Energi alternatif yang sangat baik jika diaplikasikan di wilayah pesisir adalah

Kamis, 14 April 2016 | 14:28 WIB | Ferial

Energi alternatif yang sangat baik jika diaplikasikan di wilayah pesisir adalah
EBTKE-- Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki wilayah laut terbesar. Sekitar dua per tiga wilayah Indonesia adalah laut. Indonesia memiliki pantai kedua terpanjang di dunia setelah Kanada.

Hal tersebut menjadi keuntungan bagi Indonesia dari segi besarnya potensi energi laut. Energi laut yang dihasilkan dari gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut (samudera) merupakan sumber energi di perairan laut yang berupa energi pasang surut, energi gelombang, energi arus laut, dan energi perbedaan suhu lapisan laut.

Energi pasang surut di wilayah Indonesia terdapat pada banyak pulau. Cukup banyak selat sempit yang membatasinya maupun teluk yang dimiliki masing-masing pulau. Hal ini memungkinkan untuk memanfaatkan energi pasang surut.

Saat laut pasang dan saat laut surut aliran airnya dapat menggerakkan turbin untuk membangkitkan listrik. Sampai saat ini belum ada penelitian untuk pemanfaatan energi pasang surut yang memberikan hasil yang cukup signifikan di Indonesia.

Di Indonesia beberapa daerah yang mempunyai potensi energi pasang surut adalah Bagan Siapi-api yang pasang surutnya mencapai 7 meter, Teluk Palu yang struktur geologinya merupakan patahan (Palu Graben) sehingga memungkinkan gejala pasang surut, Teluk Bima di Sumbawa (Nusa Tenggara Barat), Kalimantan Barat, Papua, dan pantai selatan Pulau Jawa yang pasang surutnya bisa mencapai lebih dari 5 meter.

Untuk lautan di wilayah Indonesia, dengan potensi termal 2,5 x 1.023 Joule dan efisiensi konversi energi panas laut sebesar tiga persen dapat dihasilkan daya sekitar 240.000 MW. Potensi energi panas laut yang baik terletak pada daerah antara 6-9° Lintang Selatan dan 104-109° Bujur Timur. Di daerah tersebut pada jarak kurang dari 20 km dari pantai didapatkan suhu rata-rata permukaan laut di atas 28°C dan didapatkan perbedaan suhu permukaan dan kedalaman laut (1.000 m) sebesar 22,8°C.

Sedangkan perbedaan suhu rata-rata tahunan permukaan dan kedalaman lautan (650 m) lebih tinggi dari 20°C. Dengan potensi tersebut, konversi energi panas laut dapat dijadikan alternatif pemenuhan kebutuhan energi listrik di Indonesia. Tidak jauh berbeda dengan energi pasang surut, energi panas laut di Indonesia juga baru mencapai tahap penelitian.

Kekuatan gelombang bervariasi di setiap lokasi. Daerah samudera Indonesia sepanjang pantai selatan Jawa sampai Nusa Tenggara adalah lokasi yang memiliki potensi energi gelombang cukup besar berkisar antara 10 - 20 kW per meter gelombang.

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa energi gelombang di beberapa titik di Indonesia bisa mencapai 70 kW/m di beberapa lokasi. Pantai barat Pulau Sumatera bagian selatan dan pantai selatan Pulau Jawa bagian barat juga berpotensi memiliki energi gelombang laut sekitar 40 kW/m.

Karakteristik energi gelombang sangat sesuai untuk memenuhi kebutuhan energi kota-kota pelabuhan dan pulau-pulau terpencil di Indonesia. Sayangnya, pengembangan teknologi pemanfaatan energi gelombang di Indonesia saat ini meskipun cukup menjanjikan namun masih belum optimal. Pemanfaatan energi gelombang yang sudah diaplikasikan di Indonesia baik oleh lembaga litbang (BPPT, PLN) maupun institusi pendidikan lainnya baru pada tahap penelitian.

Sumber : Renstra EBTKE 2015 - 2019

Tamrin Tamrin



Saat ini masyarakat daerah pesisir masih jauh dari ketertinggalan, baik dari segi infrastruktur, maupun pertumbuhan ekonomi, dan masalah yang sering didapati didaerah pesisir adalah pasokan listrik, dan masih banyak wilayah pesisir yang belum terlayani karena kondisi infrastrukturnya yang terbatas, sehingga diperlukan pemikiran untuk memenuhi kebutuhan tersebut dengan cara pemanfaatan energi gelombang yang ada disekitar pesisir, sementara ini sebagian besar energi yang digunakan rakyat Indonesia saat ini berasal dari bahan bakar fosil yaitu minyak bumi, gas dan batu bara. Dengan adanya kebijakan pemerintah untuk melakukan penghematan energi, maka perlu dilakukan pencarian sumber energi yang ramah lingkungan dan terbarukan.  Lebih dari 70% bagian permukaan bumi adalah lautan, sedangkan Indonesia sendiri merupakan Negara yang memiliki pantai terpanjang kedua di dunia itu artinya Indonesia mempunyai potensi sumber energi alternatif yang melimpah,sehingga Sumber energi dari laut perlu dikaji lebih jauh.



Energi alternatif, pesisir, energi gelombang



Energi Dapat diperbaharui [adalah] suatu Ikhtisar, Maret 2001 http://www.nrel.gov/docs/fy01osti/27955.pdf.

J. Falnes, 2002. "Ombak Samudra dan Sistem Bergerak kesana kemari, Interaksi Linier Yang mencakup Wave-Energy, Cambridge University.

Tenaga Getaran, 2001. http://www.floatinc.com/Wave%20Energy.html.

W. Manis, E. Bretz, 2001. "Suatu Kebijakan Energi Nasional", Ieee Spektrum.

Katrina O'Mara, 1999. Sistem Tenaga Getaran,http://acre.murdoch.edu.au/refiles/wave/text.html.


DOI: http://dx.doi.org/10.46964/inersia.v8i2.649

  • There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2021 Jurnal Inersia

Contact Person:

Daru Purbaningtyas, ST., MT.Jurusan Teknik SipilPoliteknik Negeri SamarindaJl. Dr. Ciptomangunkusumo Kampus Gunung Lipan Samarinda 75131

Phone: +6285228660189


Email: 

Istimewa

Ardian Nengkoda

Red: Agus Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dr. Ardian Nengkoda *)

Sudah tidak diragukan lagi, gas alam merupakan salah satu sumber energi yang ramah lingkungan. Tren penggunaannya meningkat dari tahun ke tahun, termasuk untuk industri, bahan petrokimia, transportasi ataupun rumah tangga seiring dengan meningkatnya keperdulian akan lingkungan termasuk peruntukannya sebagai sumber daya tenaga listrik. Pada saat yang sama, jenis sumber hidrokarbon ini, juga memainkan peranan penting dalam memenuhi permintaan energi yang ramah lingkungan.

Dalam laporan terbaru Pusat Informasi Energi Amerika (EIA) bulan Mei 2016 lalu, tercatat, bahwa konsumsi gas alam di seluruh dunia diproyeksikan meningkat tajam dari 120 triliun kaki kubik (Tcf) di 2012 ke 203 Tcf pada 2040 (Internasional Energi Outlook/ IEO 2016). Angka ini menyiratkan secara gamblang bahwa dibandingkan sumber energi lain, gas alam menyumbangkan peningkatan terbesar dalam konsumsi energi primer dunia. Dalam laporan IEO 2016 ini, secara spesifik, konsumsi gas alam untuk sektor listrik diperkirakan naik sebesar 2,2 persen per tahun. Sektor listrik baik untuk industri dan lainnya adalah penyerap 74 persen, terbanyak dari kenaikan ini.  

Bagaimana dengan Indonesia? Berdasarkan data BP Statistics 2016 teranyar, konsumsi energi Indonesia secara umum naik sekitar 3.9 persen di 2015, meningkat sekitar dua kali lipat sejak 15 tahun terakhir. Cadangan gas alam terbukti Indonesia mencapai skeitar 103 triliun kaki kubik. Beberapa cadangan gas alam di Indonesia tersebar baik di darat ataupun di laut, ada yang ekonomis, marjinal atau bahkan stranded. Yang marjinal dan stranded banyak yang belum dimanfaatkan karena dinilai tidak ekonomis, misalnya seperti gas dari lapangan dengan cadangan kecil.

Solusi gas to power

Menurut data ESDM, sekitar 70 persen cadangan migas Indonesia terdapat di cekungan-cekungan tersier lepas pantai (laut), dan lebih dari separuhnya terletak di laut dalam. Ada sekitar 36 perusahaan minyak di wilayah kerja (WK) lepas pantai yang melaksanakan eksplorasi serta aktivitas operasinya di lepas pantai, sehingga jika kita mengacu pada pendapatan negara dari sektor migas, hampir sepertiga hasil minyak dan gas bumi diperoleh dari ladang-ladang minyak dan gas bumi di lepas pantai. Menurut Litbang ESDM pula, pada 2016 telah terindikasi potensi 66 cekungan migas di seluruh Indonesia beberapa di antaranya ada di laut dangkal.

Namun state-of-the-art teknologi yang tersedia untuk mengkomersilkan gas marginal dengan kandungan H2S/CO2 yang tinggi serta berkalori rendah (low BTU) tidaklah begitu banyak. Dengan volume serta kualitas gas alam yang selalu bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya ditambah pula lokasi-nya yang dilaut, ditambah lagi kandungan H2S/CO2 yang tinggi, serta terhampar jauh dari pusat industri. Oleh karena itu, harga gas bisa menjadi lebih mahal untuk transportasinya saja.

Dalam beberapa kasus, biaya untuk mengangkut energi dalam bentuk gas secara signifikan lebih besar daripada minyak. Sehingga, cadangan marjinal serta transportasi adalah salah satu kendala bagaimana meningkatkan penggunaan gas serta pemanfaatannya yang optimal. Di sinilah wacana transformasi rantai nilai untuk lapangan gas marjinal di laut menjadi penting dan layak.

Di banyak negara, penggunaan gas marjinal untuk listrik memiliki keuntungan utama, termasuk kecepatan pembangunan, akses ke pasokan gas baru, belanja modal (CAPEX) yang lebih rendah, fleksibilitas yang lebih tinggi untuk mendukung ekspansi energi terbarukan (energi mix), memenuhi kebutuhan listrik lokal, serta meningkatkan daya saing harga. Dalam konteks pemberdayaan masyarakat pantai serta pembentukan komunitas baru masyarakat di bibir pantai yang dapat dialiri listrik serta penyediaan cooling storage dan container pendingin ikan dari pemanfaatan marjinal gas, solusi gas to power ini akan sangat menarik.  

Seperti telah disebutkan sebelumnya, tantangan dalam mengembangkan lapangan gas marjinal atau BTU rendah adalah bagaimana menghubungkan kebutuhan gas dan pasokan pada waktu yang sama dan bertemu secara geografis sehingga mampu merangsang pertumbuhan ekonomi lokal. Tanpa adanya permintaan serta kebutuhan gas lokal, tentu akan sulit untuk mengembangkan pasokan gas. Dan begitu pula sebaliknya, tanpa adanya pasokan listrik untuk kebutuhan masyarakat pesisir, pertumbuhan ekonomi serta kesejahteraan masyarakat akan lambat berkembang. Infrastruktur untuk mempertemukan gas to power kepada masyarakat dapat melalui pipa atau CNG. Gas to power juga dapat mengurangi urbanisasi sehingga masyarakat tidak perlu ke kota-kota besar untuk meningkatkan kesejahteraan.

Daerah yang belum banyak terailiri listrik adalah daerah pesisir. Masyarakat pesisir yang tinggal di pinggir-pinggir pulau, sangatlah jauh dari pembangkit listrik yang dimiliki oleh PLN. Pun kita memiliki sekitar 13 ribu pulau. Sangat disayangkan bahwa negeri dengan garis pantai terpanjang di dunia, tapi wilayah pantainya belum dapat teraliri listrik dengan baik. Strategi gas to power untuk masyarakat pesisir dapat mendukung program NAWACITA pemerintah.

Teknologi yang saat ini tersedia (Gambar 1) untuk menghasilkan listrik dari gas alam adalah menggunakan turbin gas generator (GTGs), baik dengan siklus-sederhana atau konfigurasi siklus gabungan. Pembangkit listrik berbasis gas-turbin telah terbukti berbiaya rendah untuk skala.

Pertanyaan berikutnya adalah, apakah pemerintah serius dengan program NAWACITA nya dan mengangkat potensi maritim? Apakah ‘cetak biru’ infrastruktur gas nasional sudah mencakup perekonomian masyarakat pesisir (maritim)?

Gambar 1

*) Pemerhati ketahanan energi, Ketua Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) Timur Tengah. WNI dan tinggal di Arab Saudi.

  • energi listrik
  • energi listrik pesisir
  • gas to power
  • ardian nengkoda

Energi alternatif yang sangat baik jika diaplikasikan di wilayah pesisir adalah