasai wilayah yang amat luas baik di Asia, Afrika, maupun Eropa.
Suksesnya Ekspansi Turki Usmani selain karena ketangguhan
tentaranya juga dibarengi pula dengan terciptanya jaringan pemerintahan yang
teratur. Dalam mengelola wilayah yang luas para raja-raja Turki Usmani
senantiasa bertindak tegas. Dalam struktur pemerintahan, sultan sebagai
penguasa tertinggi. Dibantu oleh shadr al-a’zham (perdana menteri) yang
membawahi pasya (gubernur). Gubernur mengepalai daerah tingkat I. di bawahnya
terdapat beberapa orang al-Zanaziq atau ‘Alawiyah (bupati).
Turki Usmani merupakan bangsa yang berdarah militer,
sehingga lebih banyak memfokuskan kegiatan mereka dalam bidang kemiliteran.
Sementara dalam bidang ilmu pengetahuan tidaklah begitu menonjol. Karena itulah
dalam khazanah intelektual Islam kita tidak menemukan ilmuwan terkemuka dari
Turki Usmani.
Namun demikian, mereka banyak berkiprah dalam pengembangan
seni arsitektur Islam berupa bangunan-bangunan masjid yang indah. Seperti
masjid Al-Muhammadi atau masjid Jami’ Sultan Muhammad Al-Fatih, masjid Agung
Sulaiman, dan masjid Abi Ayyub Al-Anshari. Masjid-masjid tersebut dihiasi pula
dengan kaligrafi yang indah. Selain itu, pada masa sultan Sulaiman I di kota-kota besar dan kota-kota lainnya banyak di bangun masjid, sekolah, rumah sakit, gedung, makam, jembatan, saluran air, villa, dan pemandian umum.
Pengaruh dari ekspansi wilayah Turki Usmani yang sangat
luas, sehingga kebudayaannya merupakan perpaduan macam-macam kebudayaan.
Diantaranya adalah kebudayaan Persia, Bizantium, dan Arab.
Dari kebudayaan Persia, mereka banyak mengambil
ajaran-ajaran tentang etika dan tata krama dalam istana raja-raja. Dari
Bizantium, organisasi pemerintahan dan kemiliteran banyak diserap. Sedangkan
dari Arab, mereka banyak menyerap ajaran-ajaran tentang prinsip-prinsip
ekonomi, sosial kemasyarakatan, keilmuan, dan bahasa/huruf. Orang-orang Turki Usmani memang terkenal sebagai bangsa yang suka dan mudah berasimilasi dengan bangsa asing dan terbuka untuk menerima kebudayaan luar.
Agama dalam tradisi masyarakat Turki Usmani mempunyai
peranan besar dalam lapangan sosial dan politik. Masyarakat digolong-golongkan
berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga
fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku. Di lain pihak, kajian-kajian ilmu keagamaan seperti: Fiqh, ilmu kalam, Tafsir, dan Hadist boleh dikatakan tidak mengalami perkembangan yang berarti. Para penguasa lebih cenderung untuk menegakkan satu paham (Madzab) keagamaan dan menekan Madzab lainnya. Contoh Sultan Abd Al-Hamid II begitu fanatik terhadap aliran Ash-‘Ariyah. Akibat kelesuan di bidang ilmu keagamaan dan fanatik yang berlebihan, maka ijtihad tidak berkembang. B. Kemunduran dan Kejatuhan Turki Usmani
Kerajaan Turki Usmani banyak berjasa terutama dalam
perluasan wilayah kekuasaan Islam ke benua Eropa. Ekspansi kerajaan Turki
Usmani untuk pertama kalinya lebih ditujukan ke Eropa Timur yang belum masuk
dalam wilayah kekuasaan dan agama Islam. Akan tetapi, karena dalam bidang
peradaban dan kebudayaan (kecuali dalam hal-hal yang bersifat fisik)
berkembangnya jauh berada di bawah kemajuan politik. Sehingga bukan saja
negeri-negeri yang sudah ditaklukkan akhirnya melepaskan diri dari kekuasaan
pusat, tetapi masyarakatnya juga tidak banyak lagi yang memeluk agama Islam.
Kemajuan-kemajuan Eropa dalam teknologi militer dan industri
perang membuat kerajaan Usmani menjadi kecil di hadapan Eropa. Akan tetapi,
nama besar Turki Usmani masih membuat Eropa barat segan untuk menyerang atau
mengalahkan wilayah-wilayah yang berada di bawah kekuasaan Turki Usmani.
Sejak kekalahan dalam pertempuran di Wina, Turki Usmani juga
menyadari akan kemundurannya dan kemajuan barat. Usaha-usaha pembaharuan mulai
dilakukan dengan cara mengirim duta-duta ke negara-negara Eropa terutama
Prancis untuk mempelajari suasana kemajuan di sana dari dekat. Seperti kemajuan
teknik, organisasi angkatan perang modern, dan kemajuan lembaga-lembaga sosial
lainnya.
Usaha pembaharuan dilakukan tidak terbatas dalam bidang
militer saja. Dalam bidang-bidang yang lain juga dilaksanakan pembaharuan.
Seperti pembukaan percetakan di Istambul pada tahun 1727 M, untuk kepentingan
kemajuan ilmu pengetahuan. Demikian juga gerakan penerjemahan buku-buku Eropa
ke dalam bahasa Turki.
Usaha Turki Usmani baru mengalami kemajuan setelah
penghalang utama, yaitu tentara Jenissary dibubarkan oleh Sultan Mahmud II pada
tahun 1826 M. Struktur kekuasaan kerajaan dirombak, lembaga-lembaga pendidikan
modern didirikan, buku-buku barat diterjemahkan ke dalam bahasa Turki,
siswa-siswi berbakat dikirim ke Eropa untuk belajar, dan yang terpenting sekali
adalah sekolah-sekolah yang berhubungan dengan kemiliteran didirikan.
Ketika perang Dunia I meletus, Turki Usmani bergabung dengan
Jerman dan kemudian mengalami kekalahan. Akibatnya kekuasaan Turki Usmani
semakin ambruk. Partai persatuan dan kemajuan memberontak kepada sultan dan
dapat menghapuskan kekhalifahan Usmani pada tahun 1922 M, kemudian membentuk
Turki Modern pada tahun 1924 M. Dengan demikian, kesatuan politik dalam
kerajaan Turki Usmani sejak bergeloranya gerakan pembaharuan justru tidak
stabil. Terutama karena para sultan tidak mampu mengakomodasi pemikiran yang
berkembang di kalangan pemimpin bangsanya. Terkecuali itu,
peperangan-peperangan melawan barat di Eropa Timur terus berkecamuk, memakan,
dan menguras tenaga serta berakhir dengan kekalahan di pihak Turki Usmani.
Selain itu, periode kemunduran Turki Usmani di mulai saat
terjadinya perjanjian Carltouiz (26 Januari 1699 M) antara Turki Usmani
Australia, Rusia, Polandia, Vanesia, dan Inggris. Yang mana isi perjanjian
tersebut diantaranya adalah Australia dan Turki Usmani terikat perjanjian
selama 25 tahun dan mengatakan seluruh Honigaria (merupakan wilayah kekuasaan
Turki Usmani) kecuali Traslvonia dan kota barat diserahkan sepenuhnya pada
Australia. Sementara wilayah Camanik dan Podolia diserahkan kepada Polandia.
Sedangkan Rusia memperoleh wilayah-wilayah di sekitar Laut Azov. Sementara itu,
Venesia dengan diserahkannya Athena kepada Turki Usmani menjadi penguasa di
seluruh Valmartia dan Maria. Dengan demikian perjanjian Carltouiz ini
melumpuhkan Turki Usmani, sehingga menjadi negara yang kecil. Kemunduran kerajaan Turki Usmani diantaranya ditandai dengan beberapa hal, sebagai berikut:
Adapun kemunduran Turki Usmani tersebut di atas disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut:
Kemajuan dan perkembangan ekspansi kerajaan Turki Usmani yang demikian luas dan berlangsung cepat itu diikuti pula oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang –bidang kehidupan yang lain, diantaranya sebagai berikut
Related Posts : |