Jelaskan bukti bukti yang menunjukkan bahwa kerajaan Singasari merupakan sebuah negara maritim

KOMPAS.com - Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), definisi maritim berkenaan dengan laut atau berhubungan dengan pelayaran dan perdagangan di laut.

Sehingga, pengertian kerajaan maritim merujuk pada kerajaan-kerajaan yang ekonominya bergantung pada perlayaran dan perdagangan.

Ciri-ciri kerajaan maritim adalah letaknya di lembah sungai atau pesisir pantai dan kegiatan ekonominya berasaskan perdagangan serta kelautan.

Di Indonesia, banyak kerajaan Hindu-Buddha yang bercorak maritim karena sepertiga wilayah Nusantara sendiri memang terdiri dari bentangan perairan, mulai dari laut, danau, dan sungai.

Lantas, apa saja kerajaan maritim pada masa Hindu-Buddha?

Baca juga: 3 Kerajaan Islam yang Bercorak Agraris

Kerajaan Kutai

Kerajaan maritim pertama yang muncul di Indonesia adalah Kerajaan Kutai, yang berdiri pada abad ke-4.

Letak kerajaan ini berada di daerah Muarakaman di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur.

Kerajaan Kutai mencapai puncak keemasan pada masa Raja Mulawarman.

Di bawah pemerintahan Raja Mulawarman pula, Kutai diperkirakan menjadi tempat singgah jalur perdagangan internasional yang menghubungkan Selat Makassar, Filipina, dan China.

Oleh karena itu, sumber perekonomian Kerajaan Kutai berasal dari kegiatan perdagangan, yang kemudian membawa pengaruh bagi masyarakatnya.

Salah satu buktinya adalah ditemukan barang-barang keramik, arca dewa Trimurti, dan arca Ganesha.

Baca juga: Mengapa Kerajaan Sriwijaya Disebut Kerajaan Maritim?

Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya disebut-sebut sebagai kerajaan maritim terbesar di Indonesia.

Berdasarkan prasasti peninggalannya, kerajaan yang didirikan oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa pada abad ke-7 ini terletak di tepi Sungai Musi, atau sekitar Kota Palembang, Sumatera Selatan.

Pada masanya, pengaruh Kerajaan Sriwijaya bahkan sampai ke luar negeri.

Sriwijaya berhasil menguasai perdagangan nasional dan internasional setelah menguasai Selat Malaka yang merupakan urat nadi perdagangan di Asia Tenggara.

Sebagai kerajaan maritim berpengaruh, Kerajaan Sriwijaya melakukan transaksi perdagangan dengan para saudagar dari China, India, Myanmar, Kamboja, Filipina, Persia, dan Arab.

Lahirnya Kerajaan Sriwijaya sebagai pemegang hegemoni dan mempunyai andil besar dalam meramaikan perniagaan internasional pada abad ke-7 didukung oleh beberapa faktor, sebagai berikut.

  • Letaknya sangat rategis di Selat Malaka yang merupakan jalur pelayaran dan perdagangan internasional.
  • Kemajuan kegiatan perdagangan antara India dan Cina melintasi Selat Malaka, sehingga membawa keuntungan yang besar bagi Sriwijaya.
  • Hasil bumi Sriwijaya dan sekitarnya sebagai komoditas perdagangan berharga, terutama rempah-rempah dan emas.
  • Menguasai Selat Malaka, Selat Sunda, Semenanjung Malaya, dan Tanah Genting Kra sebagai pusat perdagangan.

Baca juga: Kerajaan Sriwijaya: Letak, Raja-raja, Masa Kejayaan, dan Peninggalan

Kerajaan Tarumanegara

Letak Kerajaan Tarumanegara tidak jauh dari pantai utara Jawa Barat. Di bawah kekuasaan Raja Purnawarman, dilakukan pembangunan irigasi dengan cara menggali saluran sungai sepanjang 11 kilometer, yang kemudian dikenal sebagai Sungai Gomati.

Pembangunan irigasi tidak hanya berguna bagi pertanian, tetapi juga sarana lalu lintas perdagangan.

Sebagai kerajaan agraris yang juga mengembangkan sektor maritim, Tarumanegara telah menjalin hubungan baik dengan China, tepatnya dengan Dinasti Tang.

Dalam Prasasti Tugu, digambarkan kehidupan masyarakat Tarumanegara yang berkaitan dengan kehidupan maritim dan agraris.

Kerajaan Mataram Kuno

Meski letak Kerajaan Mataram Kuno berada di pedalaman antara Jawa Tengah dan Yogyakarta, tetapi daerahnya juga dialiri banyak sungai, yakni Sungai Bogowonto, Sungai Progo, Sungai Elo, dan Bengawan Solo.

Baca juga: Kerajaan Mataram Kuno: Letak, Masa Kejayaan, dan Peninggalan

Pada masa Balitung, sungai-sungai tersebut dimanfaatkan untuk mengembangkan aktivitas perekonomian, utamanya Sungai Bengawan Solo.

Desa-desa yang dialiri sungai pun dibebaskan dari pajak, dengan catatan menjamin lalu-lintas perdagangan dan transportasi melalui sungai.

Kerajaan Singasari

Kerajaan Singasari adalah kerajaan bercorak Hindu-Buddha yang berdiri di Malang, Jawa Timur, pada abad ke-13.

Pada masa pemerintahan raja terakhirnya, Kertanegara, Kerajaan Singasari mengalami masa kejayaan dan dilakukan Ekspedisi Pamalayu.

Ekspedisi ini bertujuan menaklukkan Kerajaan Melayu dan Singasari, guna menjadikan Sumatera sebagai benteng pertahanan dalam menghadapi bangsa Mongol.

Selain itu, Kertanegara berhasil menguasai Bali (1284), Jawa Barat (1289), dan Pahang serta Tanjung Pura.

Baca juga: Kerajaan Singasari: Letak, Silsilah, Kehidupan Sosial, dan Peninggalan

Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit adalah kerajaan agraris yang juga mengembangkan kemaritimannya.

Setelah Gajah Mada diangkat menjadi mahapatih, Majapahit berkembang menjadi kerajaan maritim yang pengaruhnya meliputi Asia Tenggara.

Beras dan komoditas lainnya yang dihasilkan Majapahit sebagai kerajaan agraris, kemudian diedarkan ke kerajaan-kerajaan lain.

Pada awal abad ke-14 sampai abad ke-15, Kerajaan Majapahit menjadi pemasok hasil bumi untuk pasar Nusantara.

Hal ini didukung dengan armada lautnya yang kuat, yang selain untuk kepentingan perdagangan, juga sebagai kekuatan militer.

Angkatan lautnya digunakan untuk menaklukkan Nusantara dan mengembangkan armada dagangnya.

Bahkan, terdapat penafsiran bahwa kapal dagang Majapahit lebih besar dan kokoh dibanding kapal dagang China yang sangat terkenal di Asia Timur dan Asia Tenggara.

Pelabuhan-pelabuhan Kerajaan Majapahit yang terletak di Surabaya, Gresik, Sedayu, Tuban, dan Blambangan, merupakan pusat lalu lintas perdagangan laut yang besar.

Pada masa kejayaannya, aktivitas perdagangan dan pelayaran di Indonesia yang dikuasai Majapahit bahkan disegani oleh kekuatan mancanegara.

Referensi:

  • Winarsih, Sri. (2018). Sejarah dan Dunia Maritim Indonesia. Tangerang: Loka Aksara.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Jelaskan bukti bukti yang menunjukkan bahwa kerajaan Singasari merupakan sebuah negara maritim

Jelaskan bukti bukti yang menunjukkan bahwa kerajaan Singasari merupakan sebuah negara maritim
Lihat Foto

KOMPAS IMAGES/FIKRIA HIDAYAT

Kapal Borobudur adalah kapal layar kayu bercadik ganda yang digambarkan dalam beberapa relief Candi Borobudur. Ini diduga sebagai salah satu bukti Maratam Kuno adalah kerajaan maritim.

KOMPAS.com - Mataram Kuno tidak hanya dikenal sebagai kerajaan agraris, tetapi juga merupakan kerajaan maritim.

Letaknya yang berada di pedalaman Pulau Jawa menjadikan Mataram dikenal sebagai kerajaan agraris nan makmur.

Meski demikian, beberapa peniliti dan sejarawan meyakini bahwa Mataram Kuno juga maju dalam bidang maritim. Lantas, apa bukti Mataram adalah kerajaan maritim?

Baca juga: Meninggalnya Sultan Agung, Raja Terbesar Kesultanan Mataram

Relief Candi Borobudur

Bukti pertama yang memunculkan dugaan Mataram Kuno sebagai kerajaan maritim adalah relief Candi Borobudur.

Seperti diketahui, Candi Borobudur merupakan peninggalan dan sekaligus bukti kejayaan Mataram Kuno.

Candi Borobudur diperkirakan dibangun pada masa pemerintahan Dinasti Syailendra di Mataram Kuno pada abad ke-8.

Terdapat  2.672 panel relief di Candi Borobudur dan beberapa di antaranya menggambarkan perahu-perahu pada masa lalu.

Relief-relief perahu yang terpahat di Candi Borobudur menjadi data arkeologis untuk menelusuri jejak kemaritiman Mataram Kuno.

Beberapa jenis perahu tergambar di panel-panel relief Candi Borobudur.

Di Candi Borobudur, ada relief bergambar perahu berukuran kecil yang biasa digunakan di sungai atau laut dekat pantai. Ada juga gambar perahu berukuran besar yang biasa digunakan di lautan lepas atau samudera.

Keberadaan relief-relief perahu di Candi Borobudur bisa menjadi petunjuk bahwa Mataram Kuno telah mengenal teknologi perahu.

Bukan hanya itu, relief Candi Borobudur juga memunculkan spekulasi bahwa ada masyarakat Mataram Kuno yang telah berprofesi sebagai nakhoda perahu pada masa itu.

Temuan perahu kuno di Rembang

Jejak arkeologis Mataram sebagai kerajaan maritim juga terlihat dari penemuan sebuah perahu kuno di Desa Punjulharjo, Rembang.

Perahu kuno itu ditemukan dalam kondisi utuh dan telah diteliti oleh Balai Arkeologi Yogyakarta pada 2008.

Namun, hingga kini, belum diketahui dengan pasti dari mana perahu itu berasal.

Perahu kuno yang ditemukan di Rembang itu disebutkan dibuat pada sekitar tahun 660-780 Masehi atau pada masa kekuasaan Sriwijaya di Sumatera dan Mataram Kuno di Jawa.

Belum diketahui apakah perahu tersebut merupakan milik Sriwijaya atau Mataram Kuno.

Perahu kuno itu memiliki ukuran cukup besar dengan panjang 15 meter dan lebar 4,6 meter.

Dengan ukuran besar tersebut, perahu ini diperkirakan digunakan dalam perdagangan dan telah mengarungi lautan lepas.

Pakar arkeologi maritim dari EFEO Perancis, Manguin, menyebutkan perahu itu memiliki kapasitas 60 ton dengan jumlah penumpang sekitar 24 orang.

Manguin juga menyatakan bahwa perahu itu bukan jenis perahu nelayan atau perahu perang, melainkan perahu dagang pada era kuno.

Namun, secara umum, perahu itu memiliki ciri-ciri teknologi perahu Nusantara atau Asia Tenggara, yakni menggunakan teknik papan ikat dan kupingan pengikat.

Akan tetapi, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan apakah perahu itu bisa dijadikan bukti bahwa Mataram adalah kerajaan maritim di Nusantara.

Prasasti Puhawang Glis

Bukti Mataram sebagai kerajaan maritim juga dapat dilihat dari Prasasti Puhawang Glis atau disebut juga Prasasti Gondosuli.

Prasasti itu ditemukan di Desa Gondosuli, Kecamatan Bulu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.

Dalam prasasti yang ditulis dengan aksara Jawa kuno dan bahasa Melayu kuno itu disebutkan bahwa Dang Puhawang Glis serta istrinya meresmikan sima 8 paro terang bulan Jyesta tahun 749 Saka atau 7 Mei 827 Masehi.

Prasasti itu menuliskan tentang puja bakti yang dilakukan oleh seorang nakhoda kapal untuk sebuah bangunan suci di Gondosuli.

Oleh karena itu, Dang Puhawang Glis diduga adalah seorang nakhoda yang berasal dari Jawa atau Mataram Kuno.

Baca juga: Keistimewaan Kerajaan Sriwijaya

Dengan demikian, keberadaan seorang nakhoda pada masa Mataram Kuno bisa menjadi salah satu bukti bahwa kerajaan itu juga maju dalam bidang maritim.

Meskipun demikian, diperlukan lebih banyak penelitian lebih mendalam untuk mencari bukti kuat bahwa Mataram adalah salah satu kerajaan maritim di Nusantara.

Referensi:

  • http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/dpk/mataram-kuna-agraris-atau-maritim/, diakses pada 25 Juli 2022 pukul 12.00 WIB.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.