Gas rumah kaca yang dihasilkan dari kegiatan pembusukan sampah organik adalah

Gas rumah kaca yang dihasilkan dari kegiatan pembusukan sampah organik adalah

  1. metana
  2. nitrogen oksida
  3. karbon dioksida
  4. belerang oksida
  5. Semua jawaban benar

Berdasarkan pilihan diatas, jawaban yang paling benar adalah: A. metana.

Dari hasil voting 987 orang setuju jawaban A benar, dan 0 orang setuju jawaban A salah.

Gas rumah kaca yang dihasilkan dari kegiatan pembusukan sampah organik adalah metana.

Pembahasan dan Penjelasan

Jawaban A. metana menurut saya ini yang paling benar, karena kalau dibandingkan dengan pilihan yang lain, ini jawaban yang paling pas tepat, dan akurat.

Jawaban B. nitrogen oksida menurut saya ini 100% salah, karena sudah melenceng jauh dari apa yang ditanyakan.

Jawaban C. karbon dioksida menurut saya ini juga salah, karena dari buku yang saya baca ini tidak masuk dalam pembahasan.

Jawaban D. belerang oksida menurut saya ini salah, karena dari apa yang ditanyakan, sudah sangat jelas jawaban ini tidak saling berkaitan.

Jawaban E. Semua jawaban benar menurut saya ini salah, karena setelah saya cari di google, jawaban tersebut lebih tepat digunkan untuk pertanyaan lain.

Kesimpulan

Dari penjelasan dan pembahasan diatas, bisa disimpulkan pilihan jawaban yang benar adalah A. metana

Jika masih punya pertanyaan lain, kalian bisa menanyakan melalui kolom komentar dibawah, terimakasih.

Gas rumah kaca yang dihasilkan dari kegiatan pembusukan sampah organik adalah?

  1. Uap air
  2. Metana
  3. Karbondioksida
  4. Sulfur oksida
  5. Nitrogen oksida

Berdasarkan pilihan diatas, jawaban yang paling benar adalah: C. Karbondioksida.

Dari hasil voting 987 orang setuju jawaban C benar, dan 0 orang setuju jawaban C salah.

Gas rumah kaca yang dihasilkan dari kegiatan pembusukan sampah organik adalah karbondioksida.

Pembahasan dan Penjelasan

Jawaban A. Uap air menurut saya kurang tepat, karena kalau dibaca dari pertanyaanya jawaban ini tidak nyambung sama sekali.

Jawaban B. Metana menurut saya ini 100% salah, karena sudah melenceng jauh dari apa yang ditanyakan.

Jawaban C. Karbondioksida menurut saya ini yang paling benar, karena kalau dibandingkan dengan pilihan yang lain, ini jawaban yang paling pas tepat, dan akurat.

Jawaban D. Sulfur oksida menurut saya ini salah, karena dari apa yang ditanyakan, sudah sangat jelas jawaban ini tidak saling berkaitan.

Jawaban E. Nitrogen oksida menurut saya ini salah, karena setelah saya cari di google, jawaban tersebut lebih tepat digunkan untuk pertanyaan lain.

Kesimpulan

Dari penjelasan dan pembahasan diatas, bisa disimpulkan pilihan jawaban yang benar adalah C. Karbondioksida

Jika masih punya pertanyaan lain, kalian bisa menanyakan melalui kolom komentar dibawah, terimakasih.

Penimbunan sampah dalam jangka waktu lama mempercepat perusakan lapisan Ozon (O3)

Dibuangnya makanan sebagai sampah, bukan hanya persoalan rendahnya empati antar umat manusia, tapi juga memperparah persoalan lingkungan hidup global. Harap dicatat, makanan yang dibuang dan membusuk akan menghasilkan gas metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2). Gas metana yang dihasilkan dari fermentasi makanan yang membusuk, jumlahnya mencapai 10% dari gas metana yang ada di udara.

Jumlah tambahan chlorofluor carbon (CFC) tersebut kurang lebih sama dengan volume emisi gas buang kendaraan bermotor. Bahkan, emisi gas metana dan karbon dioksida dari pembusukan makanan yang dibuang sudah mencapai 6,7%, lebih besar dari total emisi gas buang yang dihasilkan India yang hanya 6,4%. Peningkatan emisi gas buang tentu saja membawa dampak negatif bagi kehidupan mahluk hidup, khususnya manusia.

Tambahan gas metana dan karbon dioksida itu termasuk gas rumah kaca atau (CFC) akan mempercepat peningkatan suhu udara (global warming). Peningkatan suhu udara, akan menstimulus tumbuhnya berbagai jenis bakteri dan virus, sehingga meningkatkan ancaman berbagai jenis penyakit terhadap kesehatan mahluk hidup.

Selain itu, dalam jangka waktu lama mempercepat perusakan lapisan Ozon (O3). Jadi, tindakan tidak terpuji membuang makanan oleh sebagian masyarakat di negara-negara maju, akibat ekologisnya dialami oleh seluruh umat manusia.

Di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, sampah belum ditangani sebagaimana mestinya. Di Indonesia misalnya, persoalan sampah sangat kompleks. Mulai dari sikap dan perlakuan masyarakat terhadap sampah yang masih jauh dari budaya maju, hingga tidak adanya sistem pengelolaan dan pengolahan sampah yang memadai.

Lebih buruk lagi, perlakuan yang lumrah dilakukan oleh masyarakat adalah membakarnya dan membuangnya ke sungai. Hanya sebagian kecil saja sampah yang dikubur atau dibuang ke tempat sampah, untuk kemudian diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA). Padahal, pengelolaan dan pemanfaatan sampah dengan benar adalah salah satu pintu gerbang perbaikan kesejahteraan masyarakat, karena dampak positifnya sangat banyak.

Jakarta, setiap hari menghasilkan rata-rata 7000 ton sampah organik dan inorganik dalam keadaan tercampur. Ini menunjukkan belum adanya kesadaran masyarakat untuk memilah dan memisahkan sampah organik dan inorganik.

Kalaupun di Jakarta sudah ada instalasi pengolahan sampah dengan kapasitas yang memadai, akan sulit dan tidak ekonomis untuk dikelola, jika sampah sudah tercampur. Apalagi jika sampah organik sudah membusuk di tempat-tempat pembuangan sampah sebelum diangkut truk ke TPA.

Semestinya, sampah organik bisa diolah menjadi kompos dan menghasilkan biogas sedangkan sampah inorganik bisa didaur ulang. Karena sampah sudah bercampur, dan tidak ada instalasi untuk mengolahnya, maka sebagian besar sampah dibuang ke TPA.

Di Indonesia, TPA di kota manapun adalah gunung  sampah yang kian tinggi dan besar. Beberapa eksavator yang dioperasikan hanya untuk menggeser-geser timbunan sampah, agar gas metana yang dihasilkan dari pembusukan sampah organik tidak terakumulasi dan meledak seperti yang terjadi di TPA Leuwi Gajah, Bandung 21 Februari 2005 hingga menimbulkan korban jiwa.

Artinya, penambahan emisi gas buang berupa gas metana dan karbon dioksida juga terjadi di negara-negara berkembang seperti Indonesia, meskipun bukan dari makanan yang dibuang dan membusuk, tapi dari sampah organik yang tidak dikelola dengan baik.

Gas rumah kaca yang dihasilkan dari kegiatan pembusukan sampah organik adalah

  • by Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup

Rumah kaca adalah bangunan yang dinding dan atapnya terbuat dari kaca dengan tujuan agar panas dari sinar matahari yang ditangkap pada siang hari, terperangkap di dalam bangunan sehingga pada malam hari suhu di dalam bangunan tetap hangat. Hal ini biasa dilakukan oleh petani di negara empat musim agar kegiatan bercocok tanam dapat tetap berjalan walapun suhu pada malam hari menjadi dingin.

Pada prinsipnya, efek rumah kaca sama dengan kondisi yang terjadi pada rumah kaca, dimana panas matahari terjebak di atmosfer bumi dan menyebabkan suhu bumi menjadi hangat. Gas-gas di atmosfer yang dapat menangkap panas matahari disebut gas rumah kaca. Yang termasuk gas rumah kaca yang ada di atmosfer antara lain adalah karbon dioksida (CO2), nitrogen dioksida (N2O), metana (CH4), dan freon (SF6, HFC dan PFC).

 

Gas rumah kaca yang dihasilkan dari kegiatan pembusukan sampah organik adalah

Ilustrasi Efek Rumah Kaca

https://www.studiobelajar.com/efek-rumah-kaca/

Secara alamiah, gas rumah kaca dihasilkan dari kegiatan manusia sehari-hari, namun sejak tahun 1950-an emisi gas CO2 meningkat secara drastis yang disebabkan oleh semakin majunya industri yang berbanding lurus dengan konsumsi energi. Sumber penghasil gas rumah kaca seringkali kita jumpai di sekeliling kita, misalnya penggunaan energi listrik, aktivitas menggunakan kendaraan bermotor,  juga membakar sampah. Bahkan dalam sepiring makanan kita dapat ditelaah sumber karbon yang merupakan penyumbang gas rumah kaca. Nasi dan sayuran berasal dari pertanian yang menggunakan pestisida, daging berasal dari peternakan dimana kotoran hewannya menghasilkan gas metana. Limbah makanan dari sisa makanan yang membusuk juga menghasilkan gas metana.

 

Gas rumah kaca yang dihasilkan dari kegiatan pembusukan sampah organik adalah

Sumber-Sumber Emisi Gas Rumah Kaca

http://kaltim.litbang.pertanian.go.id/

Efek rumah kaca sejatinya dibutuhkan untuk menjaga suhu bumi, supaya perbedaan suhu antara siang dan malam tidak terlalu besar. Namun efek rumah kaca yang berlebihan akan menyebabkan pemanasan global dimana suhu di bumi akan naik secara signifikan yang ditandai dengan hal-hal antara lain mencairnya es di kutub, rusaknya ekosistem, naiknya ketinggian permukaan air laut dan perubahan iklim yang ekstrim.

 

Gas rumah kaca yang dihasilkan dari kegiatan pembusukan sampah organik adalah

Efek Rumah Kaca

https://moondoggiesmusic.com/

Beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mengurangi efek rumah kaca antara lain :

  1. Efisiensi penggunaan energi listrik, dengan mematikan lampu yang tidak digunakan serta mencabut alat elektronik dari sumber listrik
  2. Mengendalikan jejak karbon dengan mengurangi frekuensi menggunaan kendaraan bermotor pribadi
  3. Mengurangi penggunaan air minum dalam botol kemasan dan sedotan plastik. Gunakan tempat minum dan sedotan yang dapat dipakai ulang.
  4. Mengelola sampah yang dihasilkan dengan mengolah sampah menjadi kompos dan memisahkan sampah organik dan nonorganik
  5. Kurangi penggunaan kertas dengan cara mencetak bolak balik atau menggunakan kertas bekas

[Safera Dewarani - P2KLH DLHK DIY]