Gerakan pemuda yang pertama kali muncul di Indonesia adalah

Pergerakan Nasional melahirkan banyak organisasi yang berjuang demi kejayaan bangsa. Beberapa organisasi pergerakan nasional yang dulu lahir adalah Budi Utomo, Perhimpunan Indonesia, Sarekat Islam, dan lain sebagainya. Nah, walaupun gagasan ke arah persatuan semakin berkembang, namun dalam praktiknya muncul pula perdebatan terkait caranya, antara membentuk federasi atau fusi. Federasi sendiri merupakan gabungan dari setiap perkumpulan yang sudah ada, sedangkan fusi adalah peleburan semua organisasi menjadi suatu organisasi baru.

Salah satu upaya yang digunakan untuk memperoleh kesatuan pendapat tentang cara yang akan ditempuh untuk mewujudkan persatuan pemuda, dibentuklah suatu Kerapatan Besar yang kini sobat Bima kenal dengan nama Kongres Pemuda. Kongres Pemuda Sendiri terjadi dua kali, berikut kami jelaskan tentang dua kongres pemuda ini. Baca dan pahami dengan baik ya sobat Bima!

Kongres Pemuda I

Kongres Pemuda pertama dihadiri oleh para perwakilan organisasi, seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Minahasische Studeerenden, dan juga Sekar Roekoen. Kongres pemuda pertama ini ketua panitianya adalah Mohammad Tabrani, dan dibantu oleh Soemarmo sebagai wakil ketua. Menurut Tabrani semua anggota panitia dan juga pembicara kongres pemuda pertama merupakan para pemuda yang sudah menganut paham persatuan nasional. Beberapa pembicara yang tidak termasuk panitia dalam kongres pemuda pertama ini adalah Mohammad Yamin dari Jong Sumatranen Bond, Soenardi Djaksodipoera (Mr. Wongsonegoro) dari Jong Java, serta Stien Adam dari Pelajar Minahasa.

Kongres pemuda pertama ini berlangsung selama 3 hari, yakni dari tanggal 30 April sampai dengan 2 Mei 1926, dengan menggunakan bahasa Belanda. Tujuan dari kongres ini adalah membangkitkan semangat kerja sama antara berbagai perhimpunan pemuda dan juga mencari dasar persatuan bagi Indonesia. Kongres pemuda pertama ini menghasilkan dua poin utama, yakni:

  1. Cita-cita Indonesia Merdeka adalah cita-cita pemuda Indonesia
  2. Semua perkumpulan pemuda berupaya menggalang persatuan organisasi pemuda dalam satu wadah organisasi

Kongres Pemuda II

Kongres pemuda dua adalah lanjutan dari pertemuan pertama di tahun 1926. Kongres pemuda kedua ini berlangsung tahun 1928, yakni lebih tepatnya tanggal 27 sampai 28 Oktober 1928. Pertemuan ini berlangsung di Jakarta dengan Sugondo Joyopuspito sebagai ketua kongres pemuda dua. Kongres pemuda kedua menghasilkan keputusan bersama para pemuda, yang mana keputusan tersebut kini sobat Bima kenal dengan nama Sumpah Pemuda. Nah, berikut isi dari Sumpah Pemuda tersebut.

  1. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia
  2. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia
  3. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung Bahasa persatuan, Bahasa Indonesia

Dalam pertemuan pemuda ini juga, untuk pertama kalinya lagu Indonesia Raya ciptaan WR.Supratman diperdengarkan dengan petikan biola. Adanya kongres pemuda kedua merupakan bentuk dari adanya persamaan sikap dari para pemuda Indonesia dalam mengupayakan persatuan demi mewujudkan kemerdekaan Indonesia.

Jadi itulah dua rangkaian acara Kongres Pemuda yang dulu pernah dijalankan oleh pemuda Indonesia yang ingin bergerak demi kemerdekaan dan kemajuan bangsa. Nah, apakah kini kamu sudah paham tentang kongres pemuda ini? Jika kamu ingin mempelajari materi tersebut dalam bentuk video, kamu bisa cek di edcent.id

Sumber:

Jong Java adalah suatu organisasi kepemudaan yang didirikan oleh Satiman Wirjosandjojo di Gedung STOVIA pada tanggal 7 Maret 1915 dengan nama awal Tri Koro Dharmo (TKD) (bahasa Indonesia: "Tiga Tujuan Mulia"). Perkumpulan pemuda ini didirikannya karena banyak pemuda yang menganggap bahwa Boedi Oetomo dianggap sebagai organisasi elit.[1]

Gerakan pemuda yang pertama kali muncul di Indonesia adalah

Foto para pendiri Jong Java di arsip Museum Sumpah Pemuda

Pada saat didirikan, ketuanya adalah Dr. Satiman Wirjosandjojo, dengan wakil ketua Wongsonegoro, sekretaris Sutomo dan anggotanya Muslich, Mosodo dan Abdul Rahman.[2] Tri Koro Dharmo bertujuan untuk mempersatukan para pelajar pribumi, menyuburkan minat pada kesenian dan bahasa nasional serta memajukan pengetahuan umum untuk anggotanya. Hal ini dilakukan antara lain dengan menyelenggarakan berbagai pertemuan dan kursus, mendirikan lembaga yang memberi beasiswa, menyelenggarakan berbagai pertunjukan kesenian, serta menerbitkan majalah Tri Koro Dharmo.

TKD berubah menjadi Jong Java pada 12 Juni 1918 dalam kongres I-nya yang diadakan di Solo,[2] yang dimaksudkan untuk bisa merangkul para pemuda dari Sunda, Madura dan Bali. Bahkan tiga tahun kemudian atau pada tahun 1921 terbersit ide untuk menggabungkan Jong Java dengan Jong Sumatranen Bond, tetapi upaya ini tidak berhasil.[3]

Oleh karena jumlah murid-murid Jawa merupakan anggota terbanyak, maka perkumpulan ini tetap bersifat Jawa dan terlihat dalam kongres II yang diadakan di Yogyakarta pada tahun 1919 yang dihadiri oleh sedikit anggota yang tidak berbahasa Jawa. Namun dalam kongres ini dibicarakan beberapa hal besar antara lain:

  • Milisi untuk bangsa Indonesia
  • Mengubah bahasa Jawa menjadi lebih demokratis
  • Perguruan tinggi
  • Kedudukan wanita Sunda
  • Sejarah tanah Sunda dan
  • Arti pendirian nasional Jawa dalam pergerakan rakyat[3]

Pada pertengahan tahun 1920 diadakan kongres III di Solo, Jawa Tengah dan pada pertengahan tahun 1921 diadakan kongres ke-IV di Bandung, Jawa Barat. Dalam kedua kongres tersebut, bertujuan untuk membangunkan cita-cita Jawa Raya. dan mengembangkan rasa persatuan di antara suku-suku bangsa di Indonesia.[3]

1921 - 1929

Dalam semua kongres yang pernah diadakan, perkumpulan ini tidak akan ikut serta dalam aksi politik, di mana hal ini ditegaskan dalam kongresnya yang ke-V, pada tahun 1922 di Solo, Jawa Tengah, bahwa perkumpulan ini tidak akan mencampuri politik ataupun aksi politik.[3]

Namun pada kenyataannya perkumpulan ini mendapatkan pengaruh politik yang cukup kuat yang datang dari Serikat Islam (SI) di bawah pimpinan Haji Agus Salim. Dalam kongresnya pada tahun 1924, pengaruh SI semangkin terasa sehingga mengakibatkan beberapa tokoh yang berpegang teguh pada asas agama Islam akhirnya keluar dari perkumpulan ini dan membentuk Jong Islamieten Bond (JIB).[3]

Pada tahun 1925 wawasan organisasi ini kian meluas, menyerap gagasan persatuan Indonesia dan pencapaian Indonesia merdeka. Pada tahun 1928, organisasi ini siap bergabung dengan organisasi kepemudaan lainnya dan ketuanya R. Koentjoro Poerbopranoto, menegaskan kepada anggota bahwa pembubaran Jong Java, semata-mata demi tanah air.[4] Oleh karena itu, maka terhitung sejak tanggal 27 Desember 1929, Jong Java pun bergabung dengan Indonesia Moeda[4]

  • Museum Sumpah Pemuda
  • Pemoeda Kaoem Betawi
  • Sekar Roekoen
  • Jong Sumatranen Bond

  1. ^ Hanifah, Abu (1975). Peranan Pemuda Sekitar Tahun 1928. Museum Sumpah Pemuda.  Periksa nilai tanggal di: |year= (bantuan)
  2. ^ a b Gendenkboen Jong Java. 1915.  Periksa nilai tanggal di: |year= (bantuan)
  3. ^ a b c d e Pringgodigdo, A. K. (1994). Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Dian Rakyat.  Periksa nilai tanggal di: |year= (bantuan)
  4. ^ a b Buku Panduan Museum Sumpah Pemuda. Museum Sumpah Pemuda, Jakarta. 2009.  Periksa nilai tanggal di: |year= (bantuan)

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Jong_Java&oldid=20609565"


Page 2

1 2 3 4 5
6 7 8 9 10 11 12
13 14 15 16 17 18 19
20 21 22 23 24 25 26
27 28 29 30 31  

7 Maret adalah hari ke-66 (hari ke-67 dalam tahun kabisat) dalam kalender Gregorian.

  • 1876 - Alexander Graham Bell diberikan paten untuk penemuannya yang ia sebut telepon
  • 1967 - MPRS mencabut mandat dari Presiden pertama RI Soekarno.
  • 1750 - Hamengkubuwana II, raja Kesultanan Yogyakarta (w. 1828).
  • 1872 - Piet Mondrian, pelukis Belanda dan kontributor gerakan De Stijl.
  • 1888 - Alidius Warmoldus Lambertus Tjarda van Starkenborch Stachouwer, Gubernur-Jendral terakhir Hindia Belanda.
  • 1900 - Albert Carel Willink, pelukis asal Belanda.
  • 1922 - Mochtar Lubis, jurnalis dan pengarang ternama asal Indonesia.
  • 1924 - Eduardo Paolozzi, seniman pop asal Britania Raya.
  • 1938 - Albert Fert, fisikawan asal Prancis.
  • 1950 - Sjahrazad Masdar, Bupati Lumajang periode 2008 - 2018.
  • 1955 - Pangeran Al-Walid bin Talal bin Abdul Aziz al-Saud, anggota keluarga kerajaan Saudi.
  • 1942 - Tanri Abeng, pengusaha Indonesia dan mantan Meneg BUMN.
  • 1960 - Ivan Lendl, petenis asal Ceko.
  • 1960 - Ivanna Lie, pemain bulu tangkis asal Indonesia.
  • 1962 - Nurfitriyana Saiman Lantang, seorang pemanah asal Indonesia yang bersama dengan Lilies Handayani dan Kusuma Wardhani merebut medali pertama untuk Indonesia di Olimpiade Seoul 1988 dan meraih medali perak.
  • 1973 - Sébastien Izambard, personil Il Divo.
  • 1980 - Laura Prepon, aktris Amerika Serikat
  • 1989 - Roberto Torres Morales, pemain sepak bola Spanyol.
  • 1991 - Yevgeni Tochilin, pemain sepak bola Rusia.
  • 1996 - Rizky Nazar, Aktor Indonesia.
  • 1999 - Nadhifa Salsabila, anggota grup idola Indonesia JKT48
  • 322 SM - Aristoteles, filsuf Yunani.
  • 1274 - Thomas Aquinas, filsuf dan ahli teologi ternama dari Italia.
  • 1968 - Pdt. Djaulung Wismar Saragih Sumbayak, orang Indonesia pertama yang menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Nusantara (bahasa Simalungun).
  • 1973 - Silas Papare, pejuang penyatuan Papua ke dalam wilayah Indonesia.
  • 1999 - Stanley Kubrick, sutradara Amerika Serikat.
  • 2008 - Nyepi 1930 Saka.
  • 2019 - Nyepi 1941 Saka.
  • Albania: Hari Guru
  • Kosovo: Hari Guru

6 Maret - 7 Maret - 8 Maret

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=7_Maret&oldid=20802047"